25|Second Round

13.9K 35 6
                                    

Selepas mandi menyegarkan diri , Awatif merenung dirinya yang masih bertuala di depan cermin besar dalam biliknya . Pelbagai bentuk lovebite yang menempel di dada bidangnya . Dia hanya tersenyum nipis . Baginya itu perkara biasa . Jimmy sememangnya pandai mengoda dirinya . Dan dia pun bukan kuat iman sangat ...... Kesian yea . Patut kena tarbiyah sentap Awatif ni .

Luka di kepalanya masih berdarah . Awatif mengambil ubat sapu yang diberikan Jimmy dan beberapa keping kapas segi empat tepat . Awatif menitiskan ubat berwarna kuning itu di atas kapas . Dan ditekan pada luka sebesar ibu jari .

" Ahhh bodoh sakitttt ! "

Awatif menendang dinding . Berdenyut kakinya . Tapi lebih sakit kepalanya yang masih berdarah . Awatif mendengus kuat . Bulu hidungnya terasa tercabar dengan kekuatan dengusan Awatif .

Awatif lantas meletakkan kapas yang dititiskan ubat kuning di kepalanya . Ditekan sehingga Awatif rasa puas . Sakitnya hanya dia yang tahu .

Kapas dibuang . Mata Awatif menjeling geram melihat tompokan darah pada kapas tersebut . Tangannya ligat membuka almari baju berwarna merah hati yang terletak di penjuru bilik . Harini dia mahu nampak handsome di mata Sufi . Dia rindu dengan Sufi . Semalaman dengan Jimmy membuatkan jiwanya kacau memikirkan Sufi walhal jasadnya dengan Jimmy . Teruk lelaki cemni girls . Kita patut tukul je tengkorak dia .

Kemeja berwarna biru gelap di capai dipadankan dengan jeans berwarna hitam . Sempoi saja . Tapi Awatif memiliki wajah tidak kurang hebatnya . Sebab tu Jimmy jatuh cinta . Eh geli aku .

Selesai membelek dirinya , sentuhan terakhir adalah perfume Hugo Boss yang selalu menarik perhatian wanita yang berdamping dengan Awatif . Namun Awatif hanya melayan tidak lebih dari seorang kekasih . Layanan yang diberikan hanya untuk melampiaskan nafsu semata-mata .

Kain yang sama digunakan untuk ' menidurkan ' Sufi di capai . Lalu dituang cecair yang sama untuk membuat Sufi pengsan . Awatif tersenyum suka . Dia sudah tidak sabar untuk berjumpa Sufi . Hidup lagikah ? Eh mestilah . Tadi yang menangis tu takkan roh dia ? Tengahari pula tu . Tapi boleh jadi jugakann .

Kain yang berbau haprakk itu di simpan di poket belakang seluar jeansnya . Kunci bilik Sufi di capai dan Awatif berlalu keluar dari bilik .

"Bodohhhh keluarkan akuuuu !! " jeritan Sufi kedengaran lagi . Awatif tersenyum senang . Dia turun ke bawah untuk menyediakan sarapan . Otak dia sarapan . Dah tengahari la mangkuk . Aihhhh

4 keping roti bakar disapu mentega kacang untuknya habis ditelan tidak sampai 5 minit . Milo panas diteguk rakus oleh Awatif . Kelaparannya melebihi kelaparan di Somalia . Eh overlah kau .

Awatif membawa 2 keping roti bakar mentega kacang dan secawan milo panas untuk Sufi . Senyumannya semakin lebar apabila sampai di depan pintu Sufi . Kunci dikeluarkan lalu di cucuk ke dalam lubang tombol pintu .

Sufi yang sedang duduk bersandar di dinding katil terkejut berukk . Dia sudah memakai baju . Tudungnya juga sudah melekat di kepala . Tapi keadaannya tidak terurus . Air matanya semakin laju apabila melihat Awatif .

" Kau nakkk apa lagi lahaaaaanat ??? " Sufi menjerit kuat . Tangannya mencapai bantal lalu dibaling ke arah Awatif . Awatif hanya tergelak suka . Pinggan berisi roti dan cawan berisi milo di bawa ke sebelah kanan katil . Terdapat meja yang lacinya digunakan untuk memukul kepala Awatif .

Mata Sufi terbeliak besar . Air matanya jatuh deras apabila memandang Awatif . Awatif berdiri dihujung katil dengan senyuman syaitonnya .

" Aku nak kau " pendek , padat dan padu ayat yang ditutur Awatif . Kedua belah tangannya dimasukkan ke dalam poket seluar . Matanya tidak lepas merenung Sufi yang mengigil ketakutan .

" Bodohhh ! Kau memang jantan takgunaa !! Aku benci kauuuu sampai mati !!!! " Sufi melompat di atas katil . Jangan fikir melompat macam budak-budak dapat gula tau . Huhu . Melompat ketakutan .

Matanya merenung Awatif yang hanya tersenyum suka . Mahu saja Sufi menyilat Awatif . Matanya meliar ke sekeliling . Dia sudah tidak tahan dengan hidupnya kini . Berubah 360 darjah .

