13. Basket Player (Part 2)

28 7 5
                                    

"Pak, mama pesen tepung-"

"Eh mba Amira. Iya iya, tadi mamanya udah WA, tapi pesenannya belum dianterin. Lagi rame tadi. Sampe mba-nya ke sini. Nanti dianterin deh." Kata bapak pemilik warung-- Amira tidak tahu siapa namanya--sambil memanggil anak buahnya.

Setelah mengucapkan terima kasih, dia kembali ke tempat Yuta menunggu.

"Mana tepungnya?" Tanya Yuta bingung.

"Katanya nanti dianterin ke rumah. Lagian juga mama mesennya bukan cuma tepung ternyata." Jawab Amira seperti ngedumel.

"Ohh oke." Yuta pun menyalakan motor.

"Lapangannya di mana?" Tanya Yuta ke tujuannya.

Setelah dia duduk di jok belakang, Amira menunjuk arah kanan, sambil berkata,

"Lewat sana aja, nanti gua tunjukkin." Yuta mengangguk lalu mengikuti arahan Amira.

---------

Lapangan yang dicari Yuta adalah lapangan basket indoor. Lapangan itu dibuat oleh RT untuk warga komplek. Walaupun begitu, warga tetap harus membayar ketika ingin menggunakan lapangan itu.

Kalau minggu pagi begini, lapangan indoor itu sepi, tapi ketika sore, banyak anak - anak yang bermain di sini. Sedangkan kalau hari sekolah, lapangan ini tetap ramai, karena sekolah dekat komplek suka mengajak anak didiknya olahraga di sini dibandingkan lapangan sekolahnya yang terbilang sempit.

Untuk Amira pribadi, dia baru 2 kali kesini, dan ini yang ketiga. Dan dia selalu datang beramai ramai karena, penjaga pintu masuk di sini sering menggoda anak perempuan. Jadi dia mengusahakan, kalau datang ke sini juga bersama anak laki - laki.

Mereka sampai di lapangan setelah 5 menit perjalanan. Mereka tidak langsung ke parkiran, tatapi berhenti di seberang lapangan.

Lapangan itu sepi sesuai apa kata Amira. Dan ada 2 penjaga sedang bermain catur di sebelah pintu masuk lapangan.

Amira mendesah panjang lalu membuang muka. Dia tidak akan berurusan dengan penjaga penjaga itu.

"Turun." Perintah Yuta. Amira langsung mendekatkan telinganya, takut salah dengar.

"Apa?"

"Turun." Kali ini lebih pelan pengejaannya namun tegas.

"Ngapain?"

"Lu liat di dalam sana sepi atau rame, ada bolanya apa nggak. Eh lu tanyain bayar masuknya berapa dah. Bayar kan pas masuk?"

Amira melongo. Yuta terlalu banyak perintah.

"Kenapa harus gua? Kan yang butuh lu."

"Bantuinlah Mir, kan lu udah lama tinggal di sini, siapa tau di gratisin."

"Dasar gak modal." Ejek Amira tapi tetap di tempatnya.

"Amira! Turun kenapa sih, cepet! Mau pulang gak? Gua tau lu banyak kerjaan di kamar lo! Cepetan!"

Ini pertama kalinya Yuta memanggilnya dengan nama Amira. Tapi Amira tak merasa tersanjung sedikit pun melainkan dia kesal Yuta begitu cerewet untuk seukuran cowo.

"Lu aja kenapa sih, kan lu cowo. Kan lu yang butuh. Lagian tadi lu cuma minta kasih tau tempatnya kan? Nggak bilang main." Tukas Amira.

Next Door [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang