Niel menatap lurus ke depan. Keputusannya sudah bulat.
"Aku ingin dunia terlahir lagi tetapi tanpa sihir."
Airene tersenyum mendengarnya. Dengan tatapan teduhnya, dia bertanya, "Kenapa kau menginginkan itu, Niel?"
Niel membalas senyuman Airene. Niel terkekeh pelan. Manik matanya melirik ke belakang, tempat sang gadis Mage berada. "Mungkin aku sudah terpengaruh Rain."
"Rain? Apa hubungannya?"
"Hem, entahlah. Aku sendiri belum tentu mengetahui jawabannya. Yang pasti, tanpa kusadari, aku menjadi terpengaruh olehnya."
Niel terdiam sejenak. "Dulu, kalau aku bisa memasuki Gerbang Clair ataupun Gerbang Marcloirsa, keinginanku hanyalah sebuah nafsu dan dendam belaka. Tetapi Rain mengubah semuanya. Dia itu ...."
"Bagaikan cahaya petunjukmu 'kan?" Airene langsung melanjutkan perkataan Niel yang menggantung. Sementara itu, Niel hanya mengangguk.
Hening sejenak.
Airene kembali membuka mulutnya. "Kenapa kau lebih memilih untuk mengubah dunia dan memulainya dari awal ketimbang menyelamatkan Rain serta membangkitkan teman-temanmu lagi dari kematian?" tanyanya.
Kali ini, Niel tidak langsung menjawab. Dia mendongkak, menatap langit-langit "goa".
"Aku merasa Rain tidak akan pernah setuju dan mau melakukan hal semacam itu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresinya jika mengetahui aku melakukan hal seperti itu. Dan lagi, aku tidak ingin teman-temanku kembali ke dunia ini. Ah, bukan artinya aku tidak suka, tapi ada alasan lain."
"Alasan apakah itu?"
"Engkau tahu? Dunia itu kejam. Jahat. Penuh kedustaan. Kejahatan. Semua yang ada di dunia ini sudah musnah, terbutakan oleh kekuatan dan harta. Aku tidak ingin mereka yabg sudah tiada dipaksa kembali menjalani hidup di dunia ini karena keegoisanku. Lagipula jikalau mereka memang bersedia, dunia akan terus seperti ini. Tidak ada yang berubah. Sihir untuk membunuh, pertarungan yang berkelanjutan untuk mendapatkan kekuatan. Karena itu, seharusnya sihir ditiadakan dari dunia."
Mendengar jawaban Niel, Airene memasang wajah kagum dan senang. Pemuda di depannya ini sama sekali tak tertarik dengan kekuatan. Dia lebih memilih masa depan dunia.
Giliran Airene yang tertawa pelan, meski Niel sedikit bingung karena tidak ada yang lucu. "Kamu sangat baik, Niel."
Niel tersipu mendengarnya. "A-ah, tidak juga," ucap Niel seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Di belakang sana, tanpa Niel sadari, Rain sudah terjaga. Gadis itu sebenarnya sudah bangun, namun lebih memilih untuk diam-diam mendengarkan.
Rain sedikit terkejut ketika mendengar alasan Niel. Dia memang senang, tapi secara bersamaan juga sedih. Rain lalu membuka matanya, membiarkan dirinya diketahui sudah terbangun.
"Sang putri tidur telah terbangun rupanya," kata Airene dengan tatapan yang menuju ke Rain.
Niel refleks menengok. Airene benar, Rain terbangun. Kedua kakinya langsung berlari kecil mendekati gadis itu.
"Rain, kau sudah siuman?"
Rain tidak menjawab. Menatap mata Niel pun tidak dilakukannya.
"Rain? Ada apa?" panggil Niel lembut. Tangannya terangkat untuk membelai kepala Rain.
"Padahal ... ini permintaan satu-satunya," gumam Rain.
"Eh?"
Rain menatap Niel. Sebuah tatapan yang sama sekali tidak bisa dibaca oleh Niel. "Kamu hanya boleh meminta satu permintaan saja. Kau tentu tahu itu. Lalu mengapa kau justru memilih untuk memulai semuanya kembali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marcloirsa
FantasyGerbang Clair. Menurut legenda, jika kau memasuki gerbang ini, maka kau akan berada di suatu tempat legendaris yang menyimpan sesuatu yang dapat mengabulkan permohonanmu. Tapi sesuatu yang tidak terduga terkuak. Gerbang Clair adalah gerbang palsu. M...