3

89 11 5
                                    

"AH gila san, gue kalo jadi lo sih udah terbang ke mana kali" ucap Nadine bersemangat setelah ia mendengar cerita Sandy.

"Kok lo ketularan lebay gue sih?" tanya Sandy bingung.

"Eh tapi sumpah ya beruntung banget lo"

Sandy tersenyum gembira. Karena sekarang sedang jam istirahat kedua, biasanya Sandy dan Nadine menghabiskan waktunya hanya di kelas.

Tiba-tiba Sandy teringat orang yang nge-add LINE nya.

"Eh iya Nad, gue lupa tentang siapa tuh yang nge-add LINE gue?" tanya Sandy.

"Hmm.. Vino?" jawab Nadine setelah mengingat-ingat.

"Ah, iya tuh. Buat apa ya dia add LINE gue?"

"Kan gue udah bilang, tanya aja langsung"

Bel tanda selesai istirahat berbunyi. Mereka langsung meletakkan buku pelajaran yang akan dipakai di atas meja.

____________________________________

Siang ini matahari begitu terik. Sandy sedang menunggu supirnya datang sehabis mengantar ibunya. Katanya sih terjebak macet.

Saat sedang menunggu di depan gerbang sekolah, tiba-tiba ada motor menghampiri Sandy. Sandy bingung dan bertanya-tanya siapa orang itu.

Pengendara motor itu melepas helmnya lalu mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Itu bukannya.. Vino?" tanya Sandy dalam hati, "ngapain dia kesini?"

Vino turun dari motornya lalu menghampiri Sandy.

"Hai.. Sandy?" sapa Vino sambil bertanya-tanya apakah itu Sandy atau bukan.

"Yaa, Hai! Lo Vino kan ya?" tanya Sandy.

"Iya, gue Vino. Masa lo gak kenal gue sih ah." ucap Vino berusaha mencairkan suasana.

Sandy tertawa kecil. Sandy tahu Vino. Tentu saja ia tau, Vino adalah salah satu teman akrab Evan. Vino memang tidak terlalu jago olahraga seperti Evan namun Vino dikenal karena orangnya humoris dan membuat orang-orang nyaman berteman dengannya. Namun, Sandy tidak kenal dekat dengan Vino sebab ia dan Vino bisa dibilang 'beda kasta'

"Kita sekelas kan ya?" lalu Vino tertawa, "tapi kita gak pernah ngobrol"

"Ya kan lo eksis banget, sedangkan gue?"

"Sama aja kali gue sama lo. Eh iya, lo ngapain disini?" tanya Vino.

"Nungguin supir gue lama banget, katanya sih macet"

"Emang rumah lo dimana?" tanya Vino untuk sekedar basa-basi.

"Di Perumahan Ecola, tau gak? yang di daerah..."

"Hah?Serius?"

Sandy pun kaget padahal ia belum menyelesaikan omongannya,"I..iya, emang kenapa?"

"Rumah gue juga disitu" jawab Vino yang cukup membuat Sandy ternganga, lalu ia mengangguk.

"Mau gue anterin gak?" ajak Vino.

"Gak usah deh, takutnya ngerepotin."

"Ngerepotin gimana sih, kan rumahnya deketan. Lagian gue juga mau pulang, ayo naik motor gue"

Sandy tampak berpikir sebentar, lalu memutuskan, "Yaudah deh, gue sms supir gue dulu."

Setelah selesai mengetik sms di ponselnya, ia naik ke motor Vino.

"Tuh kan bener, orang eksis kayak mereka gak pada sombong kok" ucap Sandy dalam hati.

____________________________________

Sandy sedang dalam perjalanan menuju rumahnya bersama Vino.

Sebenernya Sandy tidak ingin merepotkan Vino apalagi selama ini ia belum kenal dekat dengannya, namun ia tidak dapat menunggu supirnya lebih lama lagi.

Biasanya Sandy dijemput dengan mobil sehingga Sandy tidak terbiasa naik motor. Apalagi dengan motor ninja seperti ini.

Untung saja ia sudah berganti celana karena tadinya ia meminta supirnya untuk mengantarnya ke toko buku.

Bayangkan jika Sandy masih memakai rok sekolahnya, bagaimana coba cara Sandy untuk duduk di motor ninja itu.

Sandy merasa bingung, "Gue pegangan kemana ya? Aduh gue takut jatoh jadinya. Tapi kan gak mungkin gue peluk Vino" ucapnya dalam hati.

Tuhan seolah menjawab pertanyaannya. Tiba-tiba ada orang menyebrang tanpa melihat kiri-kanan. Alhasil, Vino mengerem mendadak yang membuat Sandy terdorong ke depan dan tidak sengaja memeluk Vino dengan tas Vino sebagai penghalang di antara mereka.

"Lain kali hati-hati ya Pak kalo nyebrang" kata Vino dengan sopan sambil tersenyum.

Sandy segera melepas pelukannya, "Sorry, sorry, Vin"

"Selo selo peluk tas gue aja kalo lo takut jatoh" kata Vino.

Sandy mengangguk kecil walaupun tak terlihat oleh Vino. Ia pun memeluk tas Vino dan merasa lebih aman.

"Gue baru tau Vino orangnya sopan banget sama orang, baik banget lagi padahal gue gak kenal deket sama dia" ucap Sandy dalam hatinya.

____________________________________

"Thanks banget ya Vin udah mau nganterin gue padahal kita gak kenal-kenal banget," ucap Sandy.

Vino mengacak-acak rambutnya, lalu menjawab, "Gapapa kali, lagian rumah kita sekomplek kan," jawab Vino.

"Oh ya, anyway rumah gue disana, cuma beda lima rumah," tunjuk Vino ke sebelah kiri rumah Sandy.

Sandy mengangguk, lalu berkata, "Gue masuk dulu yaa, udah sore. Sekali lagi makasih"

Kemudian ia berbalik walaupun belum mendengar jawaban dari Vino.

"San," panggil Vino tiba-tiba, "Kalo di sekolah selo aja sama gue. Mulai sekarang kita temenan ya!" Vino tersenyum.

Sandy tersenyum lebar setelah berhasil mencerna perkataan Vino. Entah kenapa ia merasa nyaman berteman dengan Vino seperti ia berteman dengan Nadine.

Vino menaiki kembali motornya dan pergi meninggalkan rumah Sandy.

ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang