"Nih kak jadwal sama data - data untuk hari Jum'at. Itu juga sudah saya tambahin nama - nama anak kelas 12-nya." Kata Hanum pada jam istirahat. Sebelumnya mereka telah janjian bertemu di koridor samping lapangan.
"Cuma 8 orang kelas 12-nya?" Tanya Amira sambil membaca isi kertas yang diberikan tadi.
"Iya kak. Yang konformasi ke saya cuma segitu."
Amira mengangguk paham. Dia menutup kertas itu sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Entah apa maksudnya dirinya melakukan itu.
Matanya terpaku pada sosok yang tak jauh darinya yang tadi dibelakanginya. Yuta. Iya, turis yang selalu berkata dengan nada rendah tapi tegas, dengan wajah datar, dan tak ada ramah - ramahnya sama sekali-- kecuali ketika dia meminta maaf kepadanya semalam, walaupun dia tak tahu dia benar - benar ingin meminta maaf atau tidak.
Agak kaget juga melihat Yuta berada di sini-- yang sebenarnya hak dia mau dia berada di mana. Yang membuat Amira tambah bingung adalah pandangannya tak lepas dari lapangan yang sedang di gunakan anak kelas 12 untuk bermain basket. Tapi Amira tak yakin Yuta sedang menonton para pemain basket itu karena matanya hanya terpaku pada satu objek.
Karena penasaran Amira mengikuti arah pandang Yuta.
"Kak?" Panggil Hanum memecahkan konsentrasi Amira. Sekaligus baru sadar kalau Hanum masih berada di sampingnya.
Lahh ganggu aja! Batin Amira.
Amira menoleh dengan wajah bingung tapi terlihat dia agak kesal dipanggil.
Hanum yang menyadari Amira merasa terganggu, cepat - cepat berkata.
"Saya duluan kak." Lalu dia pergi dari sana.
"Makasih num." Ucap Amira yang dibalas anggukan Hanum.
Amira segera mengalihkan pandangan ke tempat Yuta berada. Dan untungnya dia masih ada di sana dengan pandangan yang sudah berpindah ke ujung lapangan, tapatnya tempat Samantha dan Leo-- kapten basket angkatan Amira-- sedang mengobrol.
Amira tidak salah liat kan? Yuta sekarang sedang menatap mereka dengan wajah datarnya, tentu saja. Ada keheranan setelah mengetahui itu.
"Amira!" Lagi - lagi ada yang mengusik dirinya. Dan sekarang yang mengusik dirinya adalah Samantha. Samantha sampai melambaikan tangan dengan wajah cerahnya. Seperti anak TK yang baru pulang dan melihat ibunya yang menjeputnya di seberang jalan, lalu melambaikan tangan bermaksud memberi tahu keberadaannya.
Amira membalas lambaian itu kikuk. Sekarang, terlihat Samantha yang sedang berbica dengan Leo-- entah apa itu-- sambil memasang wajah tak enak, lalu pergi dari hadapan Leo untuk menghampiri Amira.
"Eh Yuta!"
Itu adalah kata - kata pertama yang keluar dari bibir mungil Samantha ketika sampai di hadapannya. Sopan sekali kamu Samantha. Untung kita TEMAN.
Yuta menengok ke arah mereka. Ekspresinya agak terkejut walaupun hanya sekilas terlihat. Dia segara mengangguk lalu berbalik pergi. Tapi tingkahnya tidak kaku sama sekali malah tingkahnya terlihat cool dimata Amira-- mungkin Samantha juga.
"Ngajak dating lagi dia?" Tanya Amira sambil menatap Samantha pada akhirnya. Samantha yang diajak bicara hanya menganggak bahu.
"Si Yuta dari tadi di situ?" Tanya Samantha sambil menunjuk tempat Yuta tadi.
"Mana gua tau."
"Kan dari tadi lu di sini. Masalahnya semenjak sehari setelah dia masuk ke sekolah ini, dia suka banget berdiri di situ. Apalagi pas anak basket latihan." Cerita Samantha yang menarik perhatian Amira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Door [Complete]
Novela Juvenil[Complete] Amira mempunyai dua pintu yang harus ia pilih. Pintu masa lalunya, atau pintu yang dihapannya. Ia akan membuka pintu dihadapannya yang sudah terbuka lebar, namun pintu masa depannya memaksa ingin terbuka kembali. Amira bimbang, yang man...