Chapter 10 : "Rain's Hometown"

319 30 1
                                    

Niel dan Rain takjub.Bayangkan, sedetik yang lalu mereka masih di Hutan Wendy, bersama Fallc. Tapi sekarang, mereka sudah berada di depan gerbang Kota Raschombery.

Rain tertegun sejenak. Dia mengepalkan tangannya.

"Rain?" Panggilan Niel mengejutkan Rain. "A-ah, i-iya!" Katanya, lalu berlari menyusul Niel.

Mereka menginjakan kaki di Kota Raschombery.

Kota ini sangatlah tenang dan sejuk. Pepohonan masih merajarela. Kehidupan di kota ini seperti tenang. Yah, kota ideal.

"Ke mana Haafu?" Tanya Niel. Dia baru menyadari bahwa Haafu tidak ada. Rain mengangkat bahu.

Melihat jawaban Rain, Niel menghela nafas. Semoga dia hanya jalan-jalan.

Niel melirik ke arah Rain yang sibuk memperhatikan sekitar. Dia terlihat seperti penjahat yang takut tertangkap pengawal.

"Kau kenapa sih, Rain?" Niel akhirnya bertanya. Dia sudah sangat curiga dengan gerak-gerik Rain.

"Ti-tidak, aku tak apa." Jawab Rain gugup. Dia menarik nafas. Mencoba menenangkan diri, kemudian kembali bersikap seperti biasa. Tenang, Rain, tenangkan dirimu. Batinnya.

Bruk!

Beruntung refleks Rain bagus, dia berhasil mencegah seorang nenek yang hampir terjatuh. Buah-buahan yang beliau bawa tergeletak berantakan.

"Maafkan aku. Aku melamun."

"Tidak, aku juga salah."

Nenek itu mendongkak, melihat wajah Rain. Seketika, kening nenek itu berkerut. "Rain?"

Rain terkejut.

Nenek itu pun bangun lalu berteriak, "Semua!! Rain Savan Nuskewelle kembali!!" Semua orang menghentikan aktivitas mereka. Banyak mata yang melihat Rain, menyelidiki.

"Rain!! Selamat datang!!" Koor semua orang. Niel jelas kaget, lalu langsung memaklumi, karena ia tahu ini adalah kampung halamam Rain.

Tampak beberapa orang mengerumuni Rain dan Niel. Bahkan tak banyak juga yang mengacak-acak rambut Rain.

Tak lama, Rain mulai berbincang dengan semua orang.

"Ra..in?" Suara lembut yang sangat dirindukan Rain memanggilnya. Dia menoleh, dan menemukan seorang wanita paruh baya. Rambutnya cokelat disertai beberapa uban, mata cokelatnya sangat teduh. Mata Rain berkaca-kaca.

"Ibu?" Panggil Rain, terdengar isakan darinya.

Rain segera berlari, memeluk kaki Ibunya. Seperti meminta maaf. "Ibu!" Kata Rain, kali ini, dia sudah menangis. Wanita yang disebut 'Ibu' itu tertegun.

"Kau sudah besar, ya."

Wanita itu mengusap pelan rambut Rain, membuat Rain semakin terisak.

"Selamat datang."

"Aku pulang."

●○●

"Maafkan aku. Kita belum sempat berkenalan. Perkenalkan, namaku Emily Sain Nuskewelle, Ibunya Rain." Emily mengulurkan tangannya.

"Nama saya Nielsen Acrpholus, anda bisa memanggil saya Niel. partner-nya Rain." Niel menjabat tangan Emily, lalu segera melepaskannya.

Emily tersenyum. "Tak usah terlalu formal, kau bisa memanggilku Emily." Katanya seraya mengelus puncak kepala Niel.

"Ah, setidaknya biarkan aku memakai kata '-san'." Pinta Niel. Dia akan merasa cukup tidak sopan karena memanggil orang yang lebih tua darinya tanpa menggunakan '-san'.

MarcloirsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang