Berlayar

47 3 2
                                    

Dulu seseorang pernah berkata, perjalanan mengarungi cinta adalah seperti berlayar di samudera raya.

Angkasa tidak selalu seirama.
Ombaknya tidak selalu membuat damai di jiwa.
Anginnya kadang berubah sesukanya.
Namun itu adalah perjalanan panjang dari sekedar rasa sementara.

Setianya harus bertahan lama, entah kapan kau tahu ujungnya.
Bagianmu adalah setia berada di sana, mengarunginya dengan rasa dan melabuhkannya kemana waktu mengharuskannya untuk ada di sana.

Dalam perjalanan ini,
Aku berharap..

Kamu lah layar dalam kelam badai topan mengamuk yang terus membuat damai menjadi bagian jiwa. Membawa aku sampai di dermaga dermaga perhentian tempat kita akan melabuh.

Kamu lah Kayuh yang membuat aku berpegang di saat peluh dan hati mengaduh. Sandaran yang terus membawa aku tidak berhenti mengayuh.

Perahu kayu tempat aku bersidekap dalam semesta yang tidak bersahabat sapanya. Yang membuat aku tenang di kala samudera tidak lagi teduh.

Jangkar kuat tempat aku bersauh saat letih dan merasa rapuh.

Lentera yang memberi cahaya ketika aku mulai menjauh.

Dan dermaga terakhir tempat aku akan selamanya berlabuh, mengentas segala rindu. Mengubur segala pilu. Duduk diam bersamamu, yang menjadi pilihanku dan memejamkan mata untuk beristirahat dari dunia yang semu.

Untuk kamu.
Aku berharap, harapanku satu.

Ketika pilu menyaru dengan hujan yang menderu.
Dua puluh dua kilometer berlalu.
Hari ke dua puluh tiga di bulannya yang kedua.

17:18

KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang