2

75 9 2
                                    

Sandy berjalan menuju ke kelas sambil memperhatikan handphonenya.

Bagaimana tidak, Sandy adalah salah satu murid biasa yang tidak terkenal seperti Fanny, kapten cheers atau Cia, kapten dance namun tiba tiba salah satu teman Evan add line nya.

Ok, ini cukup lebay. Tapi setau Sandy, teman-temannya yang eksis itu sedikit sombong, apalagi yang cowok.

"Sannn ayo cepet" kata Nadine yang sudah lebih cepat dibanding Sandy.

"Duluan aja Din!"

Nadine sudah terlebih dulu masuk ke kelas. Ketika ia masuk, kebetulan sekali Bu Anggi baru mau masuk kelas. Nadine nyengir lalu segera masuk dan duduk di bangkunya.

Setelah Bu Anggi menaruh buku-buku pelajaran di mejanya, ia melihat sekeliling kelas lalu menyadari kursi di samping Nadine kosong.

"Nadine, siapa orang yang duduk di sebelah kamu?" tanya Bu Anggi tegas.

"Itu Bu, eee.. Sandy Bu" jawab Nadine gugup. Ia menyesal meninggalkan Sandy ketika berjalan.

"Kemana dia?"

"Itu bu lagi jalan."

Tak lama kemudian, Sandy pun baru masuk kelas. Karena jarak kamar mandi yang agak jauh dan ditambah lagi Sandy berjalan sangat lambat maka Sandy pun datang sedikit lebih lama.

"Sandy!! Tumben sekali anak pintar seperti kamu datang terlambat"

"Maaf Bu, tadi saya abis..."

"Gak ada alesan, sesuai aturan saya, kamu boleh tunggu di luar selama satu jam pelajaran"

Banyak murid lain yang berteriak, "Enak banget tuh gak belajar" atau "Ah besok-besok telat pelajaran bu Anggi ah biar dikeluarin".

Tapi tidak bagi cowok di pojok kelas yang memperhatikan Sandy dari tadi. Cowok itu adalah teman Evan yang nge-add LINE Sandy tadi.

____________________________________

Harusnya ini menjadi hari bahagia Sandy karena ia bisa melihat Evan lagi, namun ia malah terlambat masuk kelas dan dihukum keluar selama satu jam pelajaran.

"Ini semua gara-gara cowok itu, coba kalo dia gak nge add gue tiba tiba, kan gue gak bakal telat" kata Sandy dalam hati.

Karena Sandy adalah orang yang gampang bosan, maka ia memutuskan untuk menghabiskan waktu hukumannya di kantin. Ia pun berjalan malas-malasan di kantin.

Saat di kantin, ia benar-benar terkejut. Entah ia harus senang atau bingung. Karena ada seseorang yang sedang duduk di meja bagian belakang dan orang itu adalah... EVAN.

"Mampus gue, moga-moga gak salting" ucap Sandy dalam hati.

Ia pun membeli minuman, lalu duduk di meja yang bisa menghadap ke kelasnya. Ia berjaga-jaga takut Bu Anggi tiba-tiba keluar dari kelas.

Saat sedang meneguk minumannya, ia merasakan ada yang menyentuh pundaknya. Ia ketakutan setengah mati karena di kantin itu hanya ada penjual makanan dan minuman, dirinya dan Evan. Ah, tapi tidak mungkin Evan menghampirinya.

Ia memejamkan matanya dan berdoa di dalam hatinya. Ia mendoakan doa pengusir setan.

"Woy! gak usah ketakutan gitu kali"

"Deg!"  jantung Sandy kembali berdetak.

Karena penasaran, ia menengok ke belakang. Alangkah terkejutnya dia ketika dilihatnya sosok yang selama ini ia perhatikan dari kejauhan, Evan. Saking terkejutnya, ia sampai bengong dan merasa bahwa ia bertemu dengan Evan dalam mimpi.

"Hai! Gue boleh duduk sini gak?" Evan melambaikan tangan di depan muka Sandy lalu menunjuk kursi yang ada di depannya.

"Eeh eh i..iya boleh kok boleh" jawab Sandy gugup sambil berusaha tersenyum.

"Kok lo di sini?" tanya Evan.

"hah?"

"Kenapa lo di luar? Ini kan masih jam pelajaran" jelas Evan.

"Oohh, iya tadi gue terlambat masuk mapel Bu Anggi trus dihukum"

"Oh gitu, anyway lo Sandy kan ya?"

"Iya iyaa, gue Sandy" jawab Sandy semangat.

"Gue Evan" ucap Evan sambil tersenyum. Senyum Evan mampu membuat Sandy salah tingkah, untung saja ia mampu mengontrol dirinya.

"Ah iya gue tau kok, siapa coba yang gak kenal sama lo"

Evan tertawa. Ternyata semua aspirasi tentang orang-orang terkenal yang sombong itu salah. Menurut Sandy, Evan bisa menjadi salah satu contohnya. Evan yang sangat terkenal ternyata sangat baik dan mau berteman dengan siapa saja termasuk dirinya.

"Hmm, van... Gue boleh nanya sesuatu gak?" ucap Sandy memberanikan diri.

"Selo aja kali sama gue."

"Lo kenapa di luar?"

Evan tertawa kecil lalu menjawab, "Lo pasti tau lah ya gue anak bandel banget disini. Trus gue gak ngerjain PR dan gue dikeluarin."

Sandy ber-oh ria lalu keadaan menjadi keheningan yang cukup panjang. Sandy hanya bisa melihat sekeliling sekolah dan kelasnya karena ia gugup dengan fakta bahwa Evan duduk di depannya.

Tiba-tiba keheningan dipecahkan oleh suara bel. Tandanya satu jam pelajaran telah terlewati.

Dengan sangat amat terpaksa, Sandy bangkit berdiri dan bersiap untuk kembali ke kelas.

"Van, gue duluan masuk kelas ya. Takut dicariin Bu Anggi." ucap Sandy sudah mulai terbiasa dengan keadaan.

"Oke" jawab Evan singkat.

Kemudian Sandy berjalan menuju ke kelas. Setelah beberapa langkah ia mendengar namanya dipanggil.

"Sandy!"

Sandy menoleh dan melihat Evan sedang melihat dirinya. Lalu Sandy menjawab sambil berusaha bersikap biasa, "Kenapa?"

"Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya" kata Evan yang tentu saja membuat Sandy serasa melayang.

"I..i..iya"

Sandy berlari kecil menuju ke kelas, ia tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya yang dari tadi ia simpan dalam hati.

Sandy mengetuk pintu lalu duduk di tempatnya. Ia tidak menghiraukan omongan Bu Anggi karena otaknya hanya bisa merekam kejadian yang baru saja ia alami.

"DIN!! Gue harus cerita sesuatu!!" kata Sandy kepada Nadine setelah ia sampai di kursinya.

Tentu saja Nadine bingung melihat tingkah Sandy yang tidak biasa. Sandy tidak pernah dikeluarkan dan seharusnya ia tidak sebahagia ini.

Diam-diam ada yang memperhatikan Sandy lagi semenjak ia masuk ke kelas. Ya, cowok itu lagi..

ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang