[33] Bad Liar

2.1K 257 37
                                    

Moron Five


Niall: Coba tebak. Hari ini aku ketemu siapa

Liam: Tuhan

Niall: Aku serius!

Louis: Kami tidak peduli kau bertemu dengan siapa

ZAYN: kALiAn tAhU hARrY aDa dImAnA

Louis: Untuk apa kau cari harry

Niall: Jangan jangan kau selingkuh dengan harry
Niall: Hajar dia louis

ZAYN: aKu? SeLiNgKuH dEnGan hArRY. UnTuK aPa aKU mEncAri yAng mAsiH dibAwAh LiAm :v

Louis: Salah satu dari kalian tolong bawa aku pergi dari sini
Louis: Terserah kemana. Yang jelasnya jauh dari elkador
Louis: *Eleanor

Harry: Memangnya kenapa?

ZAYN: bAgAiMaNa cArA mEnEnAnGkAn pIkIrAN?

Niall: Mungkin berenang

Harry: Zayn tidak tahu berenang. Kasihan dia :(

ZAYN: ITU DULU MORON!

Liam: Hey. Kau sudah normal?

Louis: Aku harus beri alasan apa pada eleanor agar aku bisa keluar. Kurasa dia tidak akan mengizinkan aku

Harry: Biar aku yang meminta izin

Liam: Yang benar saja, duh
Liam: Kau mau meminta izin dengan mengatakan
Liam: El, Louis pergi selingkuh dengan aku dulu, ya

Harry: 😠

Liam: Lagipula kau tidak tahu bohong, harry!

Niall: Ya. Kalau kau tidak percaya. Kau bisa lihat kumpulan video tentang kau di youtube. Kau pembohong yang buruk

Louis: Halah... Kau juga niall. Ekspresimu tidak bisa bohong

ZAYN: aPakAh kAlIAn sAdAr kAlAu kAlIan sEMuA pEmbOhOnG yAnG buRuK
ZAYN: hIAtUs aDAlAh kEbOhOngAn pAlIng bUrUk yAnG kAlIan lAkUkAn

Louis: Terus kau apa? Tuan zayn javadd malik
Louis: Kau mau aku membahas kebohongan apa saja yang kau lakukan

Harry: Kalau begitu liam saja yang bohong pada eleanor

Liam: Aku tidak mau. Nanti kalau aku ketahuan bohong. Aku juga yang habis

-•-

Aku sedang duduk diatas ranjang sambil memperhatikan Haizley yang sibuk atau lebih tepatnya sok sibuk dengan ponselnya. Padahal aku tahu paling dia hanya sedang menghubungi kedua sahabatnya yang gila itu. "Haizley."

Dia hanya menoleh sebentar lalu mengangguk sambil bergumam 'sebentar' dia mengucapkan kata itu sejak sejam yang lalu, dan aku sudah seperti orang bodoh yang berguling di tempat tidur menunggu dia menyelesaikan telponnya. "Haizley, kau sudah tahu-"

"Sebentar!" katanya dengan membentak sambil memelototi aku.

"Haiz, kau tahu tidak?"

"Tidak tahu, dan aku tidak mau tahu apa yang ingin kau katakan," katanya dengan singkat, jelas, dan menyakitkan.

"Ya sudah. Aku hanya ingin memberi tahu apa yang tidak ingin kau tahu, kalau ibuku akan datang nanti."

"Apa? Apa katamu?!" pekiknya. Haizley membuang ponselnya ke tempat tidur. Ia menarik rambutnya sambil mengerang frustasi. Harusnya aku melakukan ini dari tadi. "Kenapa kau tidak mengatakan itu dari tadi!"

"Bukannya kau tidak mau tahu? Ya, sudah. Lebih baik kau pura-pura tidak tahu saja. Rasakan itu. Padahal aku tadi berniat membantumu. Selamat ya, sayang."

"Aku tidak mau tahu, Mom tidak boleh datang."

Aku bangun dari tidurku lalu duduk disamping Haizley. "Apa katamu barusan? Haizley Starbucks, dia ibuku. Dia berhak mengunjungi aku."

"Aku tidak melakukan persiapan apapun."

"Memangnya itu urusanku?" tanyaku sambil tersenyum mengejek. "Kau tidak perlu melakukan persiapan apapun. Kau tinggal mengatakan, maaf Mom aku sibuk dengan pekerjaanku."

"Yang benar saja, nanti dia akan berpikir kalau aku sibuk bekerja sampai tidak mengurusi anak dan cucunya. Tidak tidak."

"Memang iya 'kan? Atau seperti ini. Maaf Mom, aku terlalu sibuk dengan sahabatku yang baru mengalami puber, sampai aku melupakan suamiku yang paling tampan. Seperti itu, mungkin masuk akal."

"Harry!" Haizley menjerit dan memukul aku dengan menggunakan bantal.

"Lebih baik kau mencari di google apa dan bagaimana cara menjadi istri rumahan yang patuh kepada suaminya. Kau masih punya waktu 5 jam," ucapku sambil menunjukkan jam yang ada di layar ponselku. Aku mengacak rambut Haizley. "Semangat sayang."

"Harry sialan!"

"Sakit Haizley!" aku mengaduh kesakitan saat Haizley menarik rambutku. "Apa salahku?"

"Salahmu? Kenapa kau tidak memberitahu aku lebih dulu kalau Mom akan datang?!"

"Dad! Oliver tidak mau tahu, Oliver harus ikut dengan Dad dan Mom. Aku tidak mau dititip!"

"Ya Daddy! Kami tidak mau," ucap Frizzy dan sekarang dia ikut menarik kakiku. Tuhan ambil aku. Rambutku ditarik Haizley dan sekarang tanganku ditarik Olivia.

"Bisakah kalian menyingkir. Sakit," ucapku sambil melepas satu persatu tangan yang menempel ditubuhku. "Sayang. Lepas, ya. Siapa yang mau menitipkan kalian. Tentu kalian ikut bersama kami."

"Mereka ikut?" ucap Haizley dengan wajah kagetnya, dan aku sudah bisa menebak dari ekspresinya ini. Sebentar lagi aku akan diamuk. Lebih baik Haizley mengamuk, daripada aku diamuk dua orang.

"Yeay. Granny!" kedua anak itu langsung berlari ke belakangku. Dia lebih cepat dibanding perkiraanku.

"Dua Harry. Kau berhutang dua masalah padaku," ucap Haizley dengan tatapan mematikannya sebelum menghampiri ibuku.

[]

Moron Five Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang