24|Gay

11.7K 32 0
                                    

Dua pasang gagak masih enak dibuai mimpi walaupun matahari memancar garang . Terasa silau menerobos mata , Jimmy mengosok mata birunya . Kuapan mulut yang agak besar ditutup dengan tapak tangan . Di perhati dadanya yang bidang . Penuh dengan lovebite . Senyuman syaitonnn terukis nipis dibibir pinknya . Matanya melirik geram makhluk disebelahnya yang tidak memakai baju . Awatif .

Awatif yang sedang lena diulit mimpi tidak berkutik walau sedikit . Wajahnya yang putih bersih menarik Jimmy untuk dijamah di tengahari yang panas . Tumpuan Jimmy hanya satu , bibir merah Awatif . Itu yang dia idamkan .

Mata Jimmy semakin kuyu , dia melarikan jari-jemari di atas muka Awatif . Awatif langsung tidak sedar . Jimmy berpuas hati . Akalnya memikirkan bagaimana cara untuk dia bersama Awatif untuk harini .

Dia tidak mahu melepaskan Awatif meskipun ramai doktor perempuan yang masih bujang , body solid , kening lukis , bibir macam udang masak tepung , atau pun mata yang memakai contact lens warna pelangi .

Dia tidak peduli semua tu . Yang dia mahu hanya Awatif . Awatif seorang . Lelaki yang di jumpainya 5 tahun dahulu.

Jimmy melekapkan bibirnya di dahi Awatif . Perlahan agar tidak menganggu lena Awatif . Bibirnya di bawa turun ke hidung . Lalu di lekapkan pada pipi kanan Awatif .

Awatif yang perasan ada sesuatu yang bermain di wajahnya hanya membiarkan . Dia penat . Penat dengan pertarungannya bersama Jimmy malam tadi . Matanya ditutup rapat . Mahu menikmati elusan lembut dari Jimmy yang semakin meriah meneroka bibir Awatif .

" Heyy bad boy , wake up diy " Jimmy mencium tengkuk Awatif yang sedang lena tidur . Sehari suntuk mereka terperap dalam bilik Awatif . Buat projek besar . Mereka je tahu projek ape huuu .

" Diy ... Wake up ... I miss you .. Please .. " Jimmy mengoncang perlahan bahu Awatif . Mahu saja digigit bibir Awatif , tapi Jimmy sabar . Dia tahu Awatif takkan lari dari dia . Pasti .

Awatif mengerakkan tubuhnya membelakangkan Jimmy . Dia masih malas . Mahu saja dia menolak Jimmy jejauh . Dia penat . Aihhh . Dah suka suki malam tadi , tolak macam tu je ? Banyak machoo kau Awatif ?

" Fine . I've to go . If you need my help , just call me k diy . " Jimmy mengalah . Matanya masih tertumpu pada tubuh Awatif . Awatif yang dengar hanya membatukan diri .

' Pepandailah kau cari jalan keluar ' desis hati Awatif sambil menarik selimut paras dada . Dia malas mahu bercakap dengan Jimmy . Entah kenapa , moodnya kurang baik harini .

Melihat tubuh Awatif kaku , Jimmy mengeluh lemah . Entah apa angin kekasihnya itu tidak mahu melayannya . Semalam bukan main mesra lagi .

Kepala yang tidak gatal digaru perlahan oleh Jimmy . Dia mengutip baju dan seluarnya di atas lantai . Jimmy menyarungkan baju dan seluarnya . Matanya masih tidak lepas dari memandang Awatif .

" Bye diy . Love you " sebuah kucupan hangat Jimmy hadiah kan di pipi kiri Awatif . Biarlah , memang dia belum gosok gigi , tak ke sweet cengitu ?.

Namun tubuh Awatif masih kaku . Tiada tanda menunjukkan dia akan membalas " Love you moreeeee Jimmy " sambil membalas ciuman di pipi Jimmy . Takde . Hanya dengusan kecil yang diterimanya .

' Berambussla cepat . Pleaselahh .' detak hati Awatif sambil mengenggam penumbuk . Dia rimas betul harini . Entahlah kenapa .. Hatinya keras . Di fikirannya sejak malam tadi hanya ada Sufi . Ya . Sufi .

Jimmy terasa . Dia mengeluh kecil sambil mengangkat punggung menjauh dari Awatif . Matanya sudah merah menahan marah . Dia ambil segala barang miliknya . Telefon , kunci kereta , beg yang berisi ubat & dokumen lain , dan sebuah briefcase hitam bersaiz A4 .
Jimmy tidak memandang Awatif lagi dia terus melangkah ke pintu . Hatinya sakit . Entah kenapa mahu saja dia menjerit kuat di telinga Awatif . Tapi bila fikir balik , nanti Awatif lesing biji matanya , baru kau tahu nikmat kena lesing .

Awatif masih membatu . Menutup mata tanpa mahu sedikit pun menoleh ke arah Jimmy . Dia ada sesuatu yang lebih penting untuk dibuat lepas ni . Dia mahu Jimmy secepat mungkin pergi .

Jimmy yang sudah keluar melangkah lemah ke arah tangga . Risau hatinya memikirkan keadaan kekasihnya tadi . Mahu saja di peluk kuat sebelum meninggalkan Awatif , tapi bimbang Awatif tidak suka .

Langkah yang lemah terhenti apabila Jimmy terdengar suara esakan yang kuat di bilik hujung rumah banglo itu . Berdebar hatinya .

' Hantu ke ? Tengahari macamni ? Ohh tolonglah ... Takkan lah ? ' Jimmy berteka teki sendiri . Langkahnya diteruskan menuju ke bilik hujung yang warna pintunya agak pudar . Semakin lama suara esakan semakin kuat , semakin kuat juga debaran di dadanya .

" What the ... Apa benda yang menangis tu ? Ish . " monolog Jimmy sendiri di depan pintu . Tangannya mencapai tombol pintu , dia mahu tahu makhluk apa di dalamnya . Sambil matanya meliar mencari kelibat Awatif , dia memulas tombol pintu itu . Namun terkunci . Ya . Terkunci dari luar .

" Oh gilaa takboleh buka "

" Kau buat apa tu ? Kata nak balik dah ? "

Terkejut beruk Jimmy dengan sergahan di belakangnya . Awatif yang hanya memakai tuala di pinggang merenung tajam mata biru Jimmy .

Jimmy terkulat-kulat . Berdebar dadanya . Esakan itu berhenti . Jimmy pelik . Di pandang tombol pintu dan Awatif silih berganti .

" Takde apa diy . Nak baliklah ni . " Jimmy menghadiahkan senyuman yang boleh mencairkan perempuan diluar sana . Tapi bukan buat Awatif . Awatif sikitpun tidak memandang muka Jimmy . Dia merenung ke tempat lain . Malas mahu bertentang mata dengan Jimmy .

" Bye . See you again " Jimmy sempat mengucup bibir Awatif sebelum berlalu pergi . Dia pantas menuruni tangga . Membuka pintu dan tidak sampai beberapa minit terdengar bunyi kereta bergerak keluar , kereta Porsche 911 Carrera S Cabriolet . Fuhhh gila kayaaaaa !

Awatif yang melihat dari atas mengeluh keras . Esakan itu kedengaran lagi . Malah lebih kuat . Dia tersenyum senang . Sambil berlalu ke bilik , di kepalanya merancang pelbagai cara untuk mengerjakan Sufi harini .

Sambut Cintaku SayangWhere stories live. Discover now