Author's POV
Olivia sudah muak berkebun bersama dua anak lainnya. Liam mengajak Olivia, Leo dan Listal belajar berkebun tapi anaknya sendiri tidak ikut menyentuh tanah. Bradley sedang duduk pada kursi seperti juragan yang menunggu hasil panen dari petaninya. "Uncle, aku lelah! Tahu begini aku tidak usah ikut. Bradley tidak ikut!"
"Ayo Bradley, ikut!" titah Liam.
Bradley mencebikkan bibirnya mendengar perintah dari Liam. "Aku tidak mau cacingan, Dad."
Tentu saja Liam tidak mau memaksa anaknya, dan Bradley kembali bertanam pada aplikasi permainan yang ada di iPad nya.
"Uncle, Oliver mau pulang!" Olivia ingin pulang mencari buku kesayangannya yang tiba-tiba menghilang. Dia sudah mencari kemana-mana bukunya tapi tidak ada, bahkan dia mencurigai Harry menyembunyikan buku dongengnya.
"Kenapa bukan uncle saja yang menanam biji apel merah ini," kata Leo dengan menyeka keringatnya. "Kami bisa saja melapor kepada orang tua kami masing-masing, ini namanya diskriminasi anak."
"Kira-kira ini tanah apa?" tanya Olivia.
"Tanah sengketa," jawab Leo asal padahal dia saja tidak tahu apa itu tanah sengketa. Padahal yang Olivia tanyakan bukan tanah jenis sepeti itu.
"Ih Leo, ini tanah waqaf," celetuk Listal yang ada di samping Olivia.
"Salah, ini tanah wasiat! Bukan tanah seperti itu. Maksudnya, apa jenis tanah ini."
"Aku juga tidak tahu. Tanya sana, sama ahli kubur," kata Leo dengan menunjuk Luke dan Michael yang sedang menari nari di kebun, mereka menari seperti adegan film Bolllywood.
"Mereka berempat itu tidak ada bedanya dengan Setan. Sudah punya wajah abstrak suka muncul secara tiba tiba pula, seperti sekarang ini," gumam Olivia.
"Oliver kenapa kau tampak sedih," Listal menepuk pundak Olivia. "Kau tidak bisa melakukan kejahatan di sini, ya? Kita kerjai saja empat pria itu. Di sini tidak ada Dad ku yang akan menghukum kita kalau kita nakal."
"Aku merindukan Dad ku, kasihan dia menjaga aku dan Frizzy, wanita galak itu sedang keluar bersama dua gadis gila, maksudku temannya. Kau tahu, aku tidak menyukai gadis yang suka teriak-teriak, dan dua gadis itu suka teriak tanpa alasan."
"Uncle sini!" Panggil Listal. Liam berlari kecil tapi bukan menghampiri anak-anak tadi.
"Calum," Olivia memutar bola matanya melihat yang adalah Calum bukan Liam.
"Kau mau apa?" tanya Calum. Olivia menyeringai kecil, setelah memikirkan sesuatu.
"Kami tidak tahu cara menanam. kau tidak tahu 'kan Listal, iya 'kan." Olivia memaksa Listal mengangguk dan Listal hanya memandangi wajah Calum.
"Aku sudah tahu," jawab Listal. Gagal sudah rencana Olivia.
"Sini. Biar aku," kata Calum dengan mengambil pot yang sudah diisi dengan bibit Apel merah. Dia kemudian mulai menunjukkan caranya pada ketiga anak tadi yang sekarang hanya cekikikan.
"Begini, sudah mengerti?" tanya Calum lagi. Olivia menoleh pada Ashton yang sedang makan buah. Dan memikirkan mungkin tidak adil kalau dia hanya mengerjai satu diantara empat pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moron Five
Fanfiction[✔ | one direction fanfiction] Harry: Apa pendapat kalian mengenai pasanganku? Louis: Bajingan, bitchy, brengsek. Liam: Kurang ajar. ZAYN: MeNJengKElkAn Niall: Segolongannya :v Harry: Harry sedang tidur, aku menggantikannya membalas chat kalian di...