Chapter 29 : "True Wish"

200 16 0
                                    

Niel berhenti melangkah. Dia menatap gerbang raksasa dengan berbagai macam ukiran. Anehnya, ukiran-ukiran itu seperti menceritakan sesuatu. Tetapi Niel hanya terdiam melihatnya, tidak tertarik.

"Inikah Gerbang Marcloirsa II? Gerbang yang sesungguhnya?" gumam Niel pelan. Tak ada respon dari Rain.

Niel melirik ke gadis di belakangnya. Dia terluka terlalu parah, saking parahnya, dia bahkan tidak sanggup untuk menyembuhkan dirinya. Kekuatannya sudah terkuras habis. Dia cuma bisa menutup mata, membiarkan Niel membawa tubuhnya.

"Bertahanlah, Rain," ucap Niel lembut.

Niel kembali menatap gerbang itu. Entah mengapa, Niel spontan menyentuh permukaan Gerbang Marcloirsa II itu. Niel merasa sudah tak asing serta ia mengetahui bagaimana cara membuka gerbang tersebut.

Pintu gerbang terbuka perlahan. Menimbulkan suara berat dan cahaya terang segera menyambut Niel dan Rain. Niel sedikit menyipitkan mata, cahaya itu menyilaukan pandangannya. Kakinya ia gerakan.

Cahaya itu hilang, digantikan oleh pemandangan menakjubkan. Hampir semua yang ada di dalam sini berwarna hijau, biru, dan putih. Keadaan di dalam gerbang tidak seperti apa yang Niel bayangkan. Ada sungai jernih, tetapi warna airnya biru bening. Ada pula pepohonan dengan daun putih.

Niel tersentak.

Pintu gerbang itu tertutup lagi.

"Itu artinya kau diterima di sini. Teruslah berjalan lurus." Sebuah suara misterius terdengar. Suara itu terdengar lembut, tidak membuat rasa curiga timbul.

Niel mau tak mau mengikuti perkataan suara itu. Pasalnya, dia sebenarnya tidak tahu harus ke mana lagi setelah ini. Dia terus berjalan lurus.

Matanya terus menerus melirik ke sampingnya. Berusaha menikmati sesuatu yang baru dan aneh ini.

Langkahnya terhenti. Kepalanya menengadah. Mulutnya berdecak kagum. Sebuah pohon yang besar, dengan daun hijau-putih berbatang biru, menghalangi jalannya. Tidak hanya itu. Jika dilihat sekilas, awan biru yang berada di atasnya itu akan terlihat seperti rintik-rintik hujan.

Andaikan mereka bisa melihat ini, batin Niel sedih.

Dia membayangkan reaksi teman-temannya jika mereka ada di sini. Sera, dengan suara melengkingnya, akan menjerit kagum. Haafu sepertinya akan mulai terbang dan mengelilingi pohon itu. Reus hanya berdiri bersama Niel, tetapi dengan pandangan terkagum-kagum. Sedangkan Rain ... dia dengan semangat akan berlari mendekati pohon itu seraya meneriaki mereka semua untuk mengikutinya.

Dada Niel seperti tertusuk, menyesakan dada. Semua itu hanya bayangan semata, keinginan yang tak mungkin terjadi. Kenyataan terlalu pahit untuk diterima. Ketiga temannya sudah tiada di dunia ini.

"Hei, Rain, sayang sekali Sera, Reus, dan Haafu tidak melihat ini, ya?" ucap Niel. Dia tersenyum pahit. "Kau juga sebaiknya cepat bangun dan lihat pemandangan ini bersamaku, oke?" Suara Niel bergetar.

"Sudah kuperkirakan kau akan datang, Nielsen Acrpholus, Rain Savan Nuskewelle." Suara lembut itu kembali berkata. Kali ini, dengan asal yang jelas.

Niel mendekati sumber suara.

Terlihat seorang wanita muda berambut pirang dengan mata emas menyala. Dia menduduki salah satu akar besar dari pohon itu. Tanpa diberitahu pun Niel sudah bisa menebaknya, kalau wanita itu adalah seorang Dewi.

Niel tiba-tiba teringat akan cerita dari Vanscripio tentang Dewi yang dicintainya. "Anda adalah ... Airene, Dewi Harapan?"

Wanita itu tersenyum, membuat wajah yang awalnya sudah bersinar, menjadi semakin terang. Hanya dia lah satu-satunya yang berwarna emas terang, bagaikan cahaya yang akan memberi petunjuk.

MarcloirsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang