Gea POV.
"Harry, sekalian cuciin piringku dong. aku ingin bersiap-siap." Suara Naya memecah sunyian atas kecanggungan yang aku buat tadi.
Harry pun menurut dan meninggalkan aku dan Zayn di meja makan ini.
Dan sekarang aku bingung harus berbuat apa. Jadi, dibanding aku terlihat seperti orang bodoh, aku lebih memilih untuk konsentrasi pada makanan ku.
"Waktu itu kau ikut ke acara pernikahan Laura? Jadi dia benar-benar sudah menikah ya?" Laura itu adalah teman sekelas kami waktu SMP. Laura cantik. Dan dulu itu jika Zayn ingin membuatku cemburu pasti dia pakai Laura sebagai orang ketiga. Sialnya, dia selalu berhasil. Karena semua orang tau bahwa Laura dulu juga suka pada Zayn dan gosipnya Zayn merasakan hal yang sama. Hhh. Yaaah, namanya juga anak SMP, mudah menyukai seseorang orang, mudah pula melupakannya.
Tapi mengapa ya itu berbeda denganku? Sejak dulu, aku tidak pernah bisa dengan yang namanya melupakan Zayn. Hm.
"Mhm, iya. Kenapa? Kau masih tidak percaya dia menikah dengan orang lain bukan dengan kau?" Aku menyelipkan sedikit candaan agar perbincangan kami tidak terlalu kaku.
"Aku sih percaya saja jika itu Laura. Jika itu kau baru aku tidak percaya." Damn. Mengapa dia berkata seperti itu dengan santai? Sedangkan aku disini sedang mengontrol jantung ku agar tidak berpindah tempat. Jadi dia masih ingat ya kalau aku ini mantan kekasihnya? Aku kira kepalanya sudah terbentur jam big ben.
Aku mencoba untuk tidak merubah ekspresi wajahku. Aku tidak mau terlihat tersipu. Tentu saja tidak mau. Aku harus menjaga gengsiku.
Sebelum akhirnya menjawab, aku memutar bola mataku terlebih dahulu, "Enak saja. Aku sudah tunangan tau!" Aku menjulurkan lidahku keluar.
Mendengar jawabanku, Zayn tersedak! Duh, mengapa aku senang dia tersedak? Hahaha. Apa dia percaya dengan ucapanku? Dasar bodoh.
Apa dia terkejut karena berharap aku masih memiliki rasa yang sama dengannya? Sayang sekali, rasaku sudah tidak sama.
Sekarang hanya lebih kuat.
Aku menyodorkan air minumku. Lalu ia meminumnya perlahan. Setelah sudah terasa normal, Zayn membuka suaranya lagi.
"Benarkah? Dengan siapa?" Tanya nya dengan wajah serius. Baru aku akan menjawab, suara Harry menyelaku.
"Umm guys, aku tinggal dulu ya. Aku mau lihat Naya. Lama sekali dia tidak keluar kamar." Ujar Harry dengan sopan.
Aku membalas dengan senyum dan anggukan. Setelah Harry sudah tak terlihat, Zayn kembali mengulang pertanyaan nya.
"Hey, dengan siapa?" Ulang nya lebih mencondongkan badannya.
"Dengan... Justin Bieber. Hahahah." Mendengar jawabanku dia menaikan satu alisnya seolah berkata 'What the actual f?'
Piiringku sudah kosong, makananku sudah habis. Akupun berniat untuk mencuci piring.
Saat aku sedang mencuci piringku, Zayn berkata, "Temani aku dulu ya disini. Aku tidak suka makan sendirian."
"Okay." Setelah aku mencuci piring yang aku pakai tadi aku kembali ke tempat duduk ku tadi.
"Kau akan tinggal disini? Bersama Naya?" Tanya Zayn.
"Iya. Memangnya kenapa?"
"Tidak. Aku hanya takut saja jika aku ingin main kesini dia melarangku. Hmm.. Sejak kapan sih dia jadi galak begitu?" Lucu sekali ekspresi wajahnya saat berkata seperti itu. Dia bicara agak berbisik dan sedikit memajukan wajahnya agar lebih dekat denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between (One Direction)
FanfictionRead to find out:) [Dalam masa perbaikan. Tapi tetap bisa dibaca kok. Cuma sedikit agak lama update nya, hehe.]