"Aku gak bisa lanjutin hubungan kita lagi." ujar lelaki berseragam putih biru itu kepada perempuannya di depan gedung bertuliskan SMP Bakhti Mulya.
Perempuannya hanya bisa terdiam, tak tahu harus apa.
"Terlalu banyak perbedaan di antara kita sampai-sampai kita berantem mulu. Aku bosen kayak gini terus."
Perempuannya hanya bisa menangis, tak tahu harus berkata apa.
"Maafin aku, Na."
"Maksud kamu apa, Vin? Kamu bikin aku jatuh cinta sejak pertama kali kita ketemu. Kamu kasih perhatian dan waktu buat aku, bikin aku ngerasa aku punya seseorang di dunia ini. Kamu bikin aku jatuh cinta semakin dalam sama kamu di saat perasaan kamu semakin hilang." ujar perempuannya.
"Maaf, Na. Aku takut nyakitin kamu semakin dalam kalau kita terus bersama."
"I love you, Vin. I love you, that much."
"I do feel the same, Na."
"Vin.."
"Aku bener-bener minta maaf, Na." ujarnya, "Aku pamit dulu ya. Kamu jaga diri baik-baik."
Dan begitu saja Vino meninggalkan Anna di tengah deraian air mata yang bahkan ia sendiri tak tau kapan akan berhenti.
***
Vino terbangun dari mimpi masa lalunya. Masa lalu yang memang menyakitkan untuknya dan untuk Anna, juga berdampak pada Evan. Ia tahu kalau Evan dulu betul-betul mencintai Anna dan Vino pun meninggalkan Anna pada saat itu bukan tanpa alasan. Evan tidak tahu akan hal itu dan malah membenci Vino sampai sekarang.
Vino lalu bangkit dari kasurnya dan segera mengambil handuk serta baju gantinya. Ia berencana untuk bersantai dan menenangkan diri hari ini.
Setelah selesai mandi, ia mengambil susu cokelat dari dalam kulkas rumahnya dan duduk di balkon kamarnya sambil memikirkan hubungannya dengan sahabatnya dulu, Evan.
Vino teringat saat ia mengetahui kalau Evan mencintai Anna. Sebagai sahabatnya, tentu Vino sangat merasa bersalah karena telah menjalin hubungan dengan Anna di atas kesedihan Evan. Berat memang untuk melepas perempuan yang dicintainya begitu saja, tapi, baginya saat itu persahabatan jauh lebih penting. Setelah mengakhiri hubungannya dengan Anna, tak disangka Evan malah memutus persahabatannya dengan Vino karena telah menyakiti perasaan Anna.
"Seandainya lo tau, Van" ujar Vino dalam hati.
***
Kriiiing
Sandy menjulurkan tangannya ke arah sumber bunyi dan menekan tombolnya agar bunyi itu hilang. Ia membuka matanya perlahan dan meregangkan tangannya sebelum akhirnya bangun dari tempat tidurnya.
Sandy keluar dari kamarnya dan menuruni tangga rumahnya menuju ke ruang makan. Ia mendapati ibunya sedang menata masakan di atas meja makan.
"Asyik, enak nih makanan mama," ujar Sandy semangat, "makan yuk, Ma. Laper nih."
"Kamu, bener-bener, semenjak UN selesai minggu lalu setiap hari selalu baru bangun jam segini terus langsung nyomot makanan. Mandi dulu sana! Hari ini jadi mama temenin gak?" tanya mama Sandy.
"Hah? Hari ini ada apa?"
"Gimana sih, katanya kemaren mau beli sepatu buat-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Choices
Teen FictionSulit memang untuk seseorang jika dihadapkan oleh dua pilihan berat, Memilih seseorang yang selalu ia harapkan atau seseorang yang selalu mengharapkannya ketika ia mengharapkan orang lain. [Dedicated this story to @novlmnauw]