5

81 10 10
                                    

"Gue bisa kok bantuin biar lo bisa deket sama Evan"

"Maksudnya apa?" tanya Sandy kepada Vino.

Vino tertawa, lalu berkata "Gue tau kok"

"Tau apa?" tanya Sandy tetap bersikap biasa.

Vino mengehela napas lalu mulai berkata, "Setiap istirahat lo duduk di pinggir lapangan buat ngeliatin Evan main basket. Dan pas beberapa hari yang lalu lo dikeluarin dari kelas, gue tau kok kalo lo ngobrol sama Evan di kantin trus lo senyum senyum sendiri pas masuk ke kelas."

"Dari mana lo tau kalo gue ngeliatin Evan? Bisa aja gue ngeliatin yang lain"

"Gue denger kok pembicaraan lo tadi pagi sama siapa nama temen lo? Nadine ya?"

Skak mat. Sandy diam karena tidak bisa membalas apa-apa lagi.

"Gapapa kali San, banyak kok yang suka sama dia. Gue kalo dilahirkan sebagai cewek juga pasti bakal suka sama Evan."

Sandy tertawa kecil atas hiburan dari Vino.

"Eh tapi lo gak bilang ke Evan kan?" tanya Sandy.

"Gak mungkin lah. Gila aja kali"

"Bagus deh."

"Jadi gimana?"

"Apanya gimana?"

"Mau gue bantuin gak?"

"I dont have any reason to say no" kata Sandy sambil tersenyum.

"Tapi sebagai gantinya temenin gue dong"

"Temenin ngapain?"

"Temenin nonton civil war, gue gak ada temen nonton. Evan dan yang lainnya udah pada nonton. Oh iya dan ajarin gue matematika dong kapan-kapan please."

Sandy tampak berpikir sebentar lalu berkata, "Ya udah deh, kebetulan gue juga belum nonton. Gue pulang duluan ya, supir gue udah nunggu di depan. Bye!"

"Besok gue jemput jam 5 ya jangan lupa"

____________________________________

Sandy melihat jam di tangannya pukul 16.55 itu artinya Vino akan segera menjemputnya.

Sandy sudah siap dengan kaos garis-garis hitam putih dan overall warna hitam. Ia memang bukan orang yang terlalu fashionable, rambutnya hanya diikat rapi menjadi satu ke belakang dan sepatunya vans merah maroon.

Tiba-tiba ada klakson motor berbunyi dari depan rumahnya.

"Itu pasti Vino" gumam Sandy.

Sandy turun dari kamarnya lalu memasuki kamar orang tuanya.

"Ma, Pa aku pergi dulu ya." Lalu Sandy mencium tangan orang tuanya.

Sebelum Sandy keluar dari kamar orang tuanya, ibunya berkata, "Kamu rapi banget hari ini, mau pergi sama siapa sih? Cewek atau cowok?"

"Namanya Vino, temen sekolah aku, cowok, tetangga sini kok. Sandy pergi dulu ya, byee"

Sandy langsung keluar dan menghampiri Vino, "Yuk berangkat"

Vino mengangguk lalu memberikan salah satu helmnya kepada Sandy.

____________________________________

"Rame banget ya Vin" kata Sandy setelah duduk di kursi yang sudah ia pesan.

Vino mengangguk. Kemudian, Sandy mengamati sekeliling bioskop, banyak orang pacaran. Ah, ia baru ingat kalo hari itu adalah malam minggu.

"Banyak orang pacaran ya Vin" kata Sandy berbisik-bisik.

"Iya ya, eh filmnya udah mulai tuh" jawab Vino.

Tanpa diketahui Sandy, di sela sela film, Vino menoleh ke Sandy dan mengamatinya dalam diam.
____________________________________

"Mau makan apa San?"

"Terserah lo aja"

"Gimana kalo itu tuh?" tunjuk Vino pada salah satu restoran yang terbilang cukup mahal.

"Itu kan mahal Vin"

"Selo, gue yang bayar"

Vino menarik tangan Sandy lalu masuk ke restoran itu.

Setelah memesan makanan, keheningan mulai menyelimuti mereka berdua. Hanya lagu di restoran itu saja yang mampu terdengar di telinga mereka.

"Vin"

"San"

Mereka memanggil satu sama lain berbarengan, "Lo duluan aja" kata Vino.

"Yaudah. Gue cuma pengen nanya sih, kenapa lo tiba-tiba pengen temenan sama gue? Dan waktu itu lo dapet id LINE gue darimana?"

"Ya gapapa sih. Pas gue ngeliat lo di hari pertama kita sekelas, kayaknya lo seru gitu so that's why i want to be your friend. Pas itu id LINE lo gue dapet dari Kenya, temen sekelas kita juga"

"Oh Kenya... gue mau nanya lagi dong, lo pernah sayang beneran gak sama orang?"

"Emang sayang ada yang beneran ada yang palsu?" tanya Vino.

"Maksud gue bukan sekedar cinta monyet aja gitu."

"Hmm, sekarang mungkin"

"Lo berusaha untuk dapetin dia gak?"

"Usaha dong"

"Apa?"

"Wujudin kebahagiaan dia walaupun kebahagiaan itu bukan sama kita alias sama cowok lain"

"Kok gitu? kan lo nya jadi gak bisa dapetin dia?"

"You will happy when you see someone you love get their happiness even it hurts you" kata Vino, "It is much better than she say she loves me but she lies" lanjutnya.

"Emang cewek yang lo suka siapa sih? Kayaknya gue ga pernah liat lo deketin cewek"

"You will know her one day"

Lalu pelayan datang dan membawa pesanan mereka. Makan malam itu mereka lanjutkan dengan keheningan.

____________________________________

"Gue perlu pamit sama orang tua lo gak?"

"Gak usah deh, udah malem."

"Ya udah, bilangin ya gue minta maaf pulangnya kemaleman."

Saat Vino hendak pergi dari rumah Sandy, pintu rumah Sandy terbuka dan keluarlah ibu Sandy.

"Sandy, kamu udah pulang?" tanya ibunya ramah.

"Malam tante, saya Vino. Maaf ya tante, Sandy pulangnya terlalu malem"

"Oh iya gapapa nak Vino. Terima kasih ya, maaf Sandy suka merepotkan" kata ibunya Sandy yang membuat Sandy menoleh dengan tampang sebal.

"Gak kok tante. Saya pamit dulu ya udah malam."

Vino menaiki motornya lalu pergi dari rumah Sandy.

"Vino baik ya orangnya, pacar kamu San?"tanya ibunya.

"Bukan Ma, temen doang kok."

Sandy masuk ke rumah dan meninggalkan ibunya yang sedang tersenyum usil.

ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang