Part 26

901 58 0
                                    

"Nora ada, Bi?"

Bi Ijah mengangguk. "Ada, Den. Den Raka langsung ke kamarnya aja," ujarnya sambil mempersilakan Raka untuk masuk.

Raka mengangguk. Lantas berlalu menaiki tangga untuk mencapai kamar Nora.

Raka tersenyum ketika masuk ke kamar Nora dan menemukan gadis itu masih tertidur pulas di atas kasur berbalut sprei biru navy. Raka menghampiri Nora, pasti Nora kecapekan karena menangis semalam.

"Hei.. bangun dong. Udah siang nih, masa kalah sama matahari?"

"Eng..." Nora mengerang malas, kemudian mengucek matanya. "Gue di mana?"

"Kamu ada di penjara, Ra," jawab Raka dengan kekehan jahil.

"Hah?!" Dengan cepat Nora terduduk di kasurnya. Ia berdecak dengan keras ketika melihat Raka yang tertawa terbahak-bahak melihatinya. "Enak banget ya, ngerjain orang tidur," sindirnya yang langsung turun dari kasur.

Mampus, Raka pasti liat gue belekan, batinnya. Dia jijik pasti deh sama gue.

Dengan itu, Nora memilih untuk melangkah ke kamar mandi.

"Mau mandi ya, Neng? Abang boleh ikut nggak?"

Raka tertawa saat melihat pintu kamar mandi terbuka dan terdapat baju yang melayang dari sana. Dengan gesit Raka menghindar.

"MAKAN TUH BAJU KOTOR!" teriak Nora yang langsung menutup pintu lagi.

Raka tertawa makin keras hingga merasa perutnya sakit. Ia lalu duduk di atas kasur Nora—karena tadi dia duduk di bawah—, kemudian mengamati kamar Nora dan Thea.

Untuk ukuran kamar, kamar ini termasuk kamar yang besar mengingat terdapat lemari besar di dekat kamar mandi. Belum lagi, ada dua meja belajar yang Raka pastikan sangat jarang digunakan. Yah, kebutuhan anak kembar memang berbeda dengan yang lain.

Raka mengelilingi kamar Nora untuk melihat foto-foto yang dipajang di sana. Di meja belajar Nora—Raka tahu karena ada tulisan di situ—, ia mendapati foto dua orang anak perempuan kembar yang umurnya sekitar 5 tahun sedang dirangkul oleh seorang anak laki-laki berumur sekitar 9 tahun. Ketiganya kompak tersenyum lebar meski salah satu anak perempuan itu tampak memaksakan senyumnya. Raka sangat yakin kalau anak yang memaksakan senyumnya adalah Nora.

Foto itu tampak seperti foto kuno, karena pencahayaan dalam fotonya tidak maksimal seperti sekarang ini. Raka merogoh saku celananya, lantas mengambil ponsel yang ada di sana. Cowok itu memotret foto masa kecil Nora.

Mengingat kalau cewek mandi itu lama, Raka kembali mengamati foto-foto yang ada di meja belajar Nora. Ia mengernyit ketika menemukan foto Nora bersama Adrian yang tampak sangat mesra untuk ukuran sahabat. Foto itu dipajang di samping foto-foto sahabat Nora yang lainnya. Meskipun begitu, foto ini tampak mencolok karena Nora tertawa lebar, lepas. Raka saja jarang menemukan Nora tengah tertawa seperti itu.

Mendadak Raka meremas kepalan tangannya. Dadanya terasa bergemuruh. Ia menutup matanya dan menarik napas dalam-dalam untuk meredakan amarahnya. Itu cuma foto lama, tenangin diri lo, Rak, batinnya menenangkan diri.

Foto itu juga tampaknya sudah lama, sebelum Raka menemukan lagi foto Nora bersama Adrian yang sepertinya diambil baru-baru ini. Di situ, Nora melingkarkan tangannya ke perut Adrian dari samping sambil tersenyum lebar, tidak tampak seperti anak yang memaksakan senyumnya tadi. Adrian tersenyum tak kalah lebar sambil merangkul pundak Nora. Walaupun sahabat-sahabat Nora yang lain ikut di dalam foto itu, Raka tetap tidak terima. Itu kan, waktu Raka sudah jadian dengan Nora. Tega sekali Nora melakukan itu pada Raka?

TS [1]: Twin BadgirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang