8

48 7 5
                                    

Hah? Nadine suka Vino? dia gapernah cerita apa-apa tuh

Sandy membalas pesan Kenya sambil tetap merasa bingung.

Handphone Sandy berbunyi lagi, lalu ia segera membuka chat dari Kenya.

Iya gue serius, kalo gapercaya tanya aja sendiri

***

Sandy berangkat sekolah dengan buru-buru. Ia ingin segera menemukan Nadine dan menanyakan kebenaran berita dari Kenya.

Sandy masuk ke kelas dan untunglah dia menemukan Nadine di dalam.

Ia segera menghampiri Nadine, "Din gue harus ngomong bentar"

Nadine menghelas napas dan dengan terpaksa mengikuti Sandy dari belakang. Ia sudah kenal lama dengan Sandy dan ia tau Sandy pasti akan membicarakan sesuatu yang penting jika mengajaknya ngobrol berdua saja.

Mereka sampai di taman belakang sekolah. Taman yang indah namun cukup sepi, apalagi saat pagi-pagi.

Mereka berdua duduk di kursi taman tanpa memandang satu sama lain.

"Kenapa lo gak pernah bilang?" kata Sandy mulai membuka mulut.

Nadine bingung lalu menoleh ke Sandy, "Bilang apa?"

"Vino"

Nadine mulai tersentak kaget. Apa yang Sandy ketahui tentang dirinya dan Vino.

"Kenapa Vino?" tanya Nadine.

"Kenya udah bilang ke gue."

"Bilang apa?"

"Lo suka sama Vino kan din. Kenapa lo ga pernah bilang? Gue minta maaf karena gue gak bisa ngertiin lo, karena lo gak pernah cerita apa-apa. Gue juga minta maaf karena gue baru nyadar kalo gue egois, selama ini selalu gue yang cerita sama lo dan mungkin gue gak pernah ngasih kesempatan lo buat cerita. Gue minta maaf, dan gue bisa kok bantuin lo biar deket sama Vino. Gue akan berusaha menjauh dari dia dan ngasih kesempatan buat lo. Buat persahabatan kita" kata Sandy sambil tersenyum.

Sebenernya bukan itu yang ingin Sandy katakan. Ia belum siap untuk meninggalkan Vino yang sudah baik kepadanya. Namun, Sandy rela agar hubungan persahabatannya dapat kembali utuh seperti dulu

Nadine diam. Dalam hatinya, ia ingin segera berbaikan seperti dulu dengan Sandy.

Setelah beberapa lama Sandy menunggu jawaban Nadine, tiba-tiba Nadine memeluk Sandy.

"Gue gak akan pernah lagi marahan kayak gini. Susah dah" kata Nadine.

Sandy tersenyum bahagia karena akhirnya mereka dapat berbaikan.

***

Sandy dan Nadine sudah duduk bersama lagi di kantin. Sandy sudah kembali menjadi orang yang ceria seperti dulu, tentunya karena kembalinya Nadine di sampingnya.

Saat mereka sedang bersenda gurau, Vino datang dan langsung duduk di depan mereka.

Sandy yang menyadari kehadiran Vino langsung berpikir harus berbuat apa untuk memberikan kesempatan untuk Nadine.

Sandy akhirnya memutuskan untuk bangkit berdiri.

"Din, gue mau ke toilet deh tiba-tiba. Gue duluan ya. Duluan Vin" kata Sandy yang sengaja meninggalkan Nadine berdua dengan Vino.

Sandy pergi ke toilet walau sebenarnya ia tak ingin ke toilet. Ia pun kebingungan. Karena tak ada tujuan, ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.

Entah ini adalah suatu kebetulan atau apa karena ia melihat Evan di pojok meja dengan muka kebingungan. Sandy menghampirinya.

"Evan?" kata Sandy.

Evan mengangkat kepalanya, lalu tersenyum.

"Sandy! Mau bantuin gue gak?" kata Evan seperti menemukan malaikat yang akan menolongnya.

Sandy menarik kursi di seberang Evan lalu duduk, "Emang lo lagi ngapain?" tanya Sandy.

"Disuruh ngerjain tugas Biologi karna gua gak bawa PR"

Sandy mengangguk lalu mulai membantu Evan, namun ia sedikit kesulitan untuk berbicara dengan Evan karena meja yang menjadi pembatasnya berjarak cukup jauh.

Evan mengerti ketidaknyamanan Sandy lalu berkata, "Duduk disini aja di samping gue"

Sandy kaget. Ia memang tidak nyaman dengan keadaan seperti ini, namun ia takut salah tingkah jika pindah duduk di samping Evan.

"Tapi..."

"Udah gapapa, biar lebih enak ngomongnya"

Akhirnya Sandy duduk di samping Evan, lalu mulai menjelaskan sambil menetralkan ekspresinya biar tidak terlihat bahwa dia salah tingkah.

Lain halnya di tempat Nadine dan Vino.

Nadine merasa gugup karena sebelumnya ia belum pernah mengobrol secara langsung seperti ini dengan Vino.

"Diem aja Nad" kata Vino sekedar basa-basi untuk memulai pembicaraan.

Nadine yang sedari tadi menunduk mulai mengangkat kepalanya lalu berkata, "Eh i..iya", lalu ia tersenyum .

"Gue mending manggil lo Nad atau Din?

"Orang-orang sih manggil gue Nad, cuma Sandy doang yang manggil gue Din. Dia biasanya manggil gue Dino."

Vino tertawa, "Lucu ya Vino Dino"

Empat kata yang keluar dari mulut Vino mampu membuat Nadine menjadi salah tingkah.

"Gue boleh minta id LINE lo?"

"Hah?" kata Nadine memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

"Gue mau minta id line lo"

"Oh id line, bentar", kemudian Nadine memberikan id-nya setelah beberapa menit berusaha mengerti perkataan Vino.

"Kalo gitu gue kesana dulu, jawab ya kalo gue greet di line" kata Vino kemudian tersenyum yang membuat Nadine jatuh. Jatuh cinta lebih tepatnya.

ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang