17. One More Step

17 4 0
                                    

Sudah tiga hari belakangan ini ia merasa ketakutan saat di sekolah. Bukan karena guru killer, telat, tugas maupun ulangan. Melainkan ketakutan karena diuntit. Pria yang selalu berpakaian serba hitam itu selalu ada manapun Amira berada. 

Hari ini hari ke-4 pria itu mengawasinya. Amira yang ketakutan, memohon kepada Samantha untuk pulang bersama. Samantha sama sekali tidak keberatan dangan itu, hampir setiap hari dia menawari Amira, tetapi selalu ditolak. Kali ini mereka pulang menaiki mobil Samantha.

Amira sebenarnya belum bercerita tentang pria berjubah hitam yang selalu mengawasinya kepada Samantha. Walaupun hatinya berteriak agar segera menceritakan kejanggalan ini.

"Mir, muka lu kenapa panik gitu?" Samantha heran sedari tadi Amira mengigit bibirnya serta mengusap tangannya sepertui orang resah.

"Nggak apa - apa."

"Serius?"

Amira tersenyum meyakinkan. Samantha menyipitkan mata menatap kurang yakin dengan jawaban Amira.

"Mir gua mau ke toko buku sebentar. Lu mau ikut nggak?" Tanya Samantha menyadari kalau dia berniat tidak langsung pulang hari ini.

"Sekarang?"

"Iya."

"Nggak deh. Lu lewatin stasiun kan?"

"Iya. Kenapa? Lu mau pulang naik kereta?"

"Nggak. Turunin gua di studio, gua mau main sebentar."

"Oke." Lalu Samantha memberitahu alamat studio tempat Amira turun ke supirnya.

Amira mengeluarkan ponsel dan mengetikkan pesan kepada mamanya jika dia akan pergi ke studio sebentar. Kalian tahu kan maksud studi itu yang mana? Ituloh studionya Kak Dimas yang Amira datangi sehabis umrah.

15 menit kemudian mobil berhenti di depan halaman berlapis semen untuk parkir. Ia mengecupkan terima kasih kepada Samantha dan supirnya lalu berlari masuk ke bangunan yang depannya berlapis kaca. Ketika pintu kaca di dorong, ia disambut dengan lagu salah satu boyband korea-- setelah ditanya lagu siapa, kak Viona menjawab lagunya BTS, Boy In Luv. Ia sudah mengira pasti ada Kak Viona juga di sini.

Di studio ini ada 2 ruangan yang digunakan secara bebas sesuai kebutuhan. Amira mendorong pintu ruangan pertama karena banyak suara terdengar dari dalam.

"Assalamuailaikum kak!" Salam Amira sambil cengir kuda.

"Eh kamu Mir, sini masuk. Pas banget ada yang mau diomongin." Jawab Kak Dimas sambil melambaikan tangan. Amira mendekati mereka dan duduk ditempat yang kosong. Setelah deheman dari Kak Dimas, obrolan mereka dimulai sampai satu jam lamanya. 

------------


Jam 5 sore Amira sampai rumah. Setelah mengucapkan salam, dirinya langsung disambut oleh kedatangan Tante Nurul—Mama Yuta. Amira langsung menyalami Tante Nurul.

"Bibir kamu kering banget Mir." Tante Nurul berucap setelah melepaskan tangan. Ternyata dia memperhatikan bibir Amira tadi.

Terkadang bibir Amira kering jika dia kurang minum air mineral. Akhir – akhir ini da memang lebih suka meminum kopi Go*d D*y di kantin dan saat malam hari ketika belajar.

"Iya Tante, udah sering." Jawab Amira sambil mengulum bibir.

"Aduhhh. Kamu suka minum madu nggak? Tante punya madu yang bagus buat bibir kering gitu. Mau nggak kamu?"

Mama datang dari kamar, langsung bergabung dalam obrolan.

"Pasti kurang minum air putih. Mama ngomong suka nggak di dengerin sih." Omel Mama sambil memperhatikan bibir Amira, sama dengan yang dilakukan Tante Nurul.

Next Door [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang