Sesampainya di rumah Yuta bergegas berganti pakaian dan membersihkan kamarnya. Dia merasa bersemangat dengan kedatangan Amira. Ini juga pertama kalinya ia mengundang seseorang bermain ke kamarnya, karena kamar adalah markas yang hanya dia seorang-lah yang boleh menjamahnya.
Suara ketukan pintu terdengar. Setelah mempersilahkan, masuklah mamanya yang bingung melihat Yuta membersihkan kamarnya sendiri, biasanya dia yang akan membersihkan ketika Yuta sudah pergi ke sekolah.
"Amira jadi ke sini?" Tanya mama sambil mengambil pakaian kotor di belakang pintu.
"Iya."
"Kamu beres - beres gara - gara dia?" Tebak mama sambil menatap anak sulungnya.
Yuta jadi bingung ingin mengaku atau tidak, "Yah- malulah kalau ada tamu datang tapi kamarnya berantakan." Yuta berkilah.
"Alasan klasik."
Yuta menatap mamanya terkejut. Itu kata - kata anak muda yang aneh didengar ketika ibu - ibu yang mengatakannya. "Mama!"
Mamanya tertawa sambil meraih gagang pintu.
"Kalau udah jadian, lapor ke Mama ya," Ujar Mama sambil mengedipkan sebelah mata.
Yuta mendengus namun tanpa sadar tersenyum.
"Udah gila gua..." Ucapnya sambil meneruskan 'kerja bakti'.
Ponsel yang berada disakunya bergetar. Di layarnya terpampang nama Amira.
"Halo Yuta?"
Yuta diam. Dia masih tak menyangka Amira akan menelponnya. Biasanya Yuta duluan yang menghubungi Amira, dan itu pun tidak disauti. Its for the first time!
"Yuta?"
"Oh iya! Iya. Kenapa Mir?" Yuta mencoba suaranya untuk tetep normal.
"Yuta maaf. Gua nggak bisa ke rumah lo siang ini. Mama gua minta gua nyusul ke GI. Gua nggak tau dia sama siapa di sana. Mba Amy gua telepon nggak dijawab, di Line juga nggak bales - bales. Masalahnya Mama gua udah sejam di sana dari SMS yang masuk, pas gua telepon balik dia bilang masih di sana. Jadi gua terpaksa batalin ke rumah lo. Maaf banget Yuta..." Kata Amira dengan nada lirih.
"Nggak apa - apa Mir, next time bisa kan?"
"Gua usahain ya..."
"Keep Calm Mir. Pasti Mama lu sama kakak lu sekarang, dia pergi buat nengok kakak lu kan?"
"Gua harap sih juga gitu,"
"Lu naik apa ke sana?"
"Nggak tau nih gua, Go Car kali."
"Hati - hati."
Tidak ada sautan selama beberapa detik. Yuta menyangka ia salah bicara karena Amira tidak menyahuti selama semenit. Tapi Yuta juga tidak memutuskan sambungan.
"Eh masih kesambung, hahaha..." Terdengar samar suara Amira. Ternyata dia lupa kalau belum memutuskan sambungan.
"Hallo?"
Yuta berdehem sebagai jawaban. Amira menghela napas.
"Maaf ya gua kira udah mati ternyata belum hehehe... tadi gua mesen dulu takut kelamaan nunggu. Yuta, maaf ya sekali lagi. Bilangin Tante Nurul juga, ngebatalin tapi nggak mampir. Maaf." Ujar Amira kemudian. Rasa bersalah masih menyelimutinya diantara rasa paniknya.
"Iya nggak apa - apa ya ampun. Nanti gua sampein kok."
"Oiya! Makasih floatnya juga tadi. Gua juga seneng bisa bantuin lo." Ucap Amira yang terdengar malu - malu. Namun terdengar manis ditelinga Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Door [Complete]
Teen Fiction[Complete] Amira mempunyai dua pintu yang harus ia pilih. Pintu masa lalunya, atau pintu yang dihapannya. Ia akan membuka pintu dihadapannya yang sudah terbuka lebar, namun pintu masa depannya memaksa ingin terbuka kembali. Amira bimbang, yang man...