Melawan Waktu

181 9 1
                                    

Tik.. Tok.. Tik.. Tok..
Seorang pria setengah baya terbaring di kasur tua nya.

Langit senja telah mengganti rupanya menjadi kegelapan malam yang hitam.

Pria ini menarik selimutnya dan bergidik sedikit.
Giginya gemeletuk sambil menoleh melihat kanan dan kiri.
Lalu matanya menatap kuat ke arah jam dinding yang dentingnya terus menari-nari seolah mengejek pria setengah baya itu dan mengajaknya menari keluar dari pembaringannya.

Pria itu geram namun kakinya terpasung beton besi yang besar.
Dulu ia mampu meninju hingga jadi debu namun kakinya kini kelu bahkan untuk sekedar beringsut maju.

Baginya langit tanpa sinar adalah peperangan baru untuk melumpuhkan waktu.
Waktu yang terus membawanya tua dan berlalu tanpa sesuatu.
Waktu yang hanya mentertawakannya yang layu lalu di lupa rindu.

Kegagahannya hanya cerita lama.
Kekuatannya hanya sejarah lalu.
Kebesarannya hanya buah bibir yang terlupa.

Kini ia hanya menjadi sosok tua yang terlupa.
Rindu di cinta namun tidak di ingat manusia.
Rindu di manja namun hanya jadi asa nestapa.

Kini ia hanyalah ia.
Sosok setengah baya terbaring di tempat tidur tua yang banyak terlupa.
Menahan hati.
Mengeraskan tekat.
Berusaha melawan waktu.
Merasa menang membunuh waktu saat fajar kembali datang.

Tanpa sadar detik semakin berkurang,
Waktu terus menang melawan dirinya.
Melawan harinya setiap malam tiba.

Dan ia tetaplah ia.
Seperti biasanya.

Lelaki tua dan ketakutannya.

KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang