Waktu baru menunjukkan pukul 9 pagi, tapi kakak beradik itu sudah bersimbah keringat akibat turnamen bulutangkis di halaman rumah. Skor telah menunjukkan 17- 18, yang tertinggal tak mau kalah dari lawannya. Dengan kekuatan penuh dia membalas umpan lawan dengan smash. Tetapi, kok malah meleset keluar.
"Gaya benget mau smash, keluarkan!" Ejek Amy, "Ambil koknya!"
Yang disuruh pun menurut. Tanpa memandang penampilannya, dia membuka gerbang lalu menyebrang jalan untuk mengambil kok yang ada di seberang jalan.
Tiba - tiba, sebuah mobil melaju dari belokan di samping rumahnya. Dengan sigap dia mundur menghindar.
Krek!
Setelah mobil itu lewat, matanya terpaku pada kok bulutangkis yang sudah gepeng terlindas mobil. Dia pun menghela napas. "Oh god!"
"Mba Amy koknya kelindes mobil!" Seru Amira sambil masuk ke rumah.
"Ya sudah. Ambil lagi di tas olahraga, Siapa tahu masih ada." Sahut Amy yang sedang duduk untuk menurunkan suhu tubuhnya.
Amira bergegas mencari kok yang masih tersisa di dalam tas olahraga. Tetapi nihil. Amira pun memanyunkan bibir dan berjalan gontai ke Amy.
"Gak ada..."
"Ya sudah. Berarti gue menang."
Amira mengerutkan kening tak mengerti, "Kok gitu?" Yang ditanya hanya tersenyum.
"Karena gue dapet skor 18. Dan lo 17."
Amira melotot tak percaya. "Ihhh! Apaan tuh? Gak adil, kan belum final!"
"Lagian siapa suruh nyemes? Keluar kan?" Sahut Amy tak perduli.
"Curang mba Amy!" Seru Amira marah.
"Berisik ah. Cepetan beresin. Gue mau mandi dulu." Kata Amy sambil melengos masuk ke dalam rumah. Tetapi Amira menghadang Amy.
"Gak." Katanya sengit. "Beresin punya Mba Amy sendiri."
"Ya sudah, tinggalin aja yang punya gua. Awas gua mau mandi." Amira tak kunjung bergeser.
"Amira duluan." Kata Amira sambil berlari ke kamar mandi. Tapi, dengan sigap Amy menarik bajunya.
"Lo kan masih keringatan. Gak boleh mandi kalau masih keringatan." Kata Amy yang membuat Amira cemberut.
"Tapi cepeten!" Amy pun mengangguk dan masuk ke kamar mandi.
Setelah itu, Amira segera membereskan pekerjaannya tadi dan mengembalikan di tempatnya. Ketika melewati ruang keluarga, Amira melihat AC. Dengan sigap dia meraih remote AC dan menyalakannya. Dia mengambil bangku pendek dan ditaruhnya di bawah AC. Dia pun naik dikursi itu untuk mendapatkan anginnya langsung.
"Ah... dingin..." Kata Amira sambil mengibaskan rambut panjangnya.
"Bau apaan nih?" Kata mama ketika mesuk ke rumah. Seketika dia melihat pemandangan aneh di ruang keluarga.
"Amira! Ngapain kamu-" Seru mama sambil menarik baju Amira agar turun, tapi malah bau asem yang tercium. "Kamu bau banget. Kamu habis ngapain? Udah tau keringetan malah di bawah AC. Nanti kamu masuk angin."
Amira nyengir. "Amira habis main bulutangkis ma. Aku memang keringetan makannya biar adem di bawah AC."
"Nanti kamu masuk angin Amira..." Mama mencubit lengan Amira, gemas.
"Aww! Iya iya!" Amira meringis kesakitan sambil mengusap lengannya.
"Udah sana mandi!" Perintah mama.
"Ada apaan sih ribut - ribut?" Tanya Amy keluar dari kamar mandi.
"Tadi Mba Amy mandi duluan!"
"Memangnya kamar mandi di rumah ini cuma satu?" Tanya mama yang dibalas cengiran Amira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Door [Complete]
Novela Juvenil[Complete] Amira mempunyai dua pintu yang harus ia pilih. Pintu masa lalunya, atau pintu yang dihapannya. Ia akan membuka pintu dihadapannya yang sudah terbuka lebar, namun pintu masa depannya memaksa ingin terbuka kembali. Amira bimbang, yang man...