Brrrmmm brrmmm
3 motor baru saja terparkir di tempatnya. Membuat siswi-siswi berteriak histeris. Apalagi, saat ketiga orang itu membuka helmnya, para siswi semakin histeris.
Iyalah, tiga orang tersebut itu kan yang masuk jajaran most wanted di sekolah. The Captain. Kenapa captain? Karena mereka bertiga adalah ketua dari 2 ekstrakulikuler di sekolah. Sean dan Brian basket, Terrion, volly.
"Ah gila. Brian gans bet dah."
"Apaan sih. Gans juga si Ion."
"Hush hush. Ada juga tuh ya, gans si Sean lah. Gans bet buset dah. Apaan tuh si Ion mah kalah, menang nongol di pelajaran kimia doang."
"Yaampun. Mereka bertiga tuh ganteng banget ya."
"Iya iya."
Sean, Brian dan Terrion a.k.a Ion, hanya menanggapinya dengan senyuman. Lalu mereka berjalan memasuki kelas. Seperti biasa, Sean akan meminjam peer pada Ion. Karena dari mereka bertiga, yang paling pintar itu Ion.
"Gak gak. Minjem mulu lu. Kerjain sendiri napa, sih? Astogeh," omel Ion.
"Yaelah. Pelit amat dah lu ama temen sendiri juga. Udah sini." Sean mengambil paksa buku tugas Ion dari tasnya.Ion dan Brian hanya menggelengkan kepalanya, kapan temannya ini bisa berubah.
"Hedya! Gue mau curhat lagi yaampun."
Mendengar nama Hedya, Sean otomatis berhenti dari acara menyonteknya dan menoleh ke arah Brian dan Ion yang duduk dibelakangnya.
"Hedya juga sekelas sama kita?" Sontak kedua temannya itu menepuk jidat.
"Pea. Lu tuh makanya jagan kebanyakan tidur. Dari kelas 10 juga dia sekelas sama kita. Duh elah. Kok gue bisa ya punya temen pea kayak lu," cerocos Brian.
Sean hanya ngangguk-ngangguk gak jelas dan kembali menyalin. Urusan Hedya, entar dulu lah ya.
Kringgg kringgg kringgg
"Sob. Sob. Siniin buku gue. Entar Bu Rina dateng, mampus gue kasih nyontek ke elu. Kan gak boleh." Ion mengambil paksa buku tugasnya dari meja Sean dan menaruhnya kembali di dalam tasnya.
"Iye iye. Pelit amat dah lu."
"Selamat pagi, anak-anak."
"Pagi, Bu."
Bu Rina meletakkan bukunya diatas meja dan mengambil tongkat yang sekalu dibawa-bawa guru-guru di sekolah. "Sekarang, kumpulkan buku tugas kalian. Yang gak bawa, silahkan keluar."
Sean sudah tersenyum lega. Untung dia sudah nyontek tadi. Anak-anak mulai mengumpulkan tugasnya, tapi, mata Sean terpaku pada sosok Hedya yang tengah mencari-cari bukunya didalam tas hingga akhirnya Hedya memilih keluar dari kelas.
Sean sudah diambang kebimbangan. Mau ikut Hedya atau mengumpulkan peer yang sudah diconteknya. Kalo ikut Hedya, Sean bisa melancarkan aksinya untuk mendekati Hedya.
Akhirnya, Sean mengikuti Hedya keluar kelas. Ia tak jadi mengumpulkan buku tugasnya. "Hedya!" panggil Sean. Ia duduk disamping Hedya. "Hai."
Hedya hanya menatap Sean datar dan membuang mukanya. "Hedya. Kok lu jutek banget sih?" Kadang Sean memang tidak disaring kalo bicara. Terlalu frontal.
Hedya kembali menatap Sean dengan wajah yang sama, datar. "Suka-suka gue." Ucett, nih cewek jutek anet dah. Eh elah, napa jadi alay gini gue ngomongnya ya.
Sean hanya bisa mengamati Hedya dalam diam. Takut Hedya jutekin dia lagi.
Tapi, namanya juga Sean. Petakilan, mana mungkin cuma diem doang. "Hed. Kok gak bawa buku tugas? Kenapa? Ketinggalan? Lu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN
Teen FictionSemua berawal dari taruhan yang Sean dan Farel buat terhadap Hedya Noretta, manajer ekskul basket Sean yang baru. Dan seperti kisah kebanyakan di luar sana, Sean dan Hedya jadi saling suka dan pacaran. Dan usaha Sean mendekati Hedya, dimulai dari wi...