Sudah terhitung dua hari dari semenjak Hedya diculik. Sudah lapor polisi, tapi belum ada tanda-tanda Hedya sudah ketemu jejaknya. Sean bahkan sudah bolos selama dua hari.
Hari ini harusnya mereka jalan-jalan sekolah. Tapi Sean tidak ikut. Yang akhirnya menimbulkan ketidak hadiran serentak dari Brian, Ion, Cherry, Aurel dan Melina. Kenapa sekolah terlihat tidak khawatir saat siswinya ada yang hilang? Jawabannya adalah, karena keenam orang itu tidak memberi tahukannya pada sekolah. Setelah membicarakannya dengan omanya Hedya dan juga kakaknya, mereka sepakat untuk tidak memberitahukan hal ini pada sekolah. Kalau tidak, sekolah pasti heboh.
Sean masih hafal betul rasa sakitnya saat Nevan meninju rahangnya. Bahkan rahangnya sekarang masih belum pulih sepenuhnya. "Yan? Yan! YAN!!!!!"
"Astaga naga, ION!!! KUPING GUE SAKIT, TAI!"
Ion menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya maap. Lagian elu dipanggilin kaga dijawab."
"Kenapa emangnya?"
"Mereka udah pesen makanan. Sekarang kita mau makan dulu. Lu juga makan dulu. Dari kemarin malem lu belum makan. Lu mondar-mandir, keliling Jakarta buat nyari Hedya," kelas Ion.
Sean menggeleng. "Gak. Gue mau cari Hedya dulu sampe ketemu."
"Anjir lah. Bri. Bos lu tuh gak mau makan. Cape gue," kesalnya.
Baru kali ini mereka melihat Ion kesal. Biasanya, Ion adalah pribadi yang seperti happy virus. Seperti tidak ada beban hidup.
Brian yang tadinya sedang membuka kotak makannya, berdiri, dan mendekati Sean. "Yan. Makan dulu. Kalo lu gak makan mulu, mana ada tenaga buat nyari Hedya."
"Gak mau." Sean mengutak-atik hapenya. Menunggu panggilan dari polisi. Informasi.
Cherry bangkit berdiri, menepuk bahu Brian. Menyuruhnya mundur.
"Oi, Sean. Kalo gak mau makan, lu mikir gak apa yang bakalan dirasain Hedya pas ngeliat elu?! Dia pasti ngerasa bersalah, karena elu gak makan buat nyari dia. Seengganya lu makan sedikit!" omel Cherry.
Semua mata memandang Cherry. Karena baru kali ini Cherry memarahi orang. Biasanya, hampir tidak pernah Cherry memarahi orang.
Sean terlihat tersentil dengan perkataan Cherry, akhirnya ia makan juga. Walaupun sedikit. Noelpun juga masih belum bisa bergabung dengan mereka. Kesehatannya masih belum pulih sempurna.
Hapenya berdering saat ia hendak menyuapi nasinya untuk kesekian kali.
Dengan terburu-buru ia mengangkatnya tanpa melihat caller name.
"Halo?"
"ANJING! LU JANGAN PERNAH NEMUIN HEDYA LAGI!"
"A-apa? Maksudnya?"
"Hedya udah balik. Dia udah ceritain semuanya dengan luka yang ada ditangannya."
Luka?
Tunggu. Hedya sudah kembali?! Sean berdiri seketika di tempatnya. Ia menyambar jaketnya dan menstarter motornya. Tanpa mempedulikan berapa suapan yang baru ia makan.
Brian, Ion, Cherry, Aurel dan Melina pun yabg bingung langsung bebeberes dan mengikuti Sean dari belakang. Takut-takut ada hal yang tidak mereka inginkan terjadi. Karena Sean kalau sudah emosk itu udah kalap. Dan wajah merah Sean tadi menunjukkan kalau Sean sudah emosi.
Mereka sudah tahu apa yang akan terjadi jika Sean sudah emosi.
Kebut-kebutan di jalan raya.
Melina mungkin sudah biasa kebut-kebutan karena sudah berteman lama dengan mereka. Tapi Aurel dan Cherry. Mereka berdua baru pertama kali dibawa kebut-kebutan ala cowok.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN
Teen FictionSemua berawal dari taruhan yang Sean dan Farel buat terhadap Hedya Noretta, manajer ekskul basket Sean yang baru. Dan seperti kisah kebanyakan di luar sana, Sean dan Hedya jadi saling suka dan pacaran. Dan usaha Sean mendekati Hedya, dimulai dari wi...