"DIIIN" teriakan itu cukup membuat cewek yang bernama Nadine itu menggosok telinganya. Bagaimana tidak, orang yang meneriakinya ada tepat di sampingnya.
"APASIHH SAN?!"
"Gue bosen banget tau gak."
"Gak usah teriak teriak Sandy Eliana."
Cewek yang ternyata bernama Sandy itu terkekeh.
Sandy Eliana, cewek yang gak begitu cantik tapi manis. Ia adalah murid SMA Mentari, salah satu SMA unggulan di Jakarta.
Sandy memiliki seorang sahabat yang sangat dekat dengannya sejak SMP, Nadine Andriana.
"Eh Din, liat deh nih," kata Sandy "Evan ganteng banget disinii"
Evan adalah teman seangkatan mereka yang bisa dibilang cukup cuek namun cool. Faktanya, Sandy sudah menyukai Evan sejak kelas 10 sampai sekarang.
"Hm" kata Nadine sambil tetap memainkan HPnya
"Serius banget sih lo, ngapain sih coba liat," Sandy mendekatkan dirinya. Namun Nadine cepat-cepat menghindar, "Kepo banget sih"
Sandy menggerutu sebal dan kembali ke posisinya.
Nadine memang sedang bermain ke rumah Sandy karena tadi pagi ia ditelepon untuk datang ke rumah Sandy. Alasannya tak lain adalah karena Sandy membutuhkan teman untuk mengatasi rasa bosannya karena liburan.
"AAAH pengen cepet-cepet masuk deh,"kata Sandy tiba-tiba, "kangen ngeliat Evan main basket di lapangan"
"Ih dimana-mana orang sukanya liburan, males banget deh kalo nanti banyak pr di sekolah"
"Yeh makanya sekali-sekali rasain jatuh cinta Din"
Tanpa Sandy ketahui, Nadine memalingkan mukanya dan raut wajahnya langsung berubah... seperti sedang memikirkan sesuatu.
"San, gue pulang dulu ya.. Takut kemaleman," pamit Nadine sambil mengambil tasnya.
"Bye Dinnn!!"
____________________________________
"Yessss sekelas sama Nadine," kata Sandy dalam hati.
Setelah melihat pembagian kelas di papan pengumuman, Sandy berjalan di koridor sekolah dengan muka sumringah. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Hari dimana ia masuk sekolah, mengetahui di kelas berapakah dia dan hari dimana ia bisa melihat Evan lagi meski dari kejauhan.
Sandy masuk ke dalam kelas XII IPA 2 dan langsung melihat Nadine di dalam.
"PAGIIIII NADINE," sapa Sandy dengan senyum lebar di wajahnya.
Nadine menutup telinganya. Kejadian seperti ini sudah sering ia alami karena berteman dengan seseorang seperti Sandy yang sudah dikenal karena teriakannya cukup kencang.
"Kita gak sekelas sama Evan kan ya?" tanya Nadine basa-basi.
"OH IYA! Gue belom liat. Lo liat gak? Kita sama Evan gak sekelas ya?"
"Iya dan engga"
"hah?"tanya Sandy dengan wajah bingungnya.
"Iya tadi gue ngeliat, dan engga kita gak sekelas sama Evan."
"yah," raut wajah Sandy langsung berubah dan menunduk.
"Yang penting kan sekelas sama gue," hibur Nadine sambil memeluk Sandy.
Sandy tersenyum lalu memeluk balik Nadine, "Thanks ya Nad!"
"Thanks buat apa?"tanya Nadine sambil melepas pelukannya.
"Thanks karena lo selalu ada buat gue disaat gua seneng atau sedih, lo gak pernah ninggalin gue gak kayak temen-temen gue yang lain"
____________________________________Bel berbunyi pukul 09.30 yang artinya jam istirahat dan Sandy akan melihat Evan bermain basket di lapangan bersama teman-temannya.
"Ayo cepetan keluar yuk, Din." ajak Sandy.
"Buru-buru amat sih mba."
"Iihhh udah kangen banget ngeliat Evan nih."
Mereka berjalan menuju ke kantin. Sandy segera memesan menu kantin favoritnya. Setelah membeli makan, mereka menempati kursi di pinggir lapangan sehingga mudah untuk Sandy melihat Evan bermain basket.
"Evan mana ya?" kata Sandy sambil mencari di sekeliling lapangan, "Eh itu Evan." Sandy menunjuk arah datangnya Evan yaitu dari ruang kelasnya, XII IPA 1.
Nadine menoleh sebentar, "Hm," lalu melanjutkan makan.
"Keren banget sih main basketnya."
"Keren mainnya atau orangnya?"
"Dua-duanya dong HEHE"
"Udah deh lanjutin dulu makannya nanti keburu abis jam istirahatnya" tegur Nadine.
Sandy menghela napas lalu melanjutkan makan. Setelah mereka berdua selesai makan, Sandy mengajak Nadine untuk kembali ke kelas.
"Kok udahan ngeliat Evannya?" tanya Nadine sambil berjalan menuju ke kelas.
"Males ah, banyak banget yang ngeliatin Evan"
Ketika sampai di depan pintu, mereka melihat beberapa orang teman laki-laki mereka yang juga merupakan teman Evan.
"Hmmm, kita ke toilet aja yuk Din" ajak Sandy.
"Yah, kenapa?"
"Gapapa, kalo lo mau disini juga gapapa kok"
"Gue ikut aja deh"
Akhirnya mereka berdua berjalan menuju kamar mandi. Sesampainya disana, Nadine bertanya, "Kenapa sih San?"
"Gapapa males aja banyak anak cowok" jawab Sandy tanpa ditanggapi lagi oleh Nadine.
Bel istirahat berbunyi dan membuat Sandy dan Nadine mempercepat langkah mereka karena guru yang mengajar sehabis istirahat adalah guru yang terkenal disiplin dan selalu masuk tepat waktu.
Ketika sedang berjalan, tiba-tiba handphone Sandy bergetar. Raut muka Sandy berubah menjadi bingung.
Nadine yang menyadari perubahan raut wajah Sandy bertanya, "Kenapa San?"
"Nih liat deh, kayaknya temennya Evan nge-add LINE gue deh"
Setelah melihat layar handphone Sandy, raut wajah Nadine berubah namun berhasil ia kembalikan lagi. Kemudian ia berkata, "Dia temen sekelas kita yang tadi kan ya?"
Sandy tidak menjawab pertanyaan Nadine dan tetap menatap bingung layar handphonenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choices
Teen FictionSulit memang untuk seseorang jika dihadapkan oleh dua pilihan berat, Memilih seseorang yang selalu ia harapkan atau seseorang yang selalu mengharapkannya ketika ia mengharapkan orang lain. [Dedicated this story to @novlmnauw]