Nora melihati Raka yang sudah stay di atas motornya. Cowok itu mencegat Nora saat Nora keluar dari area sekolah bersama Diandra.
Raka menatap Nora sambil tersenyum manis. "Aku anter yuk?"
Nora menoleh ke sisi kanannya untuk melihat Diandra. Gadis di sebelahnya itu kini tengah mengangkat sebelah alisnya dan menatap balik Nora. Sesaat kemudian, Diandra hanya mengangguk lalu pergi berlalu menuju mobilnya.
Nora menatap punggung Diandra sampai sahabatnya itu masuk ke dalam mobil. Nora heran dengan sikap Diandra yang mendadak menjadi pendiam saat melihat dia bersama Raka.
"Na? Kamu ngapain? Kok ngeliatin Diandra sampe kayak gitu?" Nora mengalihkan pandangannya pada Raka, dan berjalan mendekat pada cowok itu.
Raka menyerahkan helm kepada Nora, yang langsung diterima oleh Nora.
"Kenapa?" tanya Raka saat Nora tak lekas memakai helm.
Nora terdiam. Menggeleng, kemudian ia naik ke boncengan motor Raka.
Hening. Raka masih tak menjalankan motornya, menunggu Nora untuk menjawabnya.
"Rak, lo ngerasa nggak sih kalo Diandra tuh sekarang sering diem waktu gue deket sama lo?" Akhirnya pertanyaan itu meluncur dengan mulus dari mulut Nora.
Raka terdiam. Jujur saja cowok itu juga tidak tahu dan heran dengan sikap Diandra padanya. Biasanya Diandra akan memarahi Raka ketika cowok itu berbuat jahil padanya, tetapi sekarang Diandra lebih diam kepada Raka.
"Nggak tahu," jawab Raka sekenanya, tak mau salah bicara. Cowok berbadan atletis itu kini telah menjalankan motornya membelah jalanan yang padat.
Keduanya sama-sama diam sepanjang perjalanan, sibuk dengan pikiran masing-masing. Padahal biasanya Raka akan cerewet kepada Nora, tetapi tidak untuk kali ini.
Raka hanya diam. Mungkinkah Diandra sudah tahu sesuatu tentang dirinya? Memikirkan hal itu membuat Raka pusing. Ia tidak mau jika sahabat Nora itu salah paham padanya.
"Rak," panggil Nora pelan.
Raka menegakkan badannya. Cowok itu menghentikan laju motornya karena lampu lalu lintas berwarna merah. "Apa, Sayangku?"
"Najis."
Raka tertawa kecil. "Apa, Ra?"
"Enggak jadi," Nora mengalihkan tatapannya yang semula menatap spion menjadi memandangi orang-orang di sekelilingnya.
"Yah, gue di php in," gumam Raka yang membuat Nora terkekeh.
"Pengen ke toko buku," ujar Nora kemudian.
Raka tampak terkejut, sampai-sampai cowok itu menoleh ke belakang. "Seriusan mau ke toko buku, Ra? Kamu kesambet apaan sih? Abis ke perpus terus kesambet setan di sana ya?"
Nora sontak menggeplak punggung Raka cukup keras. "Hush! Ngawur! Gue mau beli buku buat orang."
"Iyalah beli buku buat orang, masa beli buku buat hewan? Kan nggak lucu, Ra," Raka memamerkan deretan gigi putihnya.
"Bodo, Rak, bodo. Capek ngomong sama lo."
"Capek juga masih diladeni," sahut Raka yang kemudian kembali melajukan motornya karena lampu sudah berubah menjadi hijau.
Setelah itu hening kembali.
Raka sibuk mengemudikan motornya menuju ke suatu tempat yang akan ia tunjukkan pada Nora.
Nora menatap jalanan dengan heran. Ini bukan jalan menuju rumahnya. "Rak? Kita mau kemana?"
Raka tersenyum jahil, ia sama sekali tak menjawab pertanyaan Nora dan membiarkan cewek itu penasaran. Nora berdecak kesal dan memilih untuk diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
TS [1]: Twin Badgirl
Teen Fiction[TAHAP REVISI] #Twin Series 1 Ini adalah cerita dari dua cewek cantik yang berbeda sifat, tapi sama sama badgirl. Si kembar Annora dan Anthea Alicya Bramantyo memiliki kisah cinta yang sama menyedihkan. Yang satu ditinggal oleh sang kekasih, dan sat...