22

82 6 9
                                    

Kafe proćha pada pagi hari cukup sepi.

Meski masih terbilang cukup pagi namun nampaknya sekawanan laki-laki sudah berkumpul membentuk sebuah forumnya tersendiri.

"Apa kabar, bro?" tanya Evan.

"Baik, baik, lo gimana?" kata Rafa, salah satu sahabat Evan.

"Sangat baik," kata Evan dilanjutkan dengan gelak tawa semua yang berkumpul disitu.

"Vin, nyokap ngebolehin ngumpul nih?" tanya Rafa kepada Vino.

"Alhamdulillah boleh, Raf. Pada kangen ya sama gue?"

Semuanya langsung mengeluarkan sumpah serapahnya kepada Vino kemudian tertawa bersama.

"Permisi, mau pesan apa ya mas?" tanya salah satu waitress kepada mereka semua.

"Mba nanya ke siapa?" tanya Evan, "kalo dia butuhnya cinta tuh mba," Evan menunjuk James, salah satu dari mereka yang sedang jomblo.

"Sialan lu, Van!" kata James kesal, "Saya cappuccino-nya satu ya, mba."

Setelah semuanya memesan, waitress itu pergi meninggalkan mereka.

"Lo gak mau mesen apa-apa, Van?" tanya Sam.

"Gak usah, Sam. Bentar lagi gue cabut kok." jawab Evan.

"Buseh, cepet bener main lo. Mau ngapain sih emang? Ngapel ya?" tanya James.

"Iya, gue pengen ngapelin nyokap lo."

"Monyet."

Evan tertawa melihat muka kesal James, "gue pengen nyari cewek nih."

"Si Sandy mau lo kemanain, bego?" tanya salah satu dari mereka.

"Ya tetep itu mah, kalo gue udahan sama dia entar gue kalah dong."

"Brengsek," pikir Vino dalam hati.

Semuanya tertawa kecuali Vino, ia pikir Evan sudah mulai berubah dan membuka hatinya untuk Sandy. Nyatanya, Evan tetap saja mempermainkan hati Sandy.

"Yaudah ya, gue cabut duluan nih. Doain gue ya dapet cewek." kata Evan sembari berpamitan kepada teman-temannya.

"Si monyet, gue aja masih jomblo, lo udah mau nyari yang kedua." jawab James.

Evan tertawa lalu berjalan menjauhi mereka.

"Eh, gue cabut juga ya. Gue ada perlu soalnya." izin Vino kepada yang lain.

"Ok, hati-hati, sob." jawab yang lain.

Evan berjalan menuju parkiran yang berada di basement. Parkiran saat itu sangat sepi karena masih pagi. Paling hanya ada satu atau dua mobil pengunjung lain dan sisanya adalah mobil teman-temannya.

Mobil hitamnya terletak cukup jauh dari lift karena ia memang lebih suka memarkirkan mobilnya di bagian pojok tempat parkir.

Sesaat setelah ia menekan kunci mobilnya, seseorang membalikkan badannya dan memukul wajah bagian kanannya.

"Itu karena lo udah bikin Sandy suka sama lo."

ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang