Ting! Line!
Sean: Hed.
Sean: Hed
Sean: Hed.Tak ada balasan.
Hedya sedang lelah uhtuk meladeni Sean. Dirinya sedang lelah. Lelah sekali. Apalagi setelah tadi kejadian di sekolah tadi pagi. Rasanya Hedya ingin mencabik-cabik wajah Pretta.
Kenapa sih hidupnya tak pernah tenang kalau menyangkut soal Sean? Sean memang pembawa masalah sekali dalam hidupnya.
Cause i know i can treat you better
Than he canSuara Shawn Mendes terdengar di telinga Hedya. Dan begitu Hedya melihat siapa yang meneleponnya, Hedya langsung meng-non-atifkan hapenya. Sekarang ia ingin tidur. Ia sudah cukup pusing dengan semuanya. Apalagi dengan perasaannya yang tadi tiba-tiba ia rasakan bersama Sean yang biasanya ia rasakan saat bersama dengan Yovan dulu. Bahkan sampai sekarang(?)
##
Pagi ini Hedya rasanya cape banget. Entah kenapa. Tapi tubuhnya seperti enggan untuk lepas dari kasur. Hingga beginilah ia sekarang. Kepalanya ia tempelkan di atas meja dengan mata tertutup.
Enggan untuk mendengar hal-hal lain di sekitarnya apalagi melihat. Dia memilih untuk tidur.
"Hed."
Hedya tidak menyahut.
"Hed."
Tak menyahug lagi.
"Hedya Noretta." Mendengar ketiga kalinya namanya dipanggil, Hedya langsung bangun.
"Apaan sih?! Orang lagi tidur juga!" omelnya tanpa melihat siapa yang memanggilnya.
Dan begitu ia sadar kalau Yovan yang memanggilnya, Hedya langsung mendengus. "Maaf. Aku lagi capek. Pengen tidur. Kenapa ke kelas aku?"
"Gapapa. Aku kangen aja. Nanti pulang bareng sama aku ya? Aku anterin," ujar Yovan sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Hedya yang menjadi tontonan gratis bagi para siswa-siswi tercinta.
Sean yang baru saja datang ke kelas dengan Ion dan Brian langsung berdeham. "Ehem! Ada yang lagi pacaran tuh," sindirnya sambil berjalan duduk ke tempat duduknya.
Tentu saja Yovan tidak menanggapinya. Hanya Hedya yang mendengus kesal karena Sean. "Sewot aje, mas. Jomblo sih susah," ledek Hedya sambil memeletkan lidahnya.
Wah Hedya udah berani sekarang ngelawa gue. Biasa aja diem mulu dia.
"Enak aje jomblo. Gue kalo mau punya pacar juga gampang kali. Tinggal tunjuk doang. Stok banyak. Emang lu noh? Nyadar kali kalo sendirinya juga jomblo." Sean tertawa kecil melihat Hedya yang langsung kicep.
Yovan tersenyum manis pada Hedya dan menepuk puncak kepala Hedya. "Yauda nanti pulang bareng aku ajalah. Aku juga mau kasih kamu sesuatu. Aku ke kelas dulu ya." Ia mengacak rambut Hedya sebentar lalu pergi.
Hedya tersenyum. Ia membalikkam tubuhnya dan terkejut dengan wajah Sean yang sudah sangat dekat di depan wajahnya. "Mundur," ujarnya singkat sambil mendorong dahi Sean mundur. Tapi tidak bergerak sama sekali. "Yan. Mau mundur atau gu--"
"Apa, hah? Gue apaan? Kok muka lu merah sih? Segitu sukanya ya lu sama si cicongpan cicongpan itu?" tanya Sean tanpa memudurkan wajahnya barang semikrosentipun.
Hedya mendengus. Ia memilih untuk memundurkan wajahnya. "Namanya itu Yovan. Bukan cicongpan. Seenaknya aja ganti nama orang. Lagian gue gak suka sama dia."
"Terserah lu dah." Sean mendengus. "Berarti gue masih ada kesempatan buat deketin lu dong?" tanyanya. Otomatis Hedya mengernyitkan dahinya.
Lalu ia menaruh telapak tangannya didahi Sean. "Lu gak panas kok. Lu lagi kurang waras ya? Kenapa ngelantur begitu dah ngomongnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN
Teen FictionSemua berawal dari taruhan yang Sean dan Farel buat terhadap Hedya Noretta, manajer ekskul basket Sean yang baru. Dan seperti kisah kebanyakan di luar sana, Sean dan Hedya jadi saling suka dan pacaran. Dan usaha Sean mendekati Hedya, dimulai dari wi...