*Naya POV*
sudah dua minggu berlalu setelah aku membuat perjanjian pada diriku sendiri untuk menunggu 1 bulan.
harry tak kunjung memintaku (lagi) untuk menjadi kekasih nya. dia masih mempunyai waktu 2 minggu tanpa sepengetahuan dirinya sendiri.
album one direction sudah rilis dan mereka juga sedang promo di amerika, lusa baru kembali.
aku sudah mendengar lagu yang harry bilang, dia dedikasikan untukku. judul nya she's not afraid.
memang sih lagu itu agak sama dengan kenyataan nya. tapi tidak semua. mungkin karna dia membantu menulisnya benar-benar sedikit.
gea di ajak oleh zayn untuk ke amerika. tadi nya, harry pun mengajak ku, namun aku tidak bisa karna masih harus mengikuti bimbingan agar aku bisa menyelesaikan skripsiku taun ini, yang akan disidang dalam 2bulan kedepan. aku sudah menyicil sedikit-sedikit. doa kan aku ya, guys! aku ingin cepat-cepat lulus.
gea belum memulai kuliah nya, tunggu angkatanku lulus. masih lama, kan? dia bilang dia bosan di rumah nya seorang diri, karna orang tua nya sangat sibuk. jadi lah dia menunggu kuliah nya dimulai bersamaku dan... uh, zayn.
zayn dan gea belum meresmikan hubungan nya. tapi yang aku dengar mereka sudah sering mengatakan 'i love you' pada satu sama lain. mereka juga sudah pernah kissing beberapa kali.
ya, gea yang mengatakan nya padaku.
suara panggilan telfon dari skype diponselku berbunyi.
ya, aku selalu mengaktifkan skype ku saat gea jauh disana. jadi, kalau ada sesuatu, dia bisa menelfonku via skype.
"hallo.." ini bukan gea. tapi harry.
memang selain gea, harry juga sering menelfonku via skype.
"hallo." jawabku.
"kau sedang apa? aku sedang bosan nih. semua pergi dengan kekasihnya. sementara orang terkasihku jauh dilautan inggris sana." ujar nya dramatis dan aku memutarkan bola mataku otomatis . harry memang selalu pintar dalam berbicara.
"aku sedang belajar, harry. jadi kau menelfonku saat sedang bosan saja?"
"bukan begitu maksudku, cantik. jangan terlalu sering belajar, nanti kau stres. nanti juga kau tidak perlu bekerja jika sudah menikah denganku. aku tidak mau kau capek karena mencari uang, biar aku saja yang bekerja. aku mau kau hanya mengurus anak-anak kita dan melayaniku sebagai suami yang tampan." aku bergidik ngeri mendengar ucapan nya. apa sih, nembak aku saja belum, sudah membicarakan anak.
"ya. terserah apa katamu, haz. zayn juga sedang pergi dengan gea?" aku tidak menimpali omongan nya. aku tidak mau menampik dan juga tidak mau meng-iya-kan.
"ya begitulah. umm, naya.. aku mencintaimu. kau masih ingat itu kan?" apa dia ingin menembak ku? tidak. aku tidak mau melalui telfon. aku mau langsung. aku mau melihat mata nya saat memintaku.
"tentu saja aku ingat, harry. kenapa?"
"aku mau kau tau dari mulutku terlebih dahulu, tanpa harus melihat sesuatu di internet dan majalah." maksudnya? apa dia berbicara pada media kalau dia mencintaiku?
"maksudmu? i dont get it. at all." nada bicaraku terdengar bingung. ya, memang aku sangat bingung. tidak mengerti sama sekali.
"semalam aku pergi dengan the boys dan gea ke acara party teman kami. dan aku bertemu emma, emma ostily."
"lalu?" aku tidak tau siapa itu emma. bagaimana bisa aku berfikir dia akan memintaku mejadi kekasihnya. sangat jauh. jauh dari itu.
"aku mengantar nya pulang, saat sampai dirumah nya, dia menciumku. dan saat itu ada seseorang yang mengambil gambar kami dan.. BAM. foto itu sudah ada dimana-mana." aku.. ah. aku tidak tau harus berkata apa. aku kesal, aku mau marah tapi aku juga tidak mau terlihat cemburu. tidak.
"oh begitu ya." jawabku singkat. aku mencoba menetralkan suaraku agar tidak terkesan cemburu dan aku berhasil. well, menurutku begitu.
"aku tidak membalas nya kok. aku berani bersumpah." ujarnya cepat.
"kalaupun kau membalas juga aku tidak peduli. aku kan sedang tidak disana. jadi kau BEBAS." aku menekan kata 'bebas' saat berbicara
"aku tau kau peduli dan kau marah. please, jangan mencari tau tentang ini diinternet. mereka suka melebihkan cerita. aku juga tidak mau kau melihat foto sialan itu."
"untuk apa aku mencari di internet. i dont give a f#ck, harold. memang nya aku siapa berhak marah karena kau dicium seorang wanita? kau bebas harry, kau free. kau tidak punya kekasih jadi nikmatilah kesendirianmu dengan bermain-main dengan wanita." aku berbicara dengan cepat. aku marah. iya, aku sakit hati. aku perempuan, hatiku sensitif. mau siapapun yang mencium, tetap saja bibir mereka bertemu.
"Stop berkata kau tidak peduli. aku tau kau marah kau kesal dan sakit hati karena aku..." dia sedikit membentak ku. dia pikir dia siapa? salah satu member the biggest boyband in the world? aku tidak peduli.
dia melanjutkan ucapan nya. "aku minta maaf, naya." kali ini suaranya lembut.
"aku memaafkan mu." aku tidak mau banyak fikiran. aku mau fokuskan fikiranku untuk kelulusanku. tidak dengan drama tidak penting ini.
"mengapa sangat cepat? mengapa kau tidak berteriak padaku? aku akan sangat suka itu, naya." harry mengucapkan nya cukup pelan, namun bisa aku dengar.
"aku tidak mau berteriak dengan telfon genggam. aku akan berteriak padamu jika kau sudah kembali." aku serius.
"naya, kau peduli kan denganku?" suaranya lirih. aku yakin dia tidak menangis. mungkin sedih saja.
"iya. aku peduli, harry."
"terimakasih, kau lanjut kan saja belajar nya. maaf kalau aku mengganggu. i love you." i love you too.. i guess.
"ya, see you soon."
---
*Harry POV*
"untuk apa aku mencari di internet. i dont give a f#ck, harold. memang nya aku siapa berhak marah karena kau dicium seorang wanita? kau bebas harry, kau free. kau tidak punya kekasih jadi nikmatilah kesendirianmu dengan bermain-main dengan wanita." sakit. hatiku nyeri mendengar itu keluar dari mulutnya. kau berhak marah naya, kau tau kalau aku mencintaimu tapi aku malah mau saja dicium wanita lain. kau berhak naya, aku akan senang jika kau marah dan memakiku.
"Stop berkata kau tidak peduli. aku tau kau marah kau kesal dan sakit hati karena aku..." aku memberi jeda pada ucapanku. aku membentaknya, sedikit. well, aku telepasan. aku kesal, kau tau.
"aku minta maaf, naya." aku melanjutkan ucapanku, suaraku melembut.
"aku memaafkan mu." tidak. maksudku, tidak secepat ini naya. apa memang benar kau tidak peduli? no, aku yakin dia peduli. tapi mengapa sangat cepat? aku sangat suka jika dia memaki ku dan setelahnya mendiamkan ku. aku suka berjuang untuk nya.
"mengapa sangat cepat? mengapa kau tidak berteriak padaku? aku akan sangat suka itu, naya." aku bergumam pelan namun cukup untuk didengar.
"aku tidak mau berteriak dengan telfon genggam. aku akan berteriak padamu jika kau sudah kembali." berjanjilah..
"naya, kau peduli kan denganku?" suaraku terdengar lirih.
"iya. aku peduli, harry." she mean it. i know it.
"terimakasih, kau lanjut kan saja belajar nya. maaf kalau aku mengganggu. i love you."
"ya, see you soon." jawaban untuk 'i love you' bukan 'see you soon' naya, tapi 'i love you too'. kau tau itu, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between (One Direction)
FanfictionRead to find out:) [Dalam masa perbaikan. Tapi tetap bisa dibaca kok. Cuma sedikit agak lama update nya, hehe.]