Brak!
Suara pintu dibanting membuat Selvia terkejut. Apalagi melihat wajah tekuk anaknya itu. "Sean. Kamu kenapa? Kok mukanya ditekuk gitu?"
Sean melempar tasnya kesembarang arah dan duduk disamping mamanya. "Cape. Abis disuruh lari keliling lapangan basket sama manajernya gara-gara aku sering bolos latihan. Dan Mama tau berapa kali? 25 kali. Dan Mama tau itu cape," curcol Sean.
Selvia tersenyum dan mengelus lembut rambut anaknya itu. "Makanya jangan suka bolos. Lagian kamu sih. Terus, terus? Cerita dong sama Mama."
Sean mengernyitkan dahinya tak mengerti. "Apaan? Cerita apaan?" Jawaban dengan watados anaknya itu membuat Selvia gemas, saking gemasnya sampai ingin ia jitak.
"Cerita sama Mama. Siapa yang hukum kamu? Cewek yang kamu suka?"
Etdah, ini napa nyokap gue kayak gini.
"Eng-engga kok. Ih Mama apaan dah," jawab Sean gagap. Kegegapan Sean semakin membuat Selvia penasaran dengan cewek yang memberikan Sean hukuman.Selvia memberikan senyum evilnya. "Hayo, jangan bohong. Kamu mana pernah mau kalo dikasih hukuman. Dikasih hukuman sama guru aja kamu suka kabur, apalagi ini. Dikasih hukuman sama orang yang seumuran kamu.
"Biar Mama tebak, pasti dia itu cewek yang lagi kamu taksir, kan? Makanya kamu takluk sama dia? Iya, kan? Iya, kan? Ngaku aja deh udah. Mama mah udah tau." Skakmat kalo begini mah.
Tapi emang bener, kan? Hedya bukan siapa-siapanya Sean. Hanya korban taruhan.
"Mama. Sean ngantuk. Duluan ya." Kabur dari Mamanya. Sean langsung membawa tasnya keatas, ke kamarnya.
Selvia hanya tersenyum melihat anak pertamanya itu. Masih bagus anaknya itu tidak mengikuti sifatnya yang ugal-ugalan. Yang suka tawuran, tapi tetap saja, pembuat onar dalam darah Selvia, turun ke anaknya itu.
...
Begitu sampai di kamar, Sean langsung menyambar hapenya dan merubuhkan badannya di atas kasurnya.
Dia mencari kontak Hedya di contacs nya untuk melancarkan aksinya itu loh. Tapi tak kunjung ditemukan. Sedetik kemudian, dia baru sadar, dia kan belum punya nomornya Hedya.
Sean: Woi, nyuk.
Brian: Ape lu? Ada maunya kan pasti?
Sean: hehe. Tau aje. Minta nmrnya Hedya dong.
Brian: nmr ape? Nmr absen?
Sean: *palmface* Pea, ya nmr telpnya lah. Duh elah, pea.
Brian: Oh. Bentar.
Brian: Nih. 08XXXXXX9856
Sean: Oke. Makasih.
Begitu dapat nomor Hedya, Sean langsung menelepon nomor itu.
"Halo?" Suaranya seperti orang ngantuk. Memang sih, tadi Hedya langsung pulang pas udah selesai eskul. Sean masih main volly dulu tadi bareng Brian sama Ion.
Dengan senyum mengembang, Sean membalas juga. "Halo, kakak."
"Siapa nih?" Sepertinya Hedya mulai sadar. Dia mulai menyadari kalau ini bukan nomor yang dia kenal.
"Tebak coba."
"Idih bodo. Gak penting juga. Udah ah, ganggu tidur aje."
"Ehhh. Hed, Hed. Jangan dimatiin dong. Susah nih dapet nomor lu," kata Sean mendramatisir.
Kali-kali mendramatisir gapapa kali ya, batinnya.
"Duh elah. Ini siapa sih? Gue mau tidur. Ngantuk. Siapa sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN
Genç KurguSemua berawal dari taruhan yang Sean dan Farel buat terhadap Hedya Noretta, manajer ekskul basket Sean yang baru. Dan seperti kisah kebanyakan di luar sana, Sean dan Hedya jadi saling suka dan pacaran. Dan usaha Sean mendekati Hedya, dimulai dari wi...