8 bulan kemudian..
Sidney, Australia. 01:49am.
Niat awal keluar kamar untuk mengambil minum terselak saat melihat Zayn berdiri sendirian di balkon sambil memegang sesuatu di sela jari telunjuk dan jari tengah nya.
Aku mengambil langkah mendekati nya.
Aku membuka pintu kaca dengan perlahan berusaha untuk tidak membuat decitan.
"Masih ngerokok?" Zayn menoleh dengan sedikit terkejut.
"Ya, terkadang. Kau belum tidur?" Zayn bertanya dengan meluruskan pandangan nya ke depan. Lalu menghisap kuat batang rokok di tangan nya.
"Aku terbangun karena haus. Tadi aku hendak ke dapur untuk mengambil minum. Tapi aku melihatmu di sini, jadi aku menghampiri mu dulu, deh."
Kalau kalian bertanya mengapa aku dan Zayn bisa berada di satu atap itu karena selama di Australia, One direction menginap di apartment yang sangat luas. Memiliki 5 kamar, 6 kamar mandi (5 di dalam kamar) ruang tv, ruang tamu, dapur serta kolam renang. Seperti penthouse.
Jadi aku bukan hanya satu atap dengan Zayn. Tapi juga dengan Harry, Liam, Louis dan Niall.
"Oh. Itu aku ada air. Minum saja. Air putih kok, segel nya juga belum di buka." Zayn menunjuk botol air mineral di meja kecil di pojok kiri yang terdapat korek api dan bungkus rokok di sebelah nya.
"Oh iya, terima kasih." Naya pun memutuskan untuk duduk sebentar di balkon bersama Zayn yang entah sedang berdiri memandangi apa atau siapa.
"Masih haus?" Naya yang sedang diam sedikit terkejut mendengar Zayn bertanya pada nya.
"Sudah tidak, kok. Kenapa?" Naya mengerutkan kening.
"Mengapa tidak kembali? Nanti Harry marah lagi." Ujar nya membuatku memutarkan bola mataku.
Kalian tau apa, nada suara nya seperti ia adalah selingkuhanku yang sedang merajuk karena aku lebih sering bersama yang satu nya. Sumpah, seperti merajuk. Kau mengerti kan maksudku?
Like, apa sih? Ngambek? Kenapa ngambek?
Aku pun beranjak dari bangku dan melangkah menuju pintu balkon.
Sebelum aku membuka pintu dengan sepenuh nya, Zayn memanggilku.
"Naya." Aku menoleh, dan melihat Zayn untuk pertama kali nya menatapku.
Aku tidak menjawab, hanya menaikkan satu alisku.
"I didn't mean to-"
"I know. Goodnight, Zayn."
-----
Aku merasa seseorang sedang menciumi wajahku. Dari pipi, kening, hidung sampai bibir. Dan saat aku bilang wajahku, itu benar-benar wajahku.
Aku tau, itu pasti Harry. Karena aku bisa mencium wangi tubuh seorang Harry Styles.
Sampai saat bibir nya kembali mencium bibirku, aku pun membalas nya.
Saat aku mulai menggerakkan bibbirku, aku bisa merasakan sudut bibir Harry tertarik ke atas menyunggingkan senyum di sela ciuman.
Aku pun melepaskan bibirku dan membuka mataku.
"Main cium saja. Kalau ternyata itu bukan aku, bagaimana?" Kata nya masih dengan senyum nya.
Harry memposisikan diri nya dengan mengangkat sedikit tubuh nya agar wajah nya berada tepat di atas wajahku dan membuat tangan kiri nya menahan bobot tubuh nya.
"Itu cukup impossible. Mana mungkin kau mengizinkan siapapun masuk ke sini sementara aku sedang tidur?"
Kau tau tidak, Harry kan kalau tidur tidak pernah pakai baju. Dia hanya memakai celana boxer saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
In Between (One Direction)
ספרות חובביםRead to find out:) [Dalam masa perbaikan. Tapi tetap bisa dibaca kok. Cuma sedikit agak lama update nya, hehe.]