Ketika kamu meminta sebuah jawaban akan sebuah pertanyaan yang selalu takut untuk aku dengarkan : tentang sebuah perasaan yang telah lama terkubur di lautan terdalam hati seorang perempuan.
Apakah masih ada sedikit rasa yang tertinggal di sana?
Sedikit rasa yang pernah membuat kita tertawa namun juga membuat kita mengalami nestapa di dua kurun waktu.
Mungkin nestapa dua kurun waktu ini bagian dari hatiku bukan hatimu.
Karena aku tidak pernah tahu bagaimana rasa ini mendarat di hati seorang seperti kamu.
yang lalunya cepat menghilang seiring berlalunya waktu.
Jika itu pertanyaanmu.
Maka biarlah kejujuran dari hati kecilku menyerukan sebuah seruan pilu.
Pilu.
Karena saat aku kembali menelisik ke dalam sana aku selalu menemukan kamu.
selalu ada alasan untuk kembali mengumpulkan puing puing rasa yang kau tinggal di sana.
namun di titik yang sama hatiku juga selalu menemukan alasan untuk tidak mengulangi kesakitan yang sama.
karena hatimu selalu dapat menawan.
dan hatiku selalu takut tertawan.
aku hanya bias dan terlalu takut menemukan sebuah kenyataan bahwa aku hanya menjadi tempatmu untuk kembali pulang.
bukan suatu tempat yang akan kamu tuju untuk pergi berpetualang dan mendulang mimpimu di masa depan.
Aku hanya bayangan. yang tak nampak lagi di kala kamu di peluk kelam.
Dan inilah sebuah jawaban.
kamu tidak mungkin bersanding dengan bayangan.
