Hari ini Sandy berangkat sekolah dengan semangat seperti biasanya.
Sandy masuk ke dalam kelas namun seperti ada yang berbeda di dalam kelasnya. Nadine belum datang.
"Ah mungkin dia kesiangan" pikir Sandy dalam hati.
Namun yang Sandy tau, Nadine tidak pernah bangun kesiangan. Catatan terlambatnya saja kosong.
Bel sudah berbunyi tanda pelajaran akan dimulai. Sebelum guru yang mengajar masuk, ada seorang murid yang baru masuk ke kelas. Nadine.
Nadine masuk kelas dengan santai lalu duduk di samping Sandy.
"Tumben telat Din" kata Sandy.
Nadine tidak menghiraukan perkataan Sandy.
"Din kok lo diem aja sih?"
Sebelum pertanyaan Sandy terjawab, guru yang mengajar sudah masuk, "Selamat pagi anak-anak"
Sandy bingung. Ia tidak tahu apa kesalahan yang sudah ia perbuat sampai tiba-tiba Nadine menghiraukannya.
____________________________________
Sekarang waktunya istirahat, biasanya Sandy akan berjalan bersama Nadine. Namun, Nadine sudah meninggalkannya terlebih dahulu bersama Kenya dan Amy.
Akhirnya Sandy berjalan sendirian menuju ke kantin.
Di kantin, ia melihat Nadine, Kenya dan Amy dalam satu meja. Setelah Sandy membeli makan, ia menghampiri meja itu lalu langsung duduk di samping Nadine.
"Din, lo kenap..."
"Aduh gue pengen ke toilet nih, temenin gue dong" ajak Nadine kepada Kenya dan Amy, lalu pergi meninggalkan Sandy.
Jadilah Sandy duduk sendirian di meja kantin. Tiba-tiba ada yang duduk di sebelahnya.
"Nadine" Sandy menoleh dengan senyum lebar dan harapan tinggi namun bukan Nadine yang ia dapati, melainkan Vino. Senyumnya pun memudar karena tidak ada Nadine di sampingnya.
"Eh sorry Vin" kata Sandy meminta maaf.
"Lagi ada masalah apa lo sama Nadine, tumben gak barengan"
"Gue sedih banget dan gue gak tau gue salah apa yang bikin Nadine ngehindar terus dari gue."
"Mungkin ada janji yang gak lo tepatin?" tanya Vino berusaha mencari apa yang menjadi sumber masalah Sandy dan Nadine.
Sandy berpikir namun segera menggelengkan kepalanya.
"Dia ulang tahun kali hari ini" kata Vino lagi.
"Gak, dia tuh ulang tahunnya tanggal 10 November, pas hari pahlawan."
"Atau lo yang ulang tahun? mungkin dia mau nge-surpri.."
"Gue gak ulang tahun hari ini."
"Atau masalah cowok kali"
Sandy tertawa, "Ah ga lucu lo ah. Nadine aja gak pernah suka sama orang"
"Gak pernah atau lo yang gak tau?"
Sandy terdiam, Nadine tidak pernah cerita apapun ke Sandy apalagi tentang orang yang ia sukai. Biasanya, Sandy yang selalu bercerita panjang kali lebar tentang apapun.
"Iya ya, gue baru nyadar. Kayaknya gue egois banget. Selama ini Nadine gak pernah cerita apa-apa ke gue, pasti selalu gue yang cerita" kata Sandy.
"Ya udahlah mending pas pulang sekolah lo kelarin tuh masalah. Sekarang abisin dulu tuh makanan, bentar lagi bel." kata Vino.
Sandy mengangguk lalu menghabiskan makanan.
"Eh nanti duduk bareng gue dong, abis ini pelajaran matematika dan gue gak bisa, jadi tolong sekalian ajarin ya." kata Vino.
"Tapi Nadine gimana?"
"Please, satu jam pelajaran doang kok" kata Vino memohon.
"Yaudah deh"
____________________________________
"Din, gue duduk sama Vino ya" kata Sandy.
"Gak usah bilang-bilang kali, emang gue siapa lo?" kata Nadine sinis.
Sandy ingin menjawab namun terhenti karena guru matematika sudah masuk.
Sandy segera duduk di samping Vino.
Sandy menunduk sedih mendengar perkataan Nadine.
"Emang gue siapa lo?"
Pertanyaan itu terus terngiang di pikiran Sandy.
"San, lo kenapa?" tanya Vino.
"Hah gak kok gak papa" jawab Sandy sambil tersenyum.
Setiap kali Sandy melihat ke arah Nadine, pasti Nadine juga sedang melihat ke arahnya namun Nadine langsung memalingkan mukanya.
____________________________________
Bel pulang sekolah berbunyi. Sandy buru-buru merapikan tasnya agar Nadine tidak mendahuluinya.
"Din lo kenapa sih?"
Nadine diam saja sambil berjalan meninggalkan sandy.
Sandy mempercepat langkahnya lalu menghadang jalan Nadine.
"Dinnn lo kenapa? kalo gue ada salah gue minta maaf."
"Lo yang kenapa? Tadi pas gue ninggalin lo di kantin, gue merasa kasian sama lo dan gue balik lagi ke kantin, tapi apa yang gue liat, lo malah berduaan sama Vino di kantin trus pas di kelas lo pindah duduk di samping Vino. Padahal semarah apapun gue, gue tetep duduk di samping lo."
Sandy tidak dapat menahan emosinya. Ia menangis sambil menjelaskan ke Nadine. Ia memang orang yang cengeng. Jika ia marah dan sedih, air matanya keluar begitu saja.
"Gue bahkan gak tau apa salah gue Din. Gue gak tau apa yang bikin lo ngediemin gue. Lo gak tau ya seberapa sedihnya gue ditinggalin di kantin sendirian, Vino dateng untuk nanya gue kenapa. Dan tadi gue gak seneng-seneng berduaan sama dia tapi gue cerita kalo gue sedih banget lo tiba tiba marah sama gue. Tadi gue pindah duduk di samping dia karena dia minta ajarin matematika bukan karena gue gak mau duduk sama lo. Gue udah berusaha nolak tapi gue ga enak sama Vino karena dia baik banget sama gue."
Nadine diam saja mendengarkan Sandy selesai berbicara.
"Udah ngomongnya?" tanya Nadine sinis lalu pergi meninggalkan Sandy yang sedang menangis. Untung saja kelas sudah kosong, jadi tak ada yang melihat Sandy menangis.
"Sebenernya apa sih yang ngebuat lo ngediemin gue?" tanya Sandy setengah berteriak karena Nadine sudah sampai di depan pintu kelas.
Nadine berhenti berjalan lalu berkata, "Gue kemaren ngeliat lo sama Vino jalan berdua di mall"
Sandy menghela napas dan segera berkata sebelum Nadine pergi, "Maaf gue gak ngasih tau lo kalo gue pergi sama Vino."
"Gue gak butuh kabar lo San"
"Trus apa yang lo mau?"
"Lo emang gak pernah ngerti perasaan gue ya"
Nadine pergi meninggalkan Sandy yang sedang menangis dengan sejuta tanda tanya dalam pikirannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Choices
Teen FictionSulit memang untuk seseorang jika dihadapkan oleh dua pilihan berat, Memilih seseorang yang selalu ia harapkan atau seseorang yang selalu mengharapkannya ketika ia mengharapkan orang lain. [Dedicated this story to @novlmnauw]