Part 17

1.9K 120 12
                                    

"Rak, itu siniin!" perintah Nora sambil menunjuk kardus yang ada di luar panti. Gadis itu kini tengah duduk di halaman panti bersama anak-anak kecil yang sedang bermain.

Raka menghela nafas, lalu membawa kardus yang ditunjuk Nora tadi ke depan Nora. "Ini, Tuan putri," ujarnya kemudian.

Nora melirik Raka sinis, kemudian ia membuka kardus tadi. "Adek-adek, sini baris!" teriaknya kepada para anak kecil yang tampak asyik bermain.

Anak-anak panti itu menoleh, mereka lalu berbaris sesuai dengan perintah Nora. Nora tersenyum tipis melihat anak-anak yang tampak bingung karena disuruh berbaris olehnya.  Melihat senyum Nora, Raka tersenyum seakan tersihir oleh senyum manis yang jarang ditampilkan itu.

Nora mengambil barang-barang dari kardus itu dan membagikannya ke anak-anak yang ada di depannya satu-persatu. "Makasih ya, kak Nora." Nora hanya tersenyum dan mengangguk kepada setiap anak yang mengatakan terimakasih padanya.

"Loh, Nora?" celetuk seseorang.

Nora berbalik dan menemukan ibu pengurus panti asuhan itu tengah berdiri di ambang pintu. "Ibu!" Nora berseru dan berjalan mendekati wanita paruh baya tersebut. Nora langsung memeluk wanita itu.

"Gimana kabarnya, Nak?" tanya bu Nadin, ibu pengurus panti itu setelah pelukannya dan Nora terlepas.

"Baik, Bu. Ibu sendiri gimana? Sehat 'kan?" Bu Nadin mengangguk sambil tersenyum.

Raka hanya terdiam di tempatnya sambil melihati interaksi kedua wanita berbeda usia di depannya. Bu Nadin yang menyadari hal itu langsung menoleh ke Raka.

"Itu pacarnya ya?" Raka tersenyum, kemudian melangkah mendekati bu Nadin dan mencium tangannya.

"Bukan, Bu. Dia musuh Nora," sahut Nora.

"Do'ain aja ya, Bu. Semoga bisa pacaran sama dia." Bu Nadin terkekeh saat mendengar perkataan Raka.

Bu Nadin menepuk pundak Nora. "Kamu itu lho, Nduk. Dateng kesini nggak pernah sama cowok, eh giliran sama cowok ternyata bukan pacar." Bu Nadin tersenyum. "Mbok ya, ajak yang udah jadi pacar gitu. Nanti dikenalin sama Ibu."

Raka terkekeh. "Saya 'kan calon pacarnya, Bu."

Nora langsung memelototi Raka. "Enggak deng, Bu. Males Bu sama yang namanya cowok."

"Lha kok males ta, Nduk? Nanti 'kan akhirnya juga sama cowok."

"Nah, itu masalahnya, Bu. Nanti ya nanti, sekarang ya sekarang. Nanti kalo jodoh juga ketemu, Bu."

"Hahaha, bisaan aja kamu, Nduk. Tadi udah sarapan belum? Kesini pagi banget. Ayok sini sarapan dulu."

"Ibu mah tau aja saya lap— aduh! Sakit, Ra." Raka mengaduh karena pinggangnya dicubit oleh Nora. Nora hanya memelototi Raka.

"Nggak sopan lo jadi orang."

Bu Nadin yang melihat itu kembali tertawa. "Udah-udah. Mbok ya biarin ta, Nduk. Dianya udah laper gitu, ayo makan."

"Ibu mah baik banget, nggak kayak Nor—"

"Apa lo? Berani ngatain?!"

"Enggak, Ra, enggak."

Bu Nadin tertawa, lagi. Melihat kelakuan dua anak muda di hadapannya ini membuatnya ingin selalu tertawa. "Udah, udah. Berantem terus kalian ini. Ayo masuk." Bu Nadin kemudian menggandeng Nora dan menariknya masuk ke dalam rumah.

Raka mengikuti langkah bu Nadin dan Nora di hadapannya.

***

Selesai sarapan, Nora dan Raka kini duduk berdampingan sambil mengamati anak-anak yang sedari tadi masih bermain. Ada yang bermain sepak bola, lompat tali, dan ada juga yang sedang bermain ayunan.

TS [1]: Twin BadgirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang