Sean mundar-mandir di tempatnya. Khawatir akan Hedya. Mungkin kalian akan mengatakan kalau ia terlalu lebay. Tapi ia hanya takut Hedya kenapa-napa. Ia tahu Hedya tak bisa ditempat gelap dan sempit. Dan gudang sekolah seperti itu.
Dokter keluar dari kamar tidur Hedya. Sean langsung mendatangi Dokter itu dengan tatapan khawatir. "Gimana, Dok? Hedya gapapa, kan?"
Dokter Ian mengangguk. "Ia tak apa-apa. Ia hanya kaget saja karena phobianya. Sekarang dia lagi istirahat. Jangan ganggu dulu sebisa mungkin. Biarkan dia tidur, sehingga ia bisa tenang kembali."
Sean mengangguk patuh dan mengucapkan kata terimakasih berkali-kali. Sepeninggalan Dokter, Sean masuk ke dalam kamar Hedya hati-hati supaya Hedya tidak bangun.
Ia duduk disamping Hedya. Menggenggam tangan mungilnya, dan mengelusnya dengan sayang. Sesekali mengecupnya. "Kamu kenapa sih, Hed. Demen banget liat Dokter. Kayak Mama aku aja pas masih muda." Mengingat kisah yang Papa dan Mama nya dulu yang mereka ceritakan hampir setiap mereka bertemu.
Mamanya hampir mirip dengan Hedya. Sering sekali melihat Dokter. Bedanya, Mamanya tidak sepintar Hedya. Dan juga, Hedya tidak suka tawuran seperti Mamanya.
Astaga, ia jadi mengatakan yang buruk mengenai Mamanya. Jangan kasih tau Mamanya ya kalau Sean membicarakan Mamanya di belakangnya.
"Hed. Maaf ya. Karena aku gak anter kamu pulang, kamu jadi kayak gini. Kalo aja aku bisa anter kamu pulang dulu baru ikut pertemuan keluarga, pasti gak akan jadi begini. Maafin aku," lirihnya. Mau jujur? Sean rasanya sakit sekali melihat orang yang ia sayang terbaring karenanya. Katakan ia lebay, alay atau apapun itu. Tapi Sean ingin menangis rasanya.
Rasa sayang dia sudah melebihi batas sewajarnya. Kalau ia bisa mengantongi Hedya di sakunya, maka ia sudah melakukannya. Sayangnya tidak bisa.
Sean menarik nafas dan membuangnya sudah payah. Ia mengambil hapenya disaku celana. Membuka grup chat.
The Captain
Sean: woi
Read by 2
Sean: si kampret. Dibaca doang. Cpt bales.
Brian: knp?
Ion: knp?(2)
Sean: gue mau minta bntuan klian.
Ion: bntuan apa?
Brian: gra" tdi siang? Si Hedya udh bgn blm?
Ion: tdi siang? Nyonya bos knp? Kok ga bgn?
Sean: @Ion goblog. Blm bgn bkn ga bgn.
Sean: iya. Blm. Dia lgi tdr.
Brian: ok. Mau dibntuin ap?
Ion: ksh tau gue astaga. Anybody.
Brian: tar gue critain astaga.
Sean: cri siapa yg nglakuin itu ke Hedya. Cri gmnapun cranya. Liat cctv jg.
Brian: ok. Gue akn bntu.
Sean: mkasih
Ion: ksh tau gue yowoh. Akyu tak tau apa"
Read by 2
Ion: woi ini gue dikcgin?
Read by 2
Ion: sungguh teganya teganya teganya.
Brian: lu diem ga, Yon. Gue kick ye.
Ion: okk
Sean memasukkan kembali hapenya ke saku. Ia melihat wajah tenang Hedya yang sedang tidur. Sangat tenang. Seperti tidak ada beban.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN
Teen FictionSemua berawal dari taruhan yang Sean dan Farel buat terhadap Hedya Noretta, manajer ekskul basket Sean yang baru. Dan seperti kisah kebanyakan di luar sana, Sean dan Hedya jadi saling suka dan pacaran. Dan usaha Sean mendekati Hedya, dimulai dari wi...