Sudah ditampar, dibentak ketika baru bangun, aku juga harus main drama pagi-pagi, dan mengejar Haizley yang sedang emosi.
Aku menahan pintu agar Haizley tidak menutup pintunya. "Haiz, tadi aku hanya-"
"Hanya apa?! Huh, atau kau mau aku mengulangi perkataanmu tadi!"
Aku mengusap wajahku. "Dengar, aku tadi emosi sampai aku mengatakan itu."
"Dengar juga, aku tahu kau emosi karena ibu dari calon anakmu aku bentak. Selama ini kau menganggap aku apa sialan! Kau pikir aku ini kucing. Kenapa kau tidak mengatakan ini sejak awal Harry, Harry Styles. Harry moron Styles! Kau membuat aku menjadi tolol karena mau kembali padamu. kalau sudah bosan, katakan. Aku bisa mencari penggantimu!" pekiknya. Belum sempat aku menghindar, kaki Haizley sudah berhasil mengenai tulang keringku. Rasanya sangat sakit, hampir sama ketika dia menendang selangkanganku.
"Aku minta maaf," kataku ketika sudah ada di dalam kamar. Aku menutup pintu kamar agar tidak ada yang melihat ini. Ini bukan pertama kalinya aku bertengkar dengan Haizley dan dilihat semua temanku. Aku tidak mau pertengkaranku dengan Haizley menjadi tontonan teman-temanku.
"Maaf. Kau minta maaf? Semalam memangnya kau mau memaafkan dan mendengarkan aku. Kau tidur dengan Xiao ditambah kau meragukan Olivia itu anakmu kau pikir kesalahanmu ini mudah dimaafkan. Dengar keparat, ini bukan pertama kalinya kau menuduh aku selingkuh. Kalaupun aku mau selingkuh dengan Avan, untuk apa aku memilih pria yang jelas-jelas masih dibawahmu!"
"Aku benar-benar minta maaf."
Aku menelan salivaku ketika Haizley menarik bagian depan bajuku. "Kau mau dimaafkan?! Aku sudah memaafkanmu. Puas. Tapi kau jangan pernah mendekati aku lagi."
"T-tapi-"
"Tapi apa sialan! Kau membuat aku sakit hati dua kali, Harry! Sekarang keluar. Keluar!" aku ditarik keluar kamar ralat, aku diseret. Bagaimana aku rela meninggalkan kamar, bisa saja Haizley bunuh diri di dalam kamar karena sakit hati.
"Kau tidak ingin bunuh diri kan?"
"Nyawaku terlalu berharga untuk aku sia-siakan."
"Kau tidak minta cerai kan?"
Haizley menyeringai sinis dan mengangguk beberapa kali. "Saran bagus, nanti aku fikirkan."
"Mom," aku menoleh ke belakang dan melihat Olivia yang sedang berdiri. Yang menyakitkannya adalah Olivia membuang wajahnya ketika melihat aku.
"Oliver, dengarkan aku."
"Jangan dekati putriku!" aku menoleh ke belakang dan mendapati Haizley sedang menatap aku tajam.
"Dia juga putriku."
Haizley kembali mendekati aku, kedua tangannya terlipat di depan dada. "Oh ya? Jangan sentuh putriku atau kau tidak pernah menyentuhnya lagi. Pergi dari hadapanku! Kau tidak boleh dekat denganku, Olivia, maupun Frizzy sampai kau bisa membuktikan kalau kau dan gadis itu tidak melakukan apa-apa. Paham."
"Aku tidak melakukan apa-apa, sayang. Apa maumu, kau tidak boleh membuat peraturan gila seperti itu."
"Mauku? Mauku, kau jangan dekati Olivia dan Frizzy!" aku menendang tembok yang ada di depanku setelah mendengar ucapan Haizley, darimana aku mendapatkan bukti! Tapi aku yakin semalam aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya memeluk Xiao, itupun karena aku fikir dia bajingan yang ada di depanku ini.
"Kenapa, huh? Kau takut, kau tidak perlu takut kalau tidak ada apa-apa. Kalau sampai benar, kau melakukan sesuatu dengan Xiao, jangan harap kau bisa bertemu Olivia lagi!" ucapnya lalu memegang tangan Olivia yang masih tinggal mematung melihat aku dan bajingan bengis ini bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moron Five
Fanfiction[✔ | one direction fanfiction] Harry: Apa pendapat kalian mengenai pasanganku? Louis: Bajingan, bitchy, brengsek. Liam: Kurang ajar. ZAYN: MeNJengKElkAn Niall: Segolongannya :v Harry: Harry sedang tidur, aku menggantikannya membalas chat kalian di...