23

45 3 0
                                    

Hedya bukan anak kandung. 

Kata-kata itu terngiang-ngiang di benak Sean sepanjang malam.

Apakah Hedya tahu akan hal itu?

Apa yang Hedya rasakan saat ia tahu hal itu? Apakah gadisnya baik-baik saja?

"Yan! Ih, orang lagi ngomong juga."

Yap, Sean masih di rumah Hedya. Berhubung hari ini juga hari libur, Sabtu. 

AH! Sabtu!

Hari ini, Sean sudah ada janji dengan Noel untuk pergi ke makamnya Wendy.

"Hed."

"APE?!"

Sean meringis. Rasanya tamu nya Hedya masih belum pergi. Iseng, Sean menjawil hidug Hedya dan memeluknya dari smaping. "Jangan galak-galak kek sama pacar sendiri."

"Bodo! Gak usah meluk-meluk lu. Jauh-jauh sana." Dengan sekuat tenaga Hedya mendorong Hedya menjauh. Tapi namanya jugakan ya, Sean itu cowok, jadi Sean pasti tenaganya lebih kuat dibanding Hedya. 

Sean semakin mengeratkan pelukannya. "Cium nih kalo masih galak juga. Sean pake cara Papa nih." 

Diancam Hedya memilih diam. "Ape? Mau ngomong apa?"

"Nanti siang Sean sama Noel mau ke makam nya Wendy. Hedya mau ikut?"

"Wendy?"

Sean mengangguk. "Teman kecil Sean sama Noel, dan juga, cinta pertama Sean."

Hedya mendengus. Hatinya dilanda rasa cemburu sedikitttttt saat Sean menyebutkan cinta pertama. Tapi masa iya dia cemburu sama orang yang sudah meninggal. 

"Tapi tenang aja, kan cinta selamanya Sean cuma buat Hedya," gombalnya, menjawir hidung Hedya.

Membuat pipi putih kinclong Hedya berubah menjadi warna kemerahan. Biasa, gitulah ya kalau cewek.

"Boleh ikut?"

"Ya boleh lah. Masa gak boleh. Sekalian Sean kenalin ke Wendy siapa pacar cantik Sean."

Blush.

Lagi-lagi pipinya dibuat memanas olehnya. "Tai bener nih orang," gumam Hedya kecil. Pipinya memanas sekarang.

Entahlah, sejak pacaran dengan Sean, pipinya gampang sekali memanas.

"Yauda aku ikut."

###

Dengan membawa sebuket bunga kesukaan Wendy (katanya Sean sih gitu), Hedya menggenggam tangan Sean dengan menggunakna satu tangan dan berjongkok di samping makamnya Wendy dengan Sean dan tentu saja Noel.

Ngomong-ngomong tentang Noel, Hedya baru tau kalo Noel itu adalah teman kecilnya Sean. Selam aini Hedya hanya tau Brian teman kecilnya Sean. Karena Sean dan Brian sudah seperti anak kembar yang nempel. Kemana-mana pasti selalu bareng. 

Ternyata Noel enak juga untuk diajak ngobrol, supel.

"Wen. Kenalin, ini pacar aku. Namanya Hedya. Cantik kan? Sayangnya dia galak." Mendengar dirinya dikatai galak, Hedya menabok pelan lengan Sean hingga membuat Sean terkekeh. "Walaupun begitu, aku sayang banget sama dia, Wen."

"Ngomongan lu udah lebay banget, Yan. Elah," cibir Noel.

"Ngiri aje lu, tiang listrik."

Noel mencibir, "Wen. Kita kangen sama lu."

Tak mempedulikan Noel, Sean langsung menarik pelan lengan Hedya.

"Nah, Wen. Ini Hedya."

Mendapat arahan, Hedya menaruh sebuket bunga kesukaan Wendy diatas makamnya. "Hai, Wen. Aku Hedya, pacarnya Sean. Aku bingung loh, eknapa Sena bisa punya teman. Petakilan, tengil, jail banget lagi. Kok kamu sama Noel mau sih jadi temennya Sean? Kalo Brian sama Ion mah gak usah diomongin. Sama nya kayak Sean mereka mah."

SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang