16. Flashback (Part 2)

27 4 2
                                    

Sore harinya, sepulang sekolah Amira disuruh mengantarkan uang takziah oleh pembina OSIS. Amira sempat menolak dengan alasan, dia tidak akan berurusan dengan ini lagi. Tapi pembina OSIS mengatakan, dia tidak terima penolakan. Alhasil, Amira terpaksa mengiyakan.

"Kakak bareng saya aja atau gimana?" Tawar Hanif.

"Sama kamu aja nggak papa."

Kali ini yang ke rumah duka hanya dirinya, Hanif, pembina OSIS serta kepala sekolah. Anggota OSIS lainnya tidak disarankan untuk ikut serta.

"Kak katanya rumah Kyla pindah." Tiba - tiba mereka mendapat kabar itu dari salah satu anggota OSIS yang sedang piket hari ini.

"Oh ya?" Sahut Amira tak percaya.

"Nif, kamu tau alamatnya yang baru?"

Hanif yang sedang sibuk dengan tasnya menggeleng.

Amira duduk dibangku terdekat. Dia tidak habis pikir, kenapa disaat seperti ini, ada saja masalahnya. Kalau sampai nggak dikasih uangnya gimana?

"Amira!" Panggil Samantha sambil berlari  ke arah Amira.

"Ini alamat Kyla."

Bagai cahaya yang muncul setelah badai, Samantha datang seperti itu. Amira tersenyum haru. Samantha selalu ada di atas kebingungannya.

"Dih, muka lu anta banget Mir. Jijik gua ngeliatnya." Cibir Samantha.

"Sialan."

Mereka tertawa.

"Dapet dari mana lu?" Tanya Amira sambil membaca alamat yang diberikan.

"Anak basket."

Samantha bukan anak basket, tapi dia dekat dengan anak basket karena 'calonnya' ketua basket.

"Ohhh... Makasih Sam!"

Setelah Samantha pergi, Amira menghampiri Hanif yang masih sibuk dengan tasnya.

"Nif ini alamatnya. Gua dapet dari Samantha."

"Oke kak. Tunggu di parkiran luar ya kak. Headset saya ketinggalan di kelas."

Amira menurut. Dia langkahkan kakinya dengan pikiran berkelana. Kadang kesepian membawa kita untuk mengingat yang terlupakan. Walaupun begitu, Amira bukan tipe orang yang pusing dengan masalahnya sendiri, tapi hari ini dia benar - benar merasa kosong, dan dia tau penyebabnya. Hari ini sampai 2 hari setelahnya ditahun lalu adalah hari terburuk dalam hidupnya.

Hari itu, sehari setelah kecelakan  Kyla. Amira sedang berada di ruang OSIS menghitung uang takziah untuk diberikan kepada keluarga duka. Dia tidak sendiri, ada 3 anggota OSIS bersamanya.

"Anggota OSIS selain pengurus disuruh balik ke kelas. Nanti dimarahin Pak Hasybi." Kata Kia. Pak Hasybi adalah pembina OSIS yang terkenal tegas namun menyenangkan orangnya.

Tiga orang yang membantu Amira tadi, bersiap untuk kembali ke kelas masing - masing.

"Mir gua nitip ini ya?" Kata Kia sambil menaruh amplop berisi uang yang sudah dia hitung. Amira tidak mendengar ucapan Kia saking sibuknya menghitung dan mengira Kia berbicara dengan tiga orang yang akan kembali ke kelasnya.

Semenit kemudian, ruang OSIS hanya tersisa dirinya. Sampai datang seseorang yang memanggilnya.

"Kenapa?" Sahut Amira tanpa menoleh.

"Dipanggil Tanu di kantin."

"Ngapain? Bilang sebentar ke dia, gua selesain nulis hitungan gua dulu. Bentar kok."

Next Door [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang