06

132 11 0
                                    

"Terima kasih karena sudah mengantarku. Bye," pamit Hedya sambil berjalan masuk.

"Hedya." Langkahnya terhenti dan menoleh kebelakang. "Sekali lagi, maaf, karena aku tidak ada disana saat kamu membutuhkanku," lanjutnya.

Hedya mengangguk lesu dan pergi kedalam. Sebelumnya, ia sempat mendengar teriakan Yovan.

"Hed! Besok aku jemput pergi ke sekolah. Aku juga sekolah disana nanti!"

Hanya senyuman yang tertera di wajah Hedya saat mendengarnya. Setelah itu, dia langsung berlari kecil masuk ke kamarnya.

"Hed."

Senyum yang tadi terlihat, sekarang hilang. Digantikan dengan wajah sinisnya. "Apa?"

"Maaf," kata Nevan dengan kepala yang menatap sepatunya.

"Buat?"

"Karena gue udah ajak lu ke taman itu lagi. Gue cuma mau lu lupain itu, Hed."

"Semua ada waktunya, Kak. Tentang permintaan maaf lu, gue udah maafin lu kok."

"Seriusan?"

Hedya mengangguk. "Keluar sono. Gue mau ganti baju. Lu mau liat?"

"Boleh."

Langsung saja Hedya melempar bantalnya, bersamaan dengan pintu kamar yang ditutup dengan cepat. "KAK NEVAN! DASAR MESUM! Astaga, salah apa gue bisa punya kakak mesum kayak gitu."

##

"Hed!" Hedya menoleh dan melambaikan tangannya sambil tersenyum. Segera ia pamit dan naik keatas motor.

"Siap?"

"Hm."

Dan motor yang ditumpangi Hedya dan Yovan melaju dengan cepat ke sekolah.

Banyak mata yang menatap mereka dengan heran. Kenapa Hedya bisa datang dengan anak baru? Karena belakangan ini, kan, Hedya terlihat dekat dengan Sean.

"Nih helmnya. Masuk duluan ya." Begitu Hedya hendak pergi, sebuah tangan mencekal tangannya.

Hedya menoleh dan menatap tangan itu. "Kenapa?"

"Pergi bareng aja. Aku juga belum tau masuk kelas mana. Kamu harus mengantarku ke ruang guru."

"Baiklah. Ayo."

Mereka berjalan beriringan. Tentunya mendapat tatapan-tatapan heran dari para murid yang dilewati mereka. Bagaimana tidak? Melihat Hedya yang notabenenya paling jarang dekat dengan cowok, tiba-tiba berjalan beriringan dengan cowok yang belum pernah mereka kenal, dengan saling menggenggam tangan satu sama lain. Karena mereka taunya Hedya sedang dekat dengan Sean.

"Van. Lepas ah. Gak enak tau diliatin murid-murid disini. Nanti jadi bahan omongan."

Yovan menoleh dan menatap Hedua dalam-dalam sembari tersenyum manis. "Aku tidak peduli dengan apa yang akan mereka bicarakan tentang kita. Aku hanya peduli denganmu seorang," ujarnya halus dan mencoleh hidung Hedya.

Membuat Hedya mengeluarkan semburat merah dan menunduk malu.

"Gila ya. Sweet banget mereka."

"Ahh. Melting."

"Kapan ya bisa punya cowok kayak gitu."

"Ih apaan sih pamer banget."

"Dasar cabe dua ribu. Lagi itu sama my bebeb Sean, sekarang sama anak baru."

"Yahhh. Kasian Sean diduain sama Hedya."

SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang