Chapter 15 : "First Meeting"

223 20 0
                                    

Setelah pertemuan Rain dengan kakaknya, Rein, beban yang berada di pundak Rain serasa terangkat. Dia sudah mengetahui kebenarannya dan kini yang perlu diketahui Rain adalah...

Sosok bertudung hitam yang telah membuat Rein menderita.

Satu pertanyaan, kira-kira siapa sosok itu?

"Rain-sama? Kau melamun?" Suara Haafu menyadarkan Rain.

Gadis itu tersentak, ia menoleh lalu tersenyum tipis. "Ya, sepertinya." Mendengar jawaban Rain, Haafu manggut-manggut mengerti.

"Oh ya, maafkan aku karena tidak membantumu kemarin." Kata Haafu dengan kepala yang ditundukkan.

Haafu sudah mendengar semuanya ketika ia bangun. Tentu, awalnya Haafu terkejut karena ia lalai dalam tugasnya untuk menjaga Rain.

Rain tersenyum simpul. "Tak apa, aku bisa maklumi, kok."

"Ah, dasar magical item tidak berguna! Di saat kemarin sedang keadaan genting, kau malah seenaknya tidur." Celetuk Niel seraya melirik ke arah Haafu.

"Aku tidur karena lelah. Kekuatanku akan pulih jika aku tidur. Lagipula, kalau kau berkata seperti itu, berarti kehadiranku sangat diperlukan dong? Hm?"

Niel langsung bergidik dan menoleh ke arah Haafu. Wajahnya terlihat sangat jengkel.

"Aku membencimu."

"Kebetulan, aku juga membencimu."

"Sudahlah kalian berdua. Kalian seperti anak kecil saja." Rain mencairkan suasana yang semula sedingin es. Dia sudah berjalan di depan mereka.

"Dia yang anak kecil."

"Dia yang anak kecil."

Keduanya berkata bersamaan. Mereka saling menatap, lalu memalingkan wajah secara bersamaan lagi.

Rain memutar bola matanya. "Terserah kalian, deh."

Rain kembali melihat ke depan. Sebenarnya, mereka tidak tahu harus jalan ke mana, tapi setelah melihat jalan ini, mau tak mau mereka mengikuti jalan lurus yang entah kapan mencapai ujungnya.

Ini sangat aneh. Benar-benar aneh. Kenapa jalan ini tidak ada belokan atau semacamnya? Seolah-olah, hanya jalur ini yang bisa ditempuh. Atau, jalan ini ingin menuntun kami ke suatu tempat?

Pemikiran Rain pecah karena keributan yang terjadi di belakangnya. Rain langsung membalikkan badan.

Tampak Niel dan Haafu yang sedang berkelahi--dalam pengertian adu mulut. Ketika, mengetahui Rain sedang menatap mereka tajam, mulut mereka tertutup rapat.

"Bisakah kalian tidak ribut? Demi apapun, kalian terlalu berisik! Aku jadi tidak bisa berpikir! Lebih baik, kalian diam saja atau ikut berpikir tentang keanehan jalan ini!" Rain meledak.

Niel dan Haafu tidak bisa berkutik. Keduanya hanya mengangguk kecil. Rain mendengus kecil, "Bagus."

Saat Rain kembali menghadap ke depan, Niel dan Haafu berbicara dengan bisik-bisik.

"Rain-sama kalau marah seram, ya."

"Iya, dia cukup seram. Sangat malah."

"Mungkin dia bisa menakuti satu kampung dengan amarahnya itu."

"Bukan satu kampung lagi, satu negara mungkin saja gempar karena amarah Rain."

"Iya, kau benar."

MarcloirsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang