Chapter 27 : "Last and Lost"

204 16 2
                                    

Hujan masih mengguyur dunia. Seolah ia mengatakan ikut turut berduka cita kepada kedua petarung tersebut. Seolah ia mengerti bagaimana rasanya kehilangan satu persatu orang-orang yang berharga. Seolah ia paham perasaan kedua petarung itu saat menyaksikan detik-detik terakhirnya.

Rain masih meraung-raung di tempat, tidak rela Haafu meninggalkan mereka semua setelah Sera dan Reus. Jarinya meremas pakaiannya yang telah basah.

Sedangkan Niel, ia menunduk dalam-dalam dan segera membalikkan badan ketika merasakan sesuatu berdiri di belakang mereka.

Pedangnya tanpa sopan santun teracung begitu saja. Masih dengan isakan kecil, ia berdiri di depan Rain, melindungi gadis itu dari Migan dan Kris.

"Ah, sayang sekali, mereka berdua harus lenyap. Tapi tak apalah. Karenanya, ini akan menjadi pertarungan duo maut," ucap Kris dengan seringaian di wajahnya.

Migan mendengus kecil. "Sesukamu sajalah."

Niel memegang erat pedangnya. Matanya melirik ke arah Rain yang masih terduduk. Gadis itu masih menangis. Ia terlihat pasrah dengan keadaan.

Manik biru pemuda itu kembali beralih kepada lawan di depannya. Ketika ia sadar bahwa hanya dirinyalah yang tersisa untuk melindungi Rain, isakannya terhenti.

Ia teringat akan perkataan terakhir Haafu kepadanya.

Lindungi Rain.

Niel terkekeh kecil. Bodoh. Kau pasti tahu kalau aku kapan pun akan selalu melindungi Rain, 'kan? batinnya.

Kekuatan mengalir dari tubuhnya. Percaya atau tidak, semenjak pertarungan berlangsung, Niel membagi kekuatannya menjadi tiga bagian dan ketiganya tidak tertandingi.

Niel mendadak muncul di tengah-tengah Migan dan Kris. Kedua monster tersebut melompat jauh, menghindari serangan Niel yang membuat tanah menjadi lubang dalam.

Mungkin jika serangan itu mengenai mereka, lukanya akan sangat besar.

Niel tidak menyia-nyiakan waktu. Setiap detik yang berharga akan hilang jika tidak dimanfaatkan. Karenanya, Niel terus menerus menyerang Migan dan Kris.

Di saat Niel fokus menyerang Kris, Migan tersenyum licik.

"RELIR!" teriak Migan dan seketika tumbukan tanah besar disertai duri beracun muncul. Bukan untuk menyerang Niel.

Ketika itu, bagaikan awal dari perang besar, angin beliung yang dahsyat muncul sekilas melindungi Rain.

Di depan gadis itu, berdiri seorang pemuda gagah yang bersedia merelakan nyawanya demi sang gadis. Dialah Niel.

"Heh, masih sempat-sempatnya ia melindungi si gadis lemah itu," kata Kris.

Bagaimana mungkin? Harusnya ... dia masih melawan Kris, batin Migan terheran-heran. Dia dan Kris memilih mundur dahulu untuk memulihkan tenaga.

Di lain pihak, Niel masih berdiri di depan Rain. Rain masih terduduk diam. Kepergian Haafu benar-benar membuat dirinya terguncang.

"Kenapa ... ." Mulut Rain itu terbuka. "Kenapa kau melindungiku, Niel?"

Niel menolehkan kepala ke arahnya. "Karena aku harus melindungimu. Itu tugasku, ah, bukan. Itu kewajibanku."

Rain mengeraskan rahangnya. "UNTUK APA AKU YANG LEMAH SEPERTI INI KAU LINDUNGI?! AKU YANG MENJADI ALASAN ATAS KEMATIAN HAAFU! AKU TIDAK BERGUNA! AKU TIDAK BISA MELINDUNGI KAKAKKU ... ADIKKU ... DAN SEKARANG TEMAN-TEMANKU!!"

MarcloirsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang