Chapter 20 : "Break Time"

194 14 3
                                    

Rain, Niel, Reus, Sera, dan Haafu sudah mulai bergerak bahkan sebelum fajar terbit. Semua itu dilakukan agar mereka cepat sampai di kota selanjutnya, yaitu Kota Jugnës.

Mereka kini mulai berjalan melewati hutan yang berada di depan Kota Föurness yaitu Hutan Odz. Semalam, mereka hanya berada di bibir hutan.

Untunglah tidak ada monster ataupun T'Villain yang muncul untuk menyerang, sehingga mereka bisa berjalan dengan santai.

Hutan Odz ini rata-rata pohonnya ditanami oleh pohon beringin sehingga hawanya lumayan menyejukan. Tentu, membuat orang-orang yang masih mengantuk--Sera, Rain, serta Haafu--semakin mengantuk.

Dalam waktu 3 jam setengah, mereka berhasil keluar dari Hutan Odz tanpa ada halangan. Dan di hadapan mereka adalah Kota Jugnës yang sudah menunggu mereka.

Berbeda dengan kota sebelumnya, Kota Föurness, Kota Jugnës ini sangatlah hidup. Walaupun sedikit kuno.

Sera mengembuskan napasnya lega.

Akhirnya sampai juga, batin Sera.

Kaki mereka terus berjalan memasuki wilayah baru yang berada di hadapan mereka.

Kota Jugnës. Kota yang memiliki kesan kuno dan seperti Kota Yunani ini dipenuhi dengan penduduk dan pedagang kecil. Terdapat beberapa dekorasi. Sepertinya, mereka semua datang di saat waktu yang sangat tepat.

Benar, sebuah festival sedang digelar di kota ini. Festival yang memperingati kelahiran Kota Jugnës. Banyak sekali stand-stand yang bermacam-macam. Makanan, minuman, pakaian, alat perang, permainan kecil, dan masih banyak lagi.

Meriah. Satu kata yang mampu mengekspresikan suasana di sini.

"Ini festival, 'kan?" tanya Rain.

Niel menunjuk suatu poster. "Kau bisa baca itu. Dan, ya, ini memang festival." Niel berkata dengan ketus.

Haafu matanya berbinar-binar. Matanya kemudian berhenti di sebuah stand yang tampak menarik perhatian. Tanpa sadar, Haafu menarik-narik baju Rain.

"Itu apa, Rain-sama?" tanya Haafu. Saat ia menyadari kalau tangannya tadi menarik-narik baju Rain, ia langsung melepaskan tarikannya. Kemudian menunduk.

"Maafkan aku," katanya menyesal.

Rain tersenyum lembut. "Tidak apa-apa. Aku tak akan marah. Lalu, tadi kau bilang apa?" tanya Rain.

Terlihat wajah Haafu yang sedikit sumringah. Dia lalu menunjuk ke stand tadi. "Itu," jawabnya.

Rain mengikuti arah tunjukan Haafu dan matanya membulat. "Ah! Stand memanah, ya. Sudah lama aku tidak bermain itu."

"Maksudmu ada monster di sini? Tapi kenapa aku tidak bisa merasakan auranya?" tanya Haafu kebingungan.

Sera dan Niel langsung tertawa mendengarnya. Reus hanya tersenyum geli sedangkan Rain terkekeh kecil. Melihat semua reaksi teman-temannya, Haafu mengerutkan kening.

"Kenapa? Apa aku salah?"

"Hahaha! Iya, emang ada monster, tapi monsternya baik. Nggak jahat, menguntungkan malah. Iya, 'kan, Niel?" ujar Sera seraya memegang perutnya yang sakit karena kebanyakan tertawa.

Niel mengangguk pasti. "Iya! Hahahaha! Aduh, aduh, perutku sakit."

"Sudahlah kalian, jangan mengusilinya sampai begitu juga," ucap Reus. Dia menggeleng-geleng saat melihat kelakukan Sera dan Niel.

"Iya. Kalian itu. Nah, Haafu, jangan dengarkan mereka berdua. Lebih baik kalau kau mencobanya sendiri." Rain mengajak Haafu untuk menghampiri stand tersebut.

MarcloirsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang