*Naya POV*
Tidak tau mengapa aku kembali sebal melihat Zayn dan Gea. melihat mereka seperti itu membuat luka lamaku terbuka kembali. aku tau aku tidak boleh egois. aku tau aku harus get over it, I know they'll getting back together anytime soon.
Apa aku harus mencari seseorang yang bisa mengalihkan perhatianku? tapi siapa? kalau itu harry, aku belum siap. Aku tidak mau bermain-main lagi. Aku sudah 21 tahun. Sebentar lagi aku lulus kuliah. Lalu kerja, apa masih pantas aku menjalin hubungan dengan anak 18 tahun? belum tentu aku bekerja disini, kan? Eh tapi sepertinya akan disini. Masa gea aku tinggal?
Aku dan Harry sekarang sedang dimobil. Sedari tadi kami hanya diam. Ada apa dengannya? Tidak biasanya dia diam saat bersamaku. Biasanya dia bawel sekali bercerita apa saja padaku, entah tentang pekerjaan nya, fansnya, temannya maupun keluarganya.
Ngomong-ngomong, mengapa kita belum sampai juga? Apa harry mau belanja di Paris?
"Harry, kau mau belanja di dekat rumah ibumu? Mengapa kita belum juga sampai?" Tanyaku penasaran. Jangan-jangan aku mau diculik? Oke, itu tidak mungkin.
"Aku mau ke suatu tempat dulu. Pikiranku sangat penat hari ini. Aku ingin ketenangan. Setelah itu baru belanja." Jawabnya sambil tetap memperhatikan jalanan dan suaranya agak dingin saat menjawabku. Mengapa dia tidak mau menengok ke arahku saat berbicara? Aku tau dia sedang menyetir jadi harus fokus pada jalanan. Tapi itu tidak biasanya, biasanya dia sempatkan sesekali untuk melihat kearahku. Dan.. mengapa aku jadi gelisah?
Sudahlah, tidak mau aku pikirkan. Biarkan saja. Mungkin memang benar dia sedang banyak pikiran hari ini.
Tanpa ada niatan untuk bertanya lagi, akupun menyenderkan kepalaku pada kaca mobil yang ada disampingku lalu memejamkan mata. Tidak ingin tidur, hanya merasa lelah saja. Lelah hati dan pikiran. Semoga saja tempat yang akan Harry tuju juga bisa membuat ketenangan untukku.
---
"Harry, apa ini taman? Mengapa sepi sekali?" Tanyaku tepat saat aku menutup pintu mobil. Benar, kami sudah sampai.
Tempat ini bisa disebut dengan taman karena sangat hijau, banyak pohon, banyak macam bunga, rerumputan, air mancur juga tempat bermain anak-anak seperti perosotan, ayunan dan lain-lain. Tapi mengapa taman seindah ini sepi sekali?
"Iya, aku juga tidak tau mengapa taman ini sangat sepi. Aku baru menemukan tempat ini kemarin dan aku langsung suka. Ayo kita duduk disana." Jawabnya sambil menunjuk tempat yang sangat hijau. Tempat itu memang seperti disediakan untuk keluarga atau pasangan yang ingin piknik, karna dikelilingi pohon yang rindang dan rerumputan yang banyak, hijau dan juga bersih.
Aku menyenderkan badanku pada batang pohon dan melonjorkan kakiku.
Harry duduk disebelahku namun tidak menyenderkan badan nya pada batang pohon seperti yang aku lakukan, melainkan menyenderkan kepalanya dibahuku.
"Aku kenal kau sudah 2 tahun, tapi seperti baru dua hari yang lalu ya." Ucapan Harry membuatku bingung. Apa maksudnya? Aku tidak mengerti.
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti." Aku menyaut perkataannya dengan intonasi yang biasa saja. Aku sedang tidak ingin marah-marah. Mungkin karna tempat ini memberi aura damai.
"Aku seperti baru mengenalmu. Tidak tau apa-apa tentangmu. Padahal, kau sangat tau cerita kelam maupun terangku." Ucapannya semakin membingungkan. Aku merasa kepalanya bergerak dan tidak lagi dibahuku. Sekarang kepalanya sudah berpindah ke pahaku. Dia tiduran dipahaku.
Mentang-mentang aku lagi baik. Malah mencuri-curi kesempatan. dasar.
"Langsung saja pada intinya. Aku sedang malas berfikir." Aku melihat kearahnya, dia juga sedang melihatku. Dia diam. Dia memandangiku cukup lama, oke correct, maksudku kami. kami berpandangan cukup lama, sampai dia membuka suara lagi.
"Ada apa sebenarnya antara kau, Gea dan Zayn? Mengapa kau dulu terlihat sangat tidak suka dengan Zayn? mengapa kalian bertiga sangat membingungkan? Jika aku menebak-nebak, kepalaku ingin pecah rasanya." Dia mengubah posisi nya lagi, menjadi duduk. jika dari pandanganku, dia duduk menghadap kesamping namun kepalanya menengok ke arahku.
"Mengapa kau ingin tau?" Aku mengangkat satu alisku.
"Hanya ingin saja. Kalau kau tidak mau beritau juga tidak apa-apa." Katanya lalu kembali tiduran dipahaku. Kenapa dia jadi tidak jelas sekali, huh?
Aku mendekatkan wajahku pada Harry.
Harry terlihat kaget dan matanya sedikit melebar.
"Aku kan hanya bertanya, mengapa kau ingin tau?" Aku memainkan rambut keritingnya dengan menyisirkan nya ke belakang menggunakan jari-jariku. aku suka posisi ini. ah, aku ingin sekali menciumnya, jika boleh.
"Jangan sedekat ini. Kalau aku tidak bisa menahan diri, kau bisa-bisa aku cium." Aku memang belum menjauhkan wajahku darinya. aku suka melihat matanya dari dekat, sangat suka.
"Cium saja. Aku tidak akan marah." Shit. mulut sialanku mengapa tidak diam saja sih!!!! Aku sudah lama tidak berciuman. Aku takut ini akan memalukan diriku sendiri. Siaallll.
---
*Harry POV*
"Cium saja. Aku tidak akan marah." Apa aku tidak salah dengar? Apa dia sudah mulai menyadari hadirnya diriku disetiap langkahnya? Oh goddd kata-kataku berlebihan sekali.
Awalnya aku ragu. Aku sempat diam untuk memastikan apa dia bercanda atau tidak. Namun dia hanya diam. aku mulai menggerakkan tanganku untuk menyentuh pipinya, aku agak mengangkat kepalaku untuk lebih mendekatkan wajahku dengan nya. Naya mulai memejamkan matanya, oh God, she's dead serious! Saat hidung kami bersentuhan, aku memejamkan mataku lalu aku mulai merasakan bibir Naya bergerak untuk mencium bibirku terlebih dahulu. Aku terlalu speechless hingga aku sempat diam, namun tidak lama aku mulai membalas ciumannya dengan lembut. Bibirnya mengambil alih akan bibirku, aku suka caranya menciumku. Aku ingin waktu berhenti disini, aku ingin terus begini dengan Naya. Tanpa omelan dari mulutnya juga sinisan dari wajahnya, walaupun kadang aku merindukan itu jika aku sedang tidak bersamanya, namun seperti ini lebih baik.
Setelah Naya merasa cukup kekurangan oxygen, dia melepaskan bibirnya. Aahh, mengapa Naya? mengapa kau lepaskan? Aku ingin lebih..
Seperti mendengar apa yang baru saja otakku bicarakan, Naya kembali mendekatkan wajahnya ke wajahku dan menciumku lagi. Ciuman naya membuat ku ingin lebih dari ini, aku mencoba merubah posisiku menjadi duduk tanpa melepaskan bibir kami, merasa aku bergerak, Naya juga ikut bergerak, dia mencoba untuk mengajakku berdiri. setelah posisi kami sama-sama berdiri, Naya mengalungkan tangannya dileherku dan aku memegang pinggang rampingnya.
beberapa saat kemudian Naya melepaskan ciumannya namun tidak melepaskan tangannya. Dia menatap mataku, kali ini tapapan nya tidak seram, tatapan nya lembut.
"Aku mencintaimu, Naya." Aku mengatakan nya. Aku ingin sekali sering-sering mengucapkan ini padanya. Namun aku takut jika dia menjauhiku karena risih.
Naya tersenyum mendengar ucapanku. Aku sangat senang. Apa aku dan Naya akan melanjutkan ketahap selanjutnya setelah ini? aku harap begitu..
"Terimakasih, Harry."
"Apa kita akan terus seperti ini?"
"Seperti apa maksudmu?" Naya bertanya sambil menyatukan kedua alisnya, seperti orang heran.
"Berpegangan dan bertatapan seperti ini." Jawabku.
"Memangnya kau tidak mau?" Tentu saja aku mau, sayang.
"Sangat-sangat mau. tapi aku harus belanja kebutuhanku sebelum kemalaman."
Naya melepaskan tangan nya dari leherku dan menepuk jidatnya pelan. "Astaga, aku lupa. Yasudah yuk cepat. nanti keburu malam."
Saat Naya berkata seperti itu tanganku masih berada di pinggang nya, namun setelah berkata seperti itu Naya melepaskan tanganku dari pinggangnya dan menggengamnya satu, yang kanan. Naya menggenggam tanganku. Ya, dia menggenggam tangan kananku dengan tangan kirinya. Jari kami bertautan. Rasanya ingin sekali berjalan dengan kaki ke tempat aku belanja dengan posisi seperti ini.
Aku mau kau jadi milikku sepenuhnya, Naya..
Aku mau kau mencintaiku juga, Naya..
Aku mau menjagamu, melindungimu dan menyayangimu..
Naya.. please, be mine..
![](https://img.wattpad.com/cover/7398939-288-k583219.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between (One Direction)
FanficRead to find out:) [Dalam masa perbaikan. Tapi tetap bisa dibaca kok. Cuma sedikit agak lama update nya, hehe.]