Sebenernya gue tuh udah publish wish nya Hedya di bab ini. Tapi fotonya ilang. So, gue repost lagi yak wkwkwkwk silahkan membaca
------------------------------------------
Pagi ini, seperti biasa. Hedya bangun dari tidurnya, masuk kamar mandi, beberes dan pergi sekolah. Tidak lagi tersenyum. Bahkan kepada oma dan Nevan.
Hanya Hedya yang bermuka datar seperti tidak ada niat untuk hidup. Tentu saja. Siapa juga yang bisa hidup dengan tertawa haha-hihi kala hidupnya sedang diawasi oleh psikopat gila hanya karena seorang cowok.
Tidak ada pastinya.
Itulah yang Hedya jalani sekarang. Setelah dua minggu berjalan tanpa Sean, Hedya merasa hidupnya berubah. Tidak ada suara Sean yang menyebalkan tapi buat kangen lagi. Tidak ada wangi manis yang terdapat pada cowok, seperti wangi manis yang terdapat pada Sean.
Dengan langkah lunglai Hedya berjalan menuju mejanya dan betapa kagetnya ia saat melihat banyak kotak-kotak yang terbungkus rapi, bunga, cokelat dan juga boneka diatas mejanya.
"Ini apaan?"
"Happy birthday, Hedya. Happy birthday Hedya. Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you!" Tanpa ia tahu anak-anak sekelasnya membawakan kue dari depan kelas dengan lilin yang menyala diatasnya.
Apakah ia berulang tahun hari ini? Ia saja lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Bolehkan ia menangis sekarang? Disaat ia tak sadar kalau ia berulang tahun, teman-teman sekelasnya malah memberinya hadiah dan kue.
Hedya memandang teman-teman sekelasnya dengan wajah terharu. Air matanya mulai menggulung dipelupuk matanya. "Makasih," ucapnya lirih, terharu.
"Jangan nangis dong!"
"Iya nih! Kan kita jadi ikutan sedih."
"Selamat ultah, cewek pinter di kelas kita."
"Met ultah, cantik."
"Happy birthday, Hedya!!!"
Lalu ketiga teman dekatnya, Melina, Aurel dan Cherry muncul dari antara kerumunan teman sekelasnya itu. Mereka bertiga memeluk Hedya erat, sampai ia tidak bisa napas.
"Gak bisa napas bego."
"Hehehehe. Met ultah, Hedya sayang."
"Happy sweetseventeen, darl."
"Habede, cewek cantik!"
Hedya mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
"Traktirannya jangan lupa tuh!"
"Iya. Gak ada tanda-tanda pesta nih."
Melina mendecak, menatap teman sekelasnya, "pesta mulu lu pada mikirnya. Lu kata gak pake duit kali."
Hedya terkekeh saat mendengar seruan dari teman sekelasnya yang menyerbu Melina. "Iya. Iya. Gue gak buat pesta. Tapi gue traktir kalian makan di kantin. Bilang aja tulis atas nama Hedya. Cantumin kelas kalian ya. Jadi anak-anak kelas lain gak curang."
Heboh semua langsung saat mendengar Hedya mau menraktir mereka. Ucapan-ucapan terima kasih terdengar. Membuat Hedya kembali tersenyum.
Setelah kelas mereda, mereka berempat duduk di meja Hedya. Maksudnya duduk di kursi.
"Cie udah 17."
Hedya terkekeh. "Iya nih."
"17 tahun malah jomblo. Gimana sih neng," ujar Aurel tanpa berpikir.
Melina dan Cherry langsung menatap Aurel hingga Aurel salah tingkah. "Eh, Maaf. Keceplosan, Hed."
"Gapapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN
Teen FictionSemua berawal dari taruhan yang Sean dan Farel buat terhadap Hedya Noretta, manajer ekskul basket Sean yang baru. Dan seperti kisah kebanyakan di luar sana, Sean dan Hedya jadi saling suka dan pacaran. Dan usaha Sean mendekati Hedya, dimulai dari wi...