Tik.. tok.. tik.. tok..
Waktunya terus berjalan berlalu..
Membawa bayangmu yang perlahan hilang tertutup kabut pekat yang pilu.Aku kini hanya mampu memandangmu dari sudut itu.
Memandangi punggungmu yang perlahan tak nampak lagi di kubur waktu.Semua rasanya telah pergi dan berlalu.
Hmm.. mungkin sedikit bagiannya masih tertinggal di hatiku.
Rindunya masih ada, sedikit.
Namun tak apa waktu akan menyembuhkan segalanya dan aku akan menjadi kuat lagi seperti biasanya.Dulu kau katakan padaku hanya ada batasan tipis antara ketulusan dan kebodohan.
dan dulu ku katakan padamu ada jurang yang besar antara ketulusan dan kebodohan.
Tulus itu tidak pernah bodoh.
Ketulusan dapat dirasakan dengan mata yang terpejam.
Ketulusan dapat bercahaya di tengah kegelapan yang paling gelap.
Ketulusan itu kerelaan hati yang tidak mungkin dimiliki oleh orang orang yang bodoh dalam mencintai.
Dan aku sangat pandai dalam mencintai bukan, kau tahu itu.Pergilah,
Aku akan memperhatikanmu sesekali dari sudut itu.
Memastikan bahwa keputusan untuk berlalu dan hilang di balik kalbu adalah pilihan terbaikmu.
Melantunkan lamat-lamat asaku kepada sang pencipta kalau aku melihat bayangmu pilu dan mulai lesu.
Tangan ini kini terlalu jauh untuk memelukmu.
Suara ini bahkan terlalu asing terdengar di telingamu.Banyak harapan tersimpan dihatiku.
Namun aku terlalu takut berharap yang semu.
Karena ku lihat kini semuanya terasa semakin menjauh.Aku pasti akan merindukan mata itu.
Terimakasih untuk pernah ada di hidupku dan memberikan warna jingga di sana.Untuk kamu, si mata rindu.
Selamat berlalu.