Hari itu, Yuta melarikan diri hingga dua hari. Walaupun tidak menginap, dia melakukan strategi berangkat pagi sekali dan pulang malam sekali. Kalau tidak begitu, induk singa akan memangsanya dan bukan hanya satu induk, melainkan dua induk singa.
Bicara soal ikat rambut, iya memang dia yang mengambil ikat rambut hitam itu ketika di taksi. Habisnya dia risih ketika taksi bergoyang, ikat rambut itu menusuk pahanya. Maka, dia tarik saja dan menyimpannya di kantung celana. Sebenarnya dia tidak berniat menyembunyikannya, tapi seru juga mengerjai Amira sesekali.
Dan saat ini sudah ada 4 ikat rambut Amira ditangannya. Dia mendapatkannya pun secara tidak kebetulan.
Ikat rambut yang kedua didapatnya ketika Amira tidak bisa memasukkan kepalanya ke dalam helm karena ikat rambutnya terlalu besar. Bagaimana tidak susah, ukuran ikat rambut Amira itu sebesar ikatan untuk konde atau untuk mandi. Sudah kayak ikat rambut mbok – mbok.
"Ck! Lama banget sih lu pake helm doang,"
"Ih! Helmnya kekecilan nih! Sempit banget. Nggak masuk. Muka gua kayak ketarik tau!"
"Kepala emak gua aja masuk Mir! Cepettan masukkin aja. Nanti keburu macet."
"Dibilang nggak muat!" Lalu Amira menyerahkan kembali helmnya, "Gua naik ojeg online aja," Lanjutnya dengan wajah ditekuk.
Yuta menghela napas kasar. Dia tidak akan membiarkan Amira pulang selain dengan dirinya.
"Lepas ikat rambut lu," Saran Yuta.
"Nggak mau! Nanti rambutnya terbang kemana – mana. Risih." Tolaknya mentah – mentah.
"Gini deh, lu pake helmnya, terus gua turunin pelan – pelan iket rambutnya, nggak akan kemana – mana rambutnya. Kan kejepit."
"Ribet."
Yuta menatap tajam Amira. Gadis itu pun mengalah.
"Yaudah bantuin."
"Sini,"
Amira memakai helmnya selagi Yuta menarik turun ikat rambutnya. Hingga helm itu dapat dimasuki kepalanya dengan pas.
"Bisa kan? Nggak sempit kan?" Tanya Yuta sembari menaik turunkan alisnya dengan nada bicara yang menyebalkan.
Amira membuang muka menahan malu. Dan dia lupa meminta kembali ikat rambutnya keburu naik ke atas motor. Yuta tidak masalah akan itu. Toh, dia bisa menyimpannya. Sampai mereka tiba, Amira tidak meminta.
Namun besoknya, ketika mereka berangkat bersama lagi, Amira bertanya.
"Lu buang ya ikat rambut gua?" Tapi dengan nada yang tidak menuduh.
"Hah?" Yuta bepura – pura tidak mengerti.
"Ya udah nggak apa – apa. Gua udah dibeliin yang lebih kecil. Nih! Jadi enakkan pake helmnya." Amira memutar kepalanya menunjukkan ikat rambut biru muda yang bahannya sama seperti ikat rambut yang pertama Yuta simpan.
"Oh." Sahut Yuta pura – pura tidak peduli, "Cepet naik! Nanti telat." Sambungnya membuat Amira berdecak kesal karena merasa omongannya tidak didengarkan.
Lima hari kemudian, ikat rambut itu jatuh ke tangannya melalui Luna. Saat itu Luna baru saja balik ke rumah mereka dari bermain di rumah Amira.
"Ini ikat rambut Kak Amira? Kok bisa di kamu?" Tanya Yuta lembut kepada Luna yang berada di pangkuannya.
"Biar aku cantik."
Yuta terkekeh.
"Kok Kak Amira ngasih ke kamu?"
"Tadi, Kak Amira iket rambut aku, cantik banget akunya." Jawab anak itu sambil melilit rambutnya centil. Yuta tetap tersenyum.
"Kok pake ikat rambut ini?"
"Aku diiket rambutnya biar nggak kalah cantik sama Abang, kata Kak Amira."
Yuta tidak peduli adiknya tidak nyambung dengan pertanyaannya sedari tadi. Dia tersinggung mendengar Amira mengatainya CANTIK di depan adiknya.
Nggak kalah cantik sama Abangnya, apaan?
Sejak kapan ia menjadi transgender? Sialan Amira.
Demi membalaskan dendamnya, dia menyimpan ikat rambut itu.
"Ya udah, Luna adek Abang, mandi ya. Ikat rambutnya taruh dulu. Nanti kamu kutuan lama – lama pake itu."
Yuta meraih ikat rambutnya itu dari tangan Luna. Lalu memasukkan ke dalam kantongnya. Dia pun menggiring Luna ke ibu mereka untuk dimandikan.
Keesokkan paginya, ketika Luna dan Yuta main ke rumah Amira. Gadis itu menanyakan dimana ikat rambut yang dipakai Luna kemarin. Tanpa repot berfikir Luna langsung menggeleng sebagai jawaban. Anak pintar.
Amira mengusap wajahnya frustasi. Ikat rambutnya lenyap lagi. Tidak lagi dia memakaikan ikat rambut miliknya kepada orang lain. Yuta yang melihat muka nelangsa Amira, tertawa dalam hati.
Terakhir, ikat rambut ke 4. Ia dapat ketika sedang pemotretan buku angkatan. Rambut Amira waktu itu hanya dikuncir satu seperti biasa. Samantha yang melihat itu, gatal ingin merubah gaya rambut Amira.
Bagaimana mungkin Amira tidak mempercantik rambutnya? Padahal ini untuk buku angkatan. Kenang – kenangan terakhir yang akan tersimpan hingga tua nanti. Masa Amira ingin tampil biasa saja?
Yuta saat itu sedang bermain game lewat ponselnya, dipanggil Samantha untuk jadi asistennya—begitu katanya—paling tidak bantu ambil karet gelang atau memegangi rambut Amira.
Serius, itu adalah pekerjaan yang sangat memalukan.
Samantha mengepang rambut Amira mengikuti rambut tokoh Elsa di film Disney Frozen. Hasilnya pun tidak mengecewakan. Samantha berbakat sekali dalam urusan itu. Amira berkali – kali bercermin demi memastikan, rambut itu masih rapih. Amira begitu senang melihat rambutnya saat itu.
Hal itu pun berdampak pada Yuta. Dia berusaha keras untuk tidak terus menerus melirik ke arah Amira. Dimatanya Amira adalah gadis tercantik hari itu. Bisa – bisa matanya juling ketika dia yang dipotret, saking seringnya melirik.
Samantha tidak memakai ikat rambut Amira, dia memakaikan karet jepang, karena lebih kecil. Yuta memanfaatkan keadaan untuk menyimpan ikat rambut itu. Sampai pemotretan selesai pun keduanya tidak mengingat lagi dengan ikat rambut itu.
Hari berikutnya, dia melihat Amira sudah memakai ikat rambut model yang sama namun, dengan warna yang berbeda. Dia juga tidak menanyakan keberadaan ikat rambut itu. Baguslah.
Yuta menyimpan ikat rambut itu di laci meja belajarnya di sebuah kotak jam tangan yang sudah tak terpakai. Dia menyimpan di sana agar tidak diketahui oleh ibunya, Luna ataupun Amira sendiri.
Dia juga tidak tahu apakah dia akan mengembalikan ikat rambut itu atau tidak. Akan ia pikirkan lagi. Jika benar ia akan mengembalikan, maka pada hari spesial hal itu akan terjadi.
-----
hohoho...
minal aidzin wal fa idzin! selamat hari raya idul fitri semuanya bagi yang merayakan!
hayooo, untuk merayakan hari kemenangan ini, vote dan comment dong, anggap aja THR...
hehehe
THR kalian banyak kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Door [Complete]
Novela Juvenil[Complete] Amira mempunyai dua pintu yang harus ia pilih. Pintu masa lalunya, atau pintu yang dihapannya. Ia akan membuka pintu dihadapannya yang sudah terbuka lebar, namun pintu masa depannya memaksa ingin terbuka kembali. Amira bimbang, yang man...