Pak Dodi menyarankan seseorang untuk Sandy yang bisa mengajarinya basket sehingga Sandy bisa memenuhi minimal nilai KKM.
Masih di hari yang sama, Sandy sedang menunggu seseorang itu di lapangan indoor. Katanya Pak Dodi akan memanggil orang itu dan menyuruhnya mengajari Sandy.
Tak lama kemudian, Pak Dodi datang, lalu menghampiri Sandy dan berkata, "Untunglah dia menyanggupi untuk mengajari kamu, Sandy"
"Emang siapa sih, Pak?"
"Nah, tuh dia orangnya," kata Pak Dodi sambil menunjuk ke arah di belakang Sandy.
Ketika Sandy menghadap ke belakang, ia melihat Evan berjalan ke arahnya.
"Dia yang akan mengajari kamu bermain basket"
"Evan pak? Gak salah?"
"Bapak rasa Evan adalah orang yang tepat dan kalian bisa saling melengkapi. Evan lemah di pelajaran lain dan kamu sangat pintar dalam bidang lain. Kamu lemah dalam bidang olahraga, dan Evan sangat kuat di bidang olahraga."
Ketika Sandy menoleh, Evan sudah berdiri di sampingnya, "Hai," sapanya.
"Hai," sapa Sandy dengan gugup.
"Ya sudah, kalau begitu bapak tinggal dulu ya. Silahkan kalian atur sendiri jadwal untuk latihan kamu Sandy"
"Pak, Pak" panggil Sandy yang tidak mau ditinggalkan oleh Pak Dodi. Jika Pak Dodi pergi, itu artinya ia hanya berdua dengan Evan. Namun panggilan itu hanya sia-sia karena Pak Dodi tidak berbalik lagi.
"Takut amat sih sama gue" kata Evan yang membuat Sandy kaget dan membalikkan badannya untuk melihat Evan.
"E..eh enggak kok"
"Ya udah, lo mau diajarin kapan?"
"Gue sih bisa kapan aja, terserah lo aja."
"Besok bisa gak pulang sekolah?"
Sandy mengangguk dan berkata, "Bisa kok. Kalo gitu gue duluan ya, sampe ketemu besok"
Sandy segera berjalan ke arah luar lapangan indoor itu. Tiba-tiba ia terhenti karena Evan memanggilnya.
Sandy menoleh, "Ya?"
"Thanks ya buat cokelatnya. Enak" kata Evan yang membuat Sandy kaget dan langsung berjalan menjauhi Evan.
"Kok Evan tau sih itu dari gue?"
***
Sandy dan Nadine sedang duduk berdua di kantin. Mereka sedang memakan makanan yang sudah mereka pesan.
"Din, nanti lo pulang duluan aja ya! Gak usah nungguin gue."
Nadine yang sedang mengaduk es teh manisnya segera mendongakkan kepalanya, "Why?"
"Gue mau hmm latihan basket"
"Latihan basket? Tumben. Diajarin siapa?"
"Ya Pak Dodi lah, siapa lagi?"
"Lies. Pak Dodi kan mau ngedampingin anak kelas 11 tanding futsal."
"Hm okay. Yang ngajarin gue Evan."
"What?! KOK LO GAK BILANG - BILANG?" tanya Nadine dengan suara tinggi.
"Ssttt!! Jangan brisik deh ah, ini di kantin" tegur Sandy.
"Tapi kok bisa?"
"Pak Dodi yang nyuruh dia"
"Kenapa Evan?"
"Gak tau deh. Katanya Pak Dodi, gue sama dia bisa saling melengkapi maksudnya saling ngajarin gitu"
Nadine mengangguk-angguk, lalu melanjutkan makan.
"OH IYA!" kata Sandy tiba-tiba yang membuat Nadine kaget setengah mati.
"Tadi katanya jangan brisik"
"DINN!! Masa kemaren Evan ngucapin makasih buat cokelatnya"
"Ya bagus dong"
"Masalahnya, kan gue gak nulis itu dari gue"
"OH IYA"
"Ssstttt"
"Kok bisa ya?" tanya Nadine bingung.
"Mana gue tau"
Saat mereka makan, seperti biasanya, Vino duduk di depan mereka.
"Heyyo"
"Hai Vin," sapa Nadine. Kebalikan dari Nadine, Sandy hanya diam saja.
"Hai San," sapa Vino lagi karena Sandy belum menjawab sapaannya.
"Hm," jawab Sandy.
"Lo kenapa sih San?"
"Kenapa apanya? Gue biasa aja" jawab Sandy dengan muka juteknya.
"You changed a lot. Dari kemaren lo sering ketus dan kayak ngehindar terus dari gue"
"Nope, I didn't. Lo bikin nafsu makan gue ilang tau gak." kata Sandy kemudian pergi meninggalkan Vino dan Nadine.
Sandy berlari kecil menuju ke toilet. Ia tidak pernah menginginkan untuk bersikap ketus ke Vino, karena Vino sudah sangat baik kepadanya.
Di kantin, Vino dan Nadine sama-sama tidak ada yang membuka mulut.
"Sandy kenapa sih?"
"ng..ngg..gak tau gue"
"Gue cabut duluan ya"
Vino pergi dan diam-diam mengikuti Sandy dari belakang. Vino melihat Sandy masuk ke dalam toilet.
Dari luar, ia dapat mendengar suara Sandy menangis walaupun suaranya tertutup air kran yang mengalir.
Vino menunggu di luar sampai akhirnya Sandy keluar dari kamar mandi.
"Udah puas jadi orang muka dua?"
Sandy menoleh dan melihat Vino. Ia berkata,"Maksud lo apa?" dengan tetap ketus.
"Gue tau kali kalo lo abis nangis. Lo kenapa sih San?"
"I'm okay"
"No, you aren't"
"Vin, makasih banget lo udah baik sama gue selama ini. Walaupun kita baru temenan, tapi lo udah baik banget since the first time we talk each other. Tapi gue mohon, tolong lo jaga jarak dulu sama gue. Untuk sementara waktu."
"Tapi kenapa?"
"Gue punya alasan yang gak akan mungkin gue kasih tau ke lo. Gue ke kelas dulu."
Sandy pergi meninggalkan Vino yang tetap diam di tempat memandangi Sandy yang kian menjauh.
………………………………………………
a/n Please kindly Vote and Comment. Merci
KAMU SEDANG MEMBACA
Choices
TeenfikceSulit memang untuk seseorang jika dihadapkan oleh dua pilihan berat, Memilih seseorang yang selalu ia harapkan atau seseorang yang selalu mengharapkannya ketika ia mengharapkan orang lain. [Dedicated this story to @novlmnauw]