" Kau diam je . Ikut cakap aku dan kau akan hidup . Kalau tak .. Sampai kau reput , takkan ada orang jumpa kau " Awatif berjalan ke arah meja yang diletakkan pinggan berisi roti disebelah kanan katil . Sufi turun dari katil . Dia duduk disebelah kiri . Sufi mengigil hebat . Hidupnya kini hanya ada ketakutan . Dia bukan lagi Sufi yang dulu .

" Makan ni . Aku taknak kau jadi mayat hidup . Aku pun taknak seksa kau . Baik kau makan " huluran pinggan di pandang sepi oleh Sufi . Dia menyorok disebalik katil . Hanya separuh kepalanya kelihatan menggeleng .

" Bodohh aku kata makan ! Makan jelahh !! " Awatif hilang sabar . Dia naik ke atas katil dan menarik kepala Sufi yang berbalut tudung . Jeritan Sufi kedengaran . Air matanya semakin laju menuruni pipi . Tubuh Sufi mengeletar hebat .

Awatif menarik tudung Sufi membawa dia ke atas katil . Raungan Sufi semakin kuat . Awatif semakin marah . Pipi mulus Sufi ditampar bertalu-talu . Sufi memegang tudungnya apabila terasa rentapan yang kuat . Awatif sedaya upaya mahu melepaskan tudung Sufi .

" Bodohhh lah kau ni . Aku suruh makan ! Bukan nak seksa kau ! " pipi Sufi menerima tamparan bertalu-talu . Sufi menutup mukanya dengan tangan . Tangisannya semakin kuat . Dia cuba untuk melepaskan diri namun pergerakannya terkunci .

" Aku benci kauuuu !!!! " Sufi meludah muka Awatif yang kini seinci dari mukanya . Awatif bengang . Di tampar Sufi laju-laju . Sufi sudah tidak berdaya . Apa nak buat . Kudrat perempuan lemah dari lelaki .

Awatif sudah naik gila . Dia naik ke atas tubuh Sufi . Kain berbau dikeluarkan lalu ditekup ke muka Sufi . Sufi yang memukul-mukul dada Awatif berhenti . Hanya esakan yang kedengaran .

Awatif puas ! Dia puas melihat Sufi pengsan . Senyumannya terlukis lagi . Berdenyut kepalanya seketika .

" Aaaarrgghhhgg ! Pesal time cemni kau nak datang sakittt !! " Awatif mengerang kesakitan . Dia rebah disisi Sufi yang pengsan . Rambut Awatif di genggam kuat . Kepalanya yang masih berdarah tidak dihiraukan .

Awatif bangun dengan keadaan terhuyung-hayang . Dia menoleh sekilas kepada Sufi . Denyutan dikepalanya semakin sakit menikam . Laci sebelah kanan dibuka pantas oleh Awatif . Sebungkus ubat dikeluarkan . Dua biji ditelan rakus oleh Awatif . Air milo yang dibuat khas untuk Sufi diteguk rakus . Menitik hingga ke lantai .

" Damn ! Aku bencilahhhh macamni !!! " jeritan Awatif mengegarkan sepasang burung yang tengah syokk dating di bumbung rumahnya . Tercirit dua ekor burung tu . Kesian .

Awatif melihat keadaan Sufi yang tidak sedarkan diri . Nasfunya naik apabila tudung Sufi sudah tertanggal dari kepala . Awatif ketawa sendirian . Semakin lama semakin kuat . Baju yang disarungnya di tanggalkan . Seluar jeansnya sudah terlucut dari kaki .

Kini Awatif separuh bogel . Dia memanjat katil perlahan-lahan .

" Sayang . I'm coming again " Kucupan hangat dihadiahkan pada dahi Sufi . Awatif ketawa lagi . Semakin lama semakin bingit ketawanya disertai dengan linangan air mata . Aikk ketawa pun menangis ?

" Bodoh ! Aku layan kau baik-baik ! Kau buat aku macamni ! Padahhh kau melawan aku ! Aku akan pastikan kau milik aku selamanya Sufi " tawa Awatif meletus lagi . Di sapu air matanya yang jatuh di pipi Sufi .

Esakan Awatif semakin kuat . Dia duduk bersandar di dinding memeluk lutut . Matanya memandang hanya pada Sufi . Fikirannya berkecamuk . Matanya sudah merah kerana menangis .

" Aku sayang kau Sufi . Tolonglah dengar cakap aku . Aku taknak seksa kau " Awatif mendekati Sufi . Menyembamkan mukanya pada dada Sufi . Sufi hanya kaku . Awatif semakin suka . Dia membuka satu persatu butang baju Sufi . Lalu dilempar ke lantai . Seluar jeans Sufi juga di buang jauh ke lantai . Kini Sufi separuh bogel .

Awatif tersenyum bahagia . Bibirnya menyentuh bibir Sufi sambil tangannya ligat menanggalkan pakaian dalam Sufi .
Ya . Sekali lagi Sufi naked di depan mata Awatif . Awatif tidak menunggu lama . Rezeki sudah di depan mata , Sufi yang pengsan terus dibahamnya . Sekali lagi . Ya . Sekali lagi .

P/s : Jangan lupa vote && komen yeaaa ♥♥♥

Sambut Cintaku SayangWhere stories live. Discover now