Nora menyeret kopernya dengan malas-malasan. Gadis itu kini tengah berdiri di aula bersama para siswa yang lain. Nora celingukan, ia menghiraukan pengarahan dari Ferry yang kini berada di atas panggung kecil yang ada di aula itu.
"Woi, Na! Nyari siapa?"
Tepukan di bahu Nora membuatnya terlonjak kaget. Gadis itu kini berbalik dan menemukan Raka yang sedang cengengesan menatapnya.
Nora mendengus pelan. "Nyari Diandra," ujar gadis itu kemudian.
"Oh, Diandra, ya? Belom dateng dia mah." Raka terkekeh. "Bocah itu 'kan sering telat kalo acara kayak gini," ucap Raka sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru aula.
"Dengerin ya, kalian jangan sampe buat ulah disana nanti. Saya sebagai Ketua OSIS memiliki tanggung jawab terhadap kalian. Saya harap kalian membantu saya sebisa mungkin," celoteh Ferry di depan sana.
Nora melihat ke pintu masuk aula. Berharap Diandra segera datang sehingga ia tidak merasa kesepian disini.
"Itu Diandra 'kan, Ra?" Nora mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud ucapan Raka. Cowok itu tadi memanggilnya dengan sebutan 'Ra' 'kan?
Tak ambil pusing, Nora memilih mengikuti arah telunjuk Raka. Dimana kini Diandra tampak celingukan sambil memegang kopernya. Nora segera melambai-lambaikan tangannya guna memberi tahu Diandra jika dirinya di sana.
Diandra masih celingukan, hingga gadis itu menemukan Nora yang sedang melambaikan tangan ke arahnya tanpa ekspresi. Diandra tersenyum lebar karena ia berhasil menemukan Nora diantara puluhan siswa yang ada di dalam aula.
Diandra segera menghampiri Nora. Gadis itu menyeret kopernya sambil berjalan cepat ke arah Nora. "Weh, Ra!"
Nora memelototi Diandra yang memanggilnya dengan sebutan 'Ra'. Diandra mengerjapkan matanya, gadis itu lalu menepuk mulutnya setelah mendesiskan kata 'ups'.
Nora melirik Raka yang kini masih asyik mengedarkan pandangannya. Untunglah Raka tidak mendengar sebutan Diandra pada Nora tadi. Kalau tahu bisa gawat.
"Na, gue laper, belom sarapan." Diandra mengelus-elus perutnya dengan gerakan memutar.
Nora menatap Diandra. "Ngapain belom sarapan?"
"Tadi papa gue bertengkar sama mama, terus mama nangis. Yaudah gue nenangin mama, dan akhirnya gue telat. Mau masak juga, lo tau 'kan kalo gue nggak bisa masak?"
Nora memutar bola matanya. "Bego," desis gadis itu dengan pelan.
Tak lama kemudian, arahan dari Ferry pun selesai. "Oke, guys! Gue harap kalian bisa keluar dari ruangan ini dengan rapi. Nggak ada yang desak-desakkan. Kalian udah gede ya, nggak usah malu-maluin. Masuk ke bis masing-masing, kemaren udah diumumin 'kan tempat bisnya?"
"Iyaa," sahut beberapa murid yang benar-benar memperhatikan Ferry. Kebanyakan dari murid itu adalah para cewek yang jelas-jelas mengidolakan Ferry.
Para siswa yang ada di dalam aula itu pun keluar satu persatu dari pintu yang berbeda, ah tidak, keluar secara bersamaan lebih tepatnya. Padahal tadi Ferry menyuruh mereka untuk tidak saling berdesak-desakan. Untunglah pintu di dalam aula itu ada tiga, sehingga tidak harus menunggu lama untuk keluar.
"Satu-satu woi! Kalian tadi denger nggak sih gue ngomong apaan?!" teriak Ferry menggunakan toa, yang membuat beberapa siswa terlonjak kaget. Para siswa itu akhirnya menuruti Ferry dan dengan rapi keluar dari aula.
Nora, Raka dan Diandra masih berada pada tempat mereka semula berdiri. Ketiga orang itu menunggu para murid untuk keluar terlebih dahulu, karena ketiganya malas berdesak-desakan. Sumpek.
KAMU SEDANG MEMBACA
TS [1]: Twin Badgirl
Fiksi Remaja[TAHAP REVISI] #Twin Series 1 Ini adalah cerita dari dua cewek cantik yang berbeda sifat, tapi sama sama badgirl. Si kembar Annora dan Anthea Alicya Bramantyo memiliki kisah cinta yang sama menyedihkan. Yang satu ditinggal oleh sang kekasih, dan sat...