Matahari sudah menampakkan wajahnya dan jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Sandy bangkit dari kasurnya dan mengambil sebuah box sepatu yang berada di dekat meja belajarnya. Ia mengeluarkan sepatu yang baru dibelinya dua hari lalu bersama ibunya dan mengenakannya. Ia bertekad akan melancarkan langkahnya saat menggunakan high heels demi prom esok hari.
Ia mencoba berjalan kesana kemari, meski tak terhitung berapa kali ia terjatuh, Sandy tetap berdiri kembali dan tidak menyerah.
"Gue gak akan kecewain Evan di prom nanti!" ujar Sandy dalam hati untuk memotivasi dirinya.
Ting tong...
Tiba-tiba bel rumah Sandy berbunyi. Dengan susah payah ia berjalan menuju ke pintu rumahnya dan mendapati Nadine disana.
"San? Lo ngapain pake heels di dalem rumah?" tanya Nadine bingung.
Sandy hanya cengengesan dan mempersilahkan Nadine masuk ke dalam rumahnya.
"Gue lagi belajar tau biar gue bisa lancar pake heels pas prom nanti dan gak bikin Evan malu." jawab Sandy.
"Lo beneran yakin mau ke sana bareng Evan?"
"Iya lah, terus gue sama siapa? Vino? Gak mungkin, kan."
Walaupun ragu, Nadine tetap mendukung keputusan sahabatnya dan berharap kalau Evan tidak akan mempermainkan Sandy.
***
Sandy kayaknya akan tetep pergi ke prom bareng Evan deh.
Vino membaca pesan singkat dari Nadine dan langsung menaruh kembali HP-nya ke atas meja di samping kasurnya. Ia hanya mampu menatap langit-langit kamarnya sambil memikirkan Sandy.
"Semoga lo gak disakitin sama Evan, San." pikir Vino dalam hati.
***
Setelah Nadine kembali ke rumahnya, Sandy mengambil HP-nya dan memutuskan untuk menelepon Nasya karena ia sudah lama tidak ada kabar.
"Halo?" kata Sandy setelah mendengar suara Nasya di telepon, "Nasya lo lagi ngapain? Kok akhir-akhir ini jarang main sih!"
"Gue lagi jalan nih sama temen gue, kenapa?"
"Oh, maaf deh kalau ganggu. Gak ada apa-apa sih, gue cuma mau nanya kabar lo aja soalnya lo jarang main ke rumah gue lagi."
"Maaf banget, San, gue baik-baik aja kok. Lusa gue main ke rumah lo deh, soalnya besok gue ada acara bareng temen gue."
"Oh oke, Sya. Ya udah kalo gitu, have fun ya!"
"Thanks, San."
"Ya udah, bye!"
"Bye!"
Sandy mematikan panggilan teleponnya dan menaruh HP-nya di atas meja. Ia kemudian melanjutkan latihannya dalam menggunakan high heels.
***
Nasya mematikan handphone-nya dan memasukannya ke dalam tasnya. Ia kemudian menghampiri orang yang ditinggalkannya untuk mengangkat panggilan dari Sandy.
"Van, udah nih, yuk jalan lagi." kata Nasya.
"Oke! Makan, yuk! Laper nih." jawab Evan. Kemudian mereka berjalan lagi menuju ke sebuah restoran di sebuah mal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choices
Teen FictionSulit memang untuk seseorang jika dihadapkan oleh dua pilihan berat, Memilih seseorang yang selalu ia harapkan atau seseorang yang selalu mengharapkannya ketika ia mengharapkan orang lain. [Dedicated this story to @novlmnauw]