26

56 3 0
                                    

Cek mulmed woi, ada selingkuhan akyuuuu!! Visual dari Sean wkwkwk cakep ya? Padahal dia udah 29😂😂

--------------------------------------

Makan malam harusnya berisik seperti biasa. Tapi makan malam kali ini terasa sunyi karena kehadiran Oma yang membuat Sean kehilangan nafsu makannya.

"Besok kalian ijin sekolah. Ada pertemuan lagi," ucap Omanya tenang sambil terus menyuapkan makanan masuk dalam mulutnya.

Sean langsung menghentikkan acara makannya. "Pa. Ma. Sean ke rumah Noel dulu. Udah kenyang." Bahkan makanannya tidak ada setengah habis.

Troy dan Selvia hanya bisa diam. Sepeninggalan Sean ke kamarnya. Troy menatap ibunya itu.

"Kamu harus pulang malam ini. Atau Oma akan memberi pelajaran pada pacarmu itu dan akan menarik paksa kamu untuk pulang dari rumah Noel," kata Omanya, lagi, dengan tenang.

"Ma. Itu anak Troy. Biar Troy yang urus. Kenapa malah Mama yang nentuin pasangan hidupnya Sean?"

Dengan santainya, Nelli mengelap bibirnya dengan tisu dan berjalan ke kamarnya.

Meninggalkan Troy yang mengacak rambutnya kesal. Apakah ia tidak bisa bicara dengan mamanya tentang Sean? Sean itu anaknya. Pasangan hidup Sean biar Sean yang menentukan. Tapi ini kenapa mamanya yang menentukan.

##

Duk

Duk

Duk

Bola basket itu memantul begitu saja. Dribble dan dribble. Tanpa ada niatan untuk memasukkannya ke dalam ring basket.

"Oi!"

Dengan cekatan, Sean menangkap lemparan soda kalengan itu. Dari siapa lagi kalau bukan Noel. Kan dia sedang di rumah Noel.

"Kenapa lagi lu? Oma?"

Ia memilih diam. Toh, tanpa ia beri tahu, Noel sudah tau itu.

"Kalo gue bilang, satu-satunya cara nyelidikin Wendy itu ya dengan cara lu terima dijodohin sama dia. Lu jalan ama dia aja. Paling engga sebulan atau dua tiga minggu. Cari tau apa yang dia mau. Cari tau yang buat lu penasaran."

Sean meneguk soda itu, "lu ngomong gampang. Gue yang lakuin susah. Gue gak mau bikin Hedya sakit hati."

"Tapi dengan cara lu taruhan sama Farel, itu udah buat dia sakit hati kalo dia tau," balas Noel.

Sean menoleh dengan satu alis terangkat. "Tau dari mana lu?"

"Udah bukan rahasia umum lagi di sekolah dulu gue kalo lu ama Farel taruhan."

"Lu satu sekolah sama Farel sebelum masuk sekolah gue?"

Noel mengangguk. Mengambil alih basket itu dan memasukkannya ke dalam ring. "Dia ketua basket paling songong di angkatan gue."

Sean mengangguk mengerti. Farel memang songong. Dari waktu SMA kelas 1, sikap dan sifat Farel berubah. Tadinya, Sean, Brian, Ion dan Farel boleh dibilang cukup akrab. Berada di satu SMA, dengan kegemaran yang sama, olahraga. Bedanya, hanya Sean dan Farel yang masuk ekskul basket. Sedangkan Brian masuk ekskul sepakbola, dan Ion masuk ekskul voli. Semuanya berjalan baik-baik saja.

Sampai akhirnya, kelas 1 SMA, baru saja masuk kelas 1 semester 2, Farel berubah. Sifatnya yang tadinya tidak suka meremehkan orang lain, jadi gampang sekali meremehkan orang lain.

Dan diikuti dengan pindahnya Farel ke sekolah yang baru.

Begitulah. Tak ada yang tau kenapa Farel berubah. Tapi yang pasti, Sean tidak suka dengan perubahan sifat Farel. Terlebih saat dia meremehkan adiknya, Marsha. Jangan harap bisa lolos.

SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang