Aku tidak pernah tahu terbuat dari apa hatinya, sampai hatiku harus bersinggungan dengan hatinya.
Dan kini aku tahu, tidak pernah ada hati selembut hatinya.
Banyak orang memperhatikan gadis itu dengan berbagai tatapan sarat makna bahkan mungkin dengan jutaan pikiran yang tersirat maknanya.
Entah apa, setiap orang memiliki kebebasannya sendiri untuk memandang.
Aku memandang gadis itu dari kejauhan lalu perlahan mulai berjalan mendekat.
Lalu aku mulai memperhatikan tatapan-tatapan penuh makna yang disiratkan oleh beberapa orang yang berlalu-lalang.
Lalu aku mulai menafsirkan setiap pandangan yang dilemparkan orang-orang itu kepadanya.
Satu persatu, kubaca..Si gendut itu menatapnya dengan tatapan yang memelas,
"Kasihan sekali. dia begitu naif. mungkin ini cinta pertamanya yang terdalam jadi walaupun luka itu terus menderanya, ia terus berdiri dan menatap kuat ke satu arah yang sama."Si tinggi dengan tampang arogan itu datang dan memandangi dia dengan tatapan yang entah apa maknanya.
"Perempuan itu gila, luka-luka yang mendera tubuhnya tidak hanya memerah dan berdarah namun juga membiru. Entah kebodohan apa yang membuat kakinya seolah terpaku di sana?! haruskah aku menyeretnya pergi? Bodoh! dia akan membusuk di sana karena ia tidak akan mungkin mendapatkan apa yang diingininya sampai mati.Yang lain datang dan menatapnya dengan tatapan yang berbeda lagi.
"Bodoh sekali dia, apalagi yang dia tunggu? di hempas lagi? untuk yang keberapa kali? satu? dua? tiga? tidak cukupkah semua hal itu menyadarkannya untuk segera beranjak pergi? Kasihan dia."
Ketiganya berlalu dan aku memberanikan diriku berjalan sedikit untuk maju.
Mereka tidak tahu siapa gadis itu, namun aku tahu.
Mereka tidak mengenalnya secara dekat, tapi aku mengenalnya melebihi hatiku.
Aku tersenyum setelah membaca semua pikiran mereka tentangnya, aku tau mereka semua salah.Dia tidak naif.
Dia tau benar bagaimana luka luka itu menggores, menusuk dan melukainya dengan sangat.
Luka itu begitu perih sehingga membuat butir-butir dari matanya mengalir, membanjiri pembaringannya di kala cahaya di langit mulai meredup.Dia tidak gila.
Dia tahu pasti konsekuensi dari aebuah pilihan hati.
Dia menyadari perasaan ini menjadi tanggung jawabnya sendiri, seburuk apapun hasilnya nanti.Dia tidak bodoh.
Dia mengerti dengan benar esensi dari cinta yang sejati
Yang sejati pasti rela menanti.
Yang sejati pasti terus mencintai walau ribuan kali di sakiti.
Yang sejati pasti satu kali teruji.Aku menatap ke arah gadis itu menatap dengan kuat.
Entah terbuat dari apa hatinya.Dulu aku tidak tahu.
Sampai suatu waktu aku bersinggungan langsung dengan hatinya.
Aku pernah ada di sana, bersama-sama dengan bayangan yang sosoknya tidak pernah ia lepaskan dari pandangan matanya.
Aku pernah menjadi 'pisau' yang tertancap kuat dan melukai hatinya setiap ia memandang ke arah bayangan itu.
Aku pernah ada di sana menjadi asap pedas yang senantiasa membuat matanya berair setiap kali ia memberanikan diri memandang aku dan bayangan yang tidak pernah ia lepaskan itu.Entah terbuat dari apa hatinya.
Dari sudut ini aku memandang ke titik yang sama ke arah gadis itu memandang .
Aku melihat bayangan itu sendu, ada seseorang lain yang kini berjalan bersamanya.
Tidak terkatakan, perlahan tapi pasti bayangan itu mulai kehilangan cahayanya.
Dari kejauhan bayangan itu memandang kami yang kini berdiri berdampingan. Matanya sendunya memohon, seolah meminta pertolongan.Aku bertukar pandang dengan gadis itu dan kembali melemparkan pandangan kami ke arahnya.
Dalam diam kami berharap dirinya dapat membaca apa yang tak terkatakan itu.Sosok disampingnya mulai mencengkram dengan sekuat tenaganya saat ia memandang ke arah kami.
Tidak! aku melihat cairan kental berwarna merah yang perlahan keluar mengalir di tubuhnya.
Aku memandang gadis itu, gadis itu mengigit bibirnya dan memejamkan matanya dengan kuat seolah ingin melewatkan bagian di saat melihat yang dicintainya, terluka.. lagi.
Dia yang dicintai gadis itu kembali memandang kami namun di sumpah serapahinya oleh sosok di sampingnya namun sosok itu tidak membiarkan yang dicintai gadis itu pergi malah di tahannya lebih kuat.
Hah?! Apa- apaan ini? bukannya cinta seharusnya tidak menyakiti?
Cinta macam apa yang di tawarkannya itu? Sebentar mencinta lalu membenci- mamaki namun memaksanya tetap tinggal? ini gila.Aku berfikir, mungkin aku-lah yang dapat menyelamatkan bayangan itu.
Aku akan berjalan maju ke sana, mendorong sosok jahat yang bersembunyi di balik perangai manis yang menipu itu.
Lalu aku akan mengehempasnya dengan kuat ke tanah dan saat ia jatuh aku akan menginjak tangannya, menyelamatkan dia dan membawanya ke gadis di sebelahku.
Sesaat setelah aku berfikir demikian, aku mulai menggerakan kakiku untuk melangkah maju.
Namun tangannya menahanku.
Dalan nanar matanya yang sembab aku kembali membaca tatapannya, mencoba mengartikannya, kembali lagi aku tidak sepaham dengan apa yang ada di pikirannya.Aku menguatkan tekad untuk melangkah namun gadis itu menahan langkahku lebih kuat.
Gadis itu berbisik, "Dia pasti menemukan jalannnya untuk kembali."
Sosok di sampingnya menyeringai senyum penuh kemenangan ke arah kami.
Karena gadis itu, aku berhenti.
Aku merindukan melihat suatu keajaiban cinta lagi yang diciptakan oleh sang Maha Cinta.
Aku percaya yang asli pasti teruji.
Aku percaya caraNya pasti akan membawa bayangan itu kembali.
Aku berharap satu kali kemurnian dan keberanian gadis ini untuk mencintai akan membawa bayangan itu menemukan jalannya untuk kembali.Dia yang amat di cintai gadis itu adalah sosok yang pernah aku cintai dan singgah di hati.
dan Gadis itu adalah bagian dari hatiku yang sangat aku cintai.
Aku percaya Tuhanku akan membuatnya indah satu hari nanti.
Terimakasih ya, aku belajar banyak dari dirimu.
Entah terbuat dari apa hatimu.
Tapi kini aku tahu, tiada hati selembut hatimu